Saya di sini membahas tentang Learned Optimism. Secara umum, learned optimism membahas mengenai bagaimana seseorang bisa menjadi lebih optimis dalam menghadapi berbagai situasi. Learned optimism adalah pemikiran yang dapat dikembangkan sebagai suatu pemikiran yang positif misalnya saja apa saja talenta yang kita miliki. Dalam kehidupan sehari2, individu belajar untuk meningkatkan optimism sebagai respon terhadap lingkungan. Martin Seligman mengungkapkan teorinya mengenai learned optimism yang dimulai dari learned helplessness yaitu ketidakberdayaan individu dalam menghadapi situasi tertentu. Dari hal ini, Seligman mengatakan bahwa helpless saja ternyata bisa dipelajari, begitu juga dengan optimisme. Hal ini diungkapkan dengan asumsi bahwa individu yang memiliki tingkat kontrol yang tinggi terhadap lingkungannya lebih terhindar dari helplessness.
Pertanyaannya
adalah apa yang menyebabkan kedua individu menanggapi sesuatu hal secara
pesimisme dan optimisme padahal dalam kondisi yang hampir mirip? Jawabannya
adalah tergantung dari gaya individu dalam individual’s explanatory style. Gaya tersebut terdiri dari 2 yaitu
pesimistic explanatory dan optimistic explanatory. Individu yang dihadapkan
pada situasi yang sama namun memiliki pesimistic explanatory akan selalu
berpikir kalau semua menjadi tidak benar karena salah saya. Sedangkan individu
dengan gaya optimistic explanatory akan lebih berpikir mengenai hal2 yang
positif seperti saya mengetahui masa depan ada ditangan saya dan bergantung
pada apa yang saya lakukan. Jadi pada saat kedua individu dengan kedua gaya
tersebut dihadapkan pada situasi yang sama, maka gaya pesimistic explanatory
akan menganggap negative event sebagai sesuatu yang personal dan mempengaruhi
segalanya sedangkan gaya optimistic explanatory menganggap negative event
sebagai suatu hal yang harus dilalui.
Aplikasi
dari Seligman adalah Attributional Style Questionaire (ASQ). ASQ terdiri atas 3
dimensi yaitu permanence, pervasiveness dan personalization yang mengukur
optimisme seseorang. Individu dikatakan menganggap bahwa masalah akan terjadi
selama2nya (permanence), individu berpikir bahwa mengapa segala sesuatu tertuju
terkesan sengaja ditujukan kepadanya “Why me” question (personal) dan pandangan individu bahwa masalah
tidak hanya berdampak pada kehidupan saya, namun akan menghancurkan SEMUA aspek
kehidupan saya (pervasive). Secara umum, ASQ digunakan untuk rekutmen pekerjaan
dengan pressure tinggi untuk mengukur tingkat optimisme seseorang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar