Kali
ini saya akan membahas lebih lanjut tentang perempuan sebagai ibu bagi anaknya,
istri bagi suaminya, karyawan bagi perusahaannya, berperan sebagai anak bagi
orangtuanya, bahkan juga mungkin berperan sebagai pemberi nafkah (bisa di sebut
kepala keluarga) bagi adik-adik dan orangtuanya.
Semua
yang saya sebutkan di atas adalah contoh dari sekian banyaknya
kemungkinan-kemungkinan peran yang akan dijalani oleh seorang perempuan. Maka
saya kurang setuju, bahwa wanita karir adalah wanita yang mempunyai peran
ganda. Karena peran ganda sudah dimulai sejak masa kanak-kanak. Contohnya
seorang anak berperan sebagai siswa bagi sekolahnya, dan seharusnya berperan
sebagai anak yang berbakti bagi orangtuanya (tidak menutup kemungkinan itu
perempuan ataupun laki-laki).
Kemajemukan
peran dan kompleksitas yang ada pada peran pada perempuan, harusnya dihargai
oleh anak-anaknya. Sebab menjalani lebih dari dua peran itu sangat sekali susah
di jalani, itu dia mengapa sekarang ada sebutan “Superwomen / Wonderwomen”.
Mengapa
ada sebutan seperti itu? Bayangkan lah, seorang perempuan yang tadinya bertubuh
kurus dan mulus, atau berbentuk seperti gitar spanyol, seiring dengan waktu
mereka hamil, makin membesar dan berisi tubuhnya, merasakan nyeri dan kesakitan
selama kurang lebih 9 bulan mengandung. Dan setelah mereka melahirkan dengan
rasa sakit yang luar biasa, baik normal ataupun Caesar, mereka harus rela di
jahit di bagian tubuhnya yang telah mengeluarkan sebentuk bayi kecil itu. Lalu
setelah bayi yang mungil itu lahir, perempuan sejati berusaha keras bagaimana
sakit dan susahnya untuk memberikan ASI untuk anaknya. Dan setelah itu mereka
tidak akan kembali normal bentuk tubuhnya, entah masih ada lemak di pinggul dan
lengannya, atau juga selulit di bagian-bagian tubuh lainnya yang pastinya tidak
indah dipandang mata suaminya. Tetapi perempuan merelakan semua itu demi
anaknya. Setelah melahirkan, pada umumnya perempuan berubah menjadi keibuan.
Egonya menurun, cintanya kepada suami dan hal lain akan terkalahkan dengan cinta
kepada anaknya, yang mana itu adalah hasil jerih payahnya.
Setelah
segala proses kehamilan dan kelahiran anaknya, seorang perempuan harus
memikirkan perkembangan dan pertumbuhan anaknya, juga pendidikan anaknya kelak.
Beruntunglah bagi perempuan yang berkecukupan finansialnya baik dari suami
maupun dari orangtuanya. Tetapi ada juga perempuan yang harus bekerja demi
membantu perekonomian keluarga (suami/orangtua/adiknya). Atau juga perempuan
yang biasa beraktifitas, sehingga tidak betah untuk berdiam diri saja di rumah
sambil menunggu anaknya pulang sekolah dan suaminya pulang bekerja. Bagaimana
perempuan bisa mengatasi dan menjalani semua itu? Itulah kehebatan dan
kesabaran wanita, dibalik perasaan dan emosi sesaat yang tidak di pahami oleh
pria.
Maka
untuk perempuan yang ada di luar sana, semangatlah menuntut ilmu agar berguna
bagi anak dan keluargamu nanti. Hasil kerja keras dan jerih payah kita tidak
akan sia-sia. Tetapi sebelum kalian berkeluarga, berhati-hatilah dalam memilih
pasangan, juga pandai-pandai lah mencari ilmu atau info seputar pernikahan dan
kehamilan. Karena di tahap itu akan ada perubahan yang amat sangat besar pada
diri anda dan keluarga anda. Seimbangkanlah peranmu sebagai
anak-ibu-istri-kakak dengan segala pengetahuan dan pengalamanmu, maka kamu akan
menjadi perempuan yang paling berharga, entah itu dimata masyarakat, keluarga
ataupun dimata Tuhan.
Mungkin
tulisan saya kali ini kurang teoritis. Tetapi inilah yang saya pahami dari
pertemuan kelas Psi. Perempuan terakhir. Dan langsung saya kaitkan kepada
kejadian faktual di sekitar kita.
Semoga
bermanfaat yaa. Salam emansipasi perempuan! J
11 September 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar