Rabu, 11 September 2013

Mau mati umur berapa? (Melia Wijaya)

Sebuah pertanyaan yang terlontar dari Ibu Henny sungguh mengejutkan dan membuat tawa berubah menjadi straight face. Tidak dapat dipungkiri tinggal di kota besar, khususnya Jakarta tak pernah lepas dari polusi. Polusi yang berasal dari pabrik, kendaraan, dan perokok.
"Mau perokok pasif maupun aktif sama-sama memiliki resiko pada organ reproduksi perempuan". Saya terdiam sejenak. Betapa seringnya saya memperbolehkan teman atau pun seseorang yang tak saya kenal merokok di dekat saya. Memberi keleluasaan atas nama "gak enak", "takut", "biarin bukan gw ini yang ngerokok" dan terkadang "solider antar pertemanan".
Satu batang rokok yang terbuat dari berbagai macam bahan berbahaya, salah satu yang saya ingat racun tikus. Peringatan pada bungkus rokok yang ditulis dengan huruf kapital serta paparan Bu Henny yang membuat semakin ingin gigit jari rasanya.
Dikatakan oleh Ibu Henny bahwa rokok berbahaya bagi perempuan yang menginginkan memiliki anak. Apa iya nikah terus nggak punya keturunan? Apa iya mau keturunannya nanti cacat? Apa iya tahan disindir oleh mertua setiap ketemu (bila sudah menikah)?
Kenapa perempuan yang memiliki resiko lebih tinggi? Karena apabila kualitas ovum buruk kemungkinan terjadi keguguran dan tidak menjadi janin jauh lebih besar. Apabila suami tidak merokok. Kalo merokok? Silahkan dibayangkan. Belum lagi bila rahimnya kering. Mau nempel di mana telur yang sudah dibuahi?
Lalu, bagaimana caranya?
Let's stop being passive smoker. Say NO to passive smoker. It's about your life. Do you want to do more things than today? Do you want to realize your dream? Do you want to see your parents happy? Do you want to have healthy child? Let's do it!
Overall, if you DON'T WANT to have child. Go ahead to be passive or active smoker as long as stay away from me :) 

1 September 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar