Selasa, 03 September 2013

Taklukkan Stress, Tingkatkan Produktivitas (Natasya)



Keuntungan yang didapat oleh perusahaan erat kaitannya dengan kinerja pekerjanya. Tidak hanya karyawan tingkat bawah saja, kinerja supervisor, manajer, sampai pemilik perusahaan menjadi unsur penting dalam kemajuan perusahaan. Namun, bagaimana kinerja pekerja dapat menjadi optimal jika merasa stress selama bekerja? Kenali tanda-tanda stress pada pekerja, diantaranya membawa pekerjaan ke rumah, sering lembur, melewatkan jam istirahat, terlihat kelelahan, sulit mendelegasikan pekerjaan, dan lain-lain. Bila anda/karywan anda mengalami tanda-tanda tersebut, mulailah mencari tahu hal apa yang menjadi pemicu (stressor).
Stress datang dari berbagai aspek. Baik dari luar organisasi (kondisi perekonomian, politik, dsb.), dalam organisasi, maupun dari dalam diri sendiri. Kepribadian yang ada dalam diri sendiri ternyata juga dapat mempengaruhi kadar stress yang dialami. Di akhir tahun 1960-an, Friedman and Rosenman memperkenalkan tipe kepribadian A dan tipe kepribadian B. Kedua tipe kepribadian ini sangat bertolak belakang, jadi hampir tidak mungkin seseorang masuk dalam kategori kedua tipe ini.
Seorang dengan tipe A umumnya suka bekerja keras, tidak bisa diam, cenderung suka bergerak dengan cepat, multitasking, kompetitif, agresif, dan sering kali berada di bawah tekanan waktu. Berlainan dengan tipe B yang cenderung santai, mengerjakan satu hal dalam satu waktu, sabar dan tidak pernah terburu-buru. Salah seorang klien kakak saya, seorang pengusaha yang memiliki banyak jenis usaha merupakan seorang yang termasuk dalam tipe A. Beliau cenderung menuntut deadline, dan cukup keras mempertahankan prinsipnya. Dalam usianya yang mencapai 60-an tahun, beliau masih terjun langsung dalam setiap usaha yang dimilikinya maupun usaha-usaha lain yang diusungnya bersama dengan rekan sekerjanya. Beliau nampak tertekan dengan deadline dan cenderung stress dengan pekerjaan yang agak terhambat karena masalah tertentu.
Lain halnya dengan anak beliau, yang membantu usaha sang ayah. Jika sang anak diberikan tawaran sebuah desain, ia langsung menyetujuinya tanpa perlu pertimbangan yang banyak. Di samping itu, ia juga bersahabat dan tidak menuntut. Namun, ia kerap terlambat dalam hampir setiap pertemuan dan sukar membuat keputusan. Ia termasuk dalam tipe B.
Kepribadian tipe A tentu saja memiliki kemungkinan stress lebih besar daripada tipe B. Keadaan yang terburu-buru, keinginan untuk serba cepat, agresifitas, dan kompetisi merupakan sebuah pemicu stress. Akan tetapi, terkadang stress tidak hanya menghasilkan hal buruk saja. Penelitian membuktikan bahwa seorang tipe A lebih mempunyai kesempatan untuk sukses, dan menghasilkan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan tipe B. Klien kakak saya dengan tipe A membuktikannya, dalam hidupnya ia sudah membuahkan banyak jenis usaha baik dalam bisnis kuliner, karaoke keluarga, tempat bermain anak-anak, dan lain-lain. Sedangkan puteranya cenderung mengikuti arahan sang ayah.
Bukan berarti hanya orang dengan kepribadian A saja yang bisa sukses. Apapun kepribadian yang kita bawa sejak lahir, baik kepribadian A maupun kepribadian B tidak menjadi satu-satunya penentu baik buruknya kinerja. Bagian yang paling penting adalah beradaptasi, dan mengatasi stress. Bila kita berkepribadian A dan tidak mampu menghadapi stress, tidak akan ada hasilnya pula. Dan bila kita berkepribadian B namun dilengkapi dengan optimisme, kerja keras, kepercayaan diri, dan dapat menguasai kelemahan-kelemahan maka kinerja yang dihasilkan akan menjadi jauh lebih baik.
Dengan kinerja yang semakin baik, semakin besar pula profit yang akan dihasilkan oleh perusahaan. Happy worker is a productive worker, productive worker makes more money.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar