Keuntungan
yang didapat oleh perusahaan erat kaitannya dengan kinerja pekerjanya. Tidak
hanya karyawan tingkat bawah saja, kinerja supervisor, manajer, sampai pemilik
perusahaan menjadi unsur penting dalam kemajuan perusahaan. Namun, bagaimana
kinerja pekerja dapat menjadi optimal jika merasa stress selama bekerja? Kenali
tanda-tanda stress pada pekerja, diantaranya membawa pekerjaan ke rumah, sering
lembur, melewatkan jam istirahat, terlihat kelelahan, sulit mendelegasikan
pekerjaan, dan lain-lain. Bila anda/karywan anda mengalami tanda-tanda tersebut,
mulailah mencari tahu hal apa yang menjadi pemicu (stressor).
Stress
datang dari berbagai aspek. Baik dari luar organisasi (kondisi perekonomian,
politik, dsb.), dalam organisasi, maupun dari dalam diri sendiri. Kepribadian
yang ada dalam diri sendiri ternyata juga dapat mempengaruhi kadar stress yang
dialami. Di akhir tahun 1960-an, Friedman and Rosenman memperkenalkan tipe
kepribadian A dan tipe kepribadian B. Kedua tipe kepribadian ini sangat
bertolak belakang, jadi hampir tidak mungkin seseorang masuk dalam kategori
kedua tipe ini.
Seorang
dengan tipe A umumnya suka bekerja keras, tidak bisa diam, cenderung suka
bergerak dengan cepat, multitasking, kompetitif, agresif, dan sering kali
berada di bawah tekanan waktu. Berlainan dengan tipe B yang cenderung santai,
mengerjakan satu hal dalam satu waktu, sabar dan tidak pernah terburu-buru.
Salah seorang klien kakak saya, seorang pengusaha yang memiliki banyak jenis
usaha merupakan seorang yang termasuk dalam tipe A. Beliau cenderung menuntut
deadline, dan cukup keras mempertahankan prinsipnya. Dalam usianya yang
mencapai 60-an tahun, beliau masih terjun langsung dalam setiap usaha yang
dimilikinya maupun usaha-usaha lain yang diusungnya bersama dengan rekan
sekerjanya. Beliau nampak tertekan dengan deadline dan cenderung stress dengan
pekerjaan yang agak terhambat karena masalah tertentu.
Lain
halnya dengan anak beliau, yang membantu usaha sang ayah. Jika sang anak
diberikan tawaran sebuah desain, ia langsung menyetujuinya tanpa perlu
pertimbangan yang banyak. Di samping itu, ia juga bersahabat dan tidak
menuntut. Namun, ia kerap terlambat dalam hampir setiap pertemuan dan sukar
membuat keputusan. Ia termasuk dalam tipe B.
Kepribadian
tipe A tentu saja memiliki kemungkinan stress lebih besar daripada tipe B.
Keadaan yang terburu-buru, keinginan untuk serba cepat, agresifitas, dan
kompetisi merupakan sebuah pemicu stress. Akan tetapi, terkadang stress tidak
hanya menghasilkan hal buruk saja. Penelitian membuktikan bahwa seorang tipe A
lebih mempunyai kesempatan untuk sukses, dan menghasilkan kinerja yang lebih
baik dibandingkan dengan tipe B. Klien kakak saya dengan tipe A membuktikannya,
dalam hidupnya ia sudah membuahkan banyak jenis usaha baik dalam bisnis
kuliner, karaoke keluarga, tempat bermain anak-anak, dan lain-lain. Sedangkan
puteranya cenderung mengikuti arahan sang ayah.
Bukan
berarti hanya orang dengan kepribadian A saja yang bisa sukses. Apapun
kepribadian yang kita bawa sejak lahir, baik kepribadian A maupun kepribadian B
tidak menjadi satu-satunya penentu baik buruknya kinerja. Bagian yang paling
penting adalah beradaptasi, dan mengatasi stress. Bila kita berkepribadian A
dan tidak mampu menghadapi stress, tidak akan ada hasilnya pula. Dan bila kita
berkepribadian B namun dilengkapi dengan optimisme, kerja keras, kepercayaan
diri, dan dapat menguasai kelemahan-kelemahan maka kinerja yang dihasilkan akan
menjadi jauh lebih baik.
Dengan
kinerja yang semakin baik, semakin besar pula profit yang akan dihasilkan oleh
perusahaan. Happy worker is a productive worker, productive worker makes more
money.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar