Minggu, 05 Mei 2013

Wawancara dalam Setting PIO dan Pendidikan (Stephanie Angelica)

 Pada pertemuan Senin, 22 April 2013, kelas Teknik Wawancara membahas mengenai wawancara dalam setting pio dan pendidikan. Diawali dengan bidang pendidikan. Psikolog pendidikan saat ini sudah banyak dibutuhkan di sekolah maupun lembaga konseling. Masalah kompleks yang dihadapi anak-anak seperti proses belajar di kelas, masalah di sistem sekolah seperti pembayaran, dan masalah-masalah siswa lain seperti minat bakat penjurusan ipa ips atau kuliah, membuat peran psikolog pendidikan dirasa penting. Aplikasi observasi dan wawancara di bidang pendidikan terbagi menjadi 5 hal. Yang pertama adalah mengetahui informasi mengenai siswa yaitu dengan mengetahui minat, bakat, dan hobi dari siswa. Yang kedua adalah memahami permasalahan yang ada dan dinamika kepribadian dari siswa. Yang ketiga adalah verifikasi untuk melakukan cek terhadap pengakuan dari guru, siswa, dan orangtua. Yang keempat adalah untuk menegakan diagnosa permasalahan yang dialami, ganguuan siswa, bakat dan minat dari siswa, dan kenakalan. Yang kelima adalah untuk memantau perilaku sesudah dan sebelum treatment. Dalam setting pendidikan wawancara dilakukan pada siswa, orangtua, dan guru. Dengan mewawancarai siswa, kita dapat mengetahui kebutuhan siswa, kelebihan dan kekurangan siswa, kemampuan verbal dan permasalahan anak, dan latar belakang masalah dari siswa. Untuk itu dibutuhkan kesabaran dan membina rapport yang baik agar siswa lebih terbuka dengan psikolog. Psikolog juga harus menyimpan rahasia dari masalah siswa karena tidak semua pihak dapat memahami permasalahan yang dihadapi anak. Bila diperlukan untuk membocorkan, beritahu garis besarnya saja. Pihak kedua yang harus diwawancarai adalah orang tua.  Dengan mewawancarai orang tua, kita dapat mengetahui tipe pola asuh anak, cara berinteraksi dengan anak, ekspektasi terhadap anak dan guru, serta dapat melakukan cek dengan hasil observasi dan wawancara terhadap anak. Seringkali saya mendengar silang pendapat antara anak dan orang tua. Orang tua memilki ekspektasi tinggi terhadap anak seperti jurusan ipa ips atau kuliah, sedangkan anak tidak merasa mampu. Oleh karena itu tugas psikolog adalah menjembatani hal tersebut.  Wawancara selanjutnya dilakukan pada guru. Dengan mewawancarai guru, kita dapat memperoleh informasi mengenai interaksi siswa dan guru, interaksi siswa dengan staff sekolah, cara mengajar guru, dan melakukan cek dengan hasil observasi dan wawwancara dengan anak. Pengalaman saya pada saat SMA, saya memilki teman yang sudah dicap buruk oleh guru, ketika dipanggil oleh guru bk, akar permasalahannya terdapat pada guru yang marah dengan tidak jelas lalu menyebarkan gosip pada guru-guru lain. Dengan melakukan cek, kita dapat mengerti jika siswa belum tentu melakukan kesalahan. Wawancara yang dilakukan di TK untuk seleksi calon murid, mengumpulkan informasi calon murid, dan IEP. Wawancara yang dilakukan di SD bertujuan untuk seleksi penerimaan murid baru, pengenalan kondisi orang tua dan murid, sosialisasi peraturan sekolah, dan membuat kesepakatan dengan orang tua. Wawancara yang dilakukan di SMP dan SMA bertujuan untuk melakukakan pencatatan mengenai murid dan mencari tahu alasan perbuatannya, kesulitan yang dihadapi, dll. Untuk saat ini peran psikolog pendidikan masih terbatas hanya menjadi guru bk. Bahkan banyak lulusan s1 psikolog dan s1 pendidikan yang menjadi guru bk. Hendaknya psikolog pendidikan dan guru bk dipisah karena memilki peran masing-masing dalam sekolah. Guru bk sebatas melakukan konseling dan melakukan pencatatan, sedangkan psikolog pendidikan dapat melakukan treatment karena memiliki izin dan menyusun kurikulum berdasarkan jenjang sekolah.
          Selanjutnya dalam bidang pio. Wawancara dilakukan untuk seleksi dan penempatan, analisa pekerjaan (evaluasi pekerjaan, deskripsi pekerjaan, dan spesifikasi pekerjaan), pelatihan sesuai divisi yang dilamar, performance appraisal (untuk melakukan penilaian terhadap kinerja karyawan untuk memutuskan mutasi, promosi, atau malah demosi), dan exit interview (wawancara yang dilakukan untuk melihat kemungkinan mempertahankan jabatan seseorang yang sudah mau keluar). Pada awal melakukan seleksi CV, HRD dapat melihat dari tanda tangan pada CV dan foto yang ditempel di CV. Oleh karena itu, selalu berikan foto yang formal, pembubuhan tanda tangan pada CV, dan penulisan tiap kata agar tidak ada yang salah. Dalam melakukan seleksi dan penempatan dibedakan menjadi wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara terstruktur dibagi menjadi Competence Based Interview (CBI) dan Behavioral Event Interview (BEI). CBI memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan kriteria dan kompetensi dari jabatan. Kompetensi yang dimaksud seperti kemampuan bekerja sama dalam kelompok, memotivasi, kreatifitas dan keterampilan teknis dari jabatan tersebut. Tahap CBI adalah melakukan analisa pekerjaan dengan mengumpulkan data-data mengenai jabatan tersebut, mengembangkan hasil data kompetensi dari analisa pekerjaan (keterampilan, pengetahuan, dan kemampuan), membuat job requirements, mengembangkan pertanyaan dari kompetensi dan menetapkakan level kompetensi, dan membuat evaluation rating scale.  Pertanyaan CBI dapat berupa adaptability competency, client focus competency, dan communication competency, organizational awareness competency, dan problem solving and judgment competency. CBI banyak dilakukan pada tahap manager ke atas. BEI untuk mengetahui respon seseorang dan perilaku dalam situasi tertentu dari performa kerja sebelumnya maupun performa di masa depan (Wahyuningtyas, 2010). Tujuan dari BEI adalah untuk melihat apakah seseorang berkompetensi dalam pekerjaannya, apakah termotivasi untuk melakukan pekerjannya, dan apakah mereka cocok di organisasi tersebut. BEI erat kaitannya dengan metode STAR. Situasi/Task berkaitan dengan aksi yang dilakukan oleh pekerja, kita dapat melihat alasan mengapa seseorang melakukan aksi tersebut. Aksi menunjukkan perilaku yang ditampakkan dari orang tersebut. Result untuk melihat reaksi yang dihasilkan dari karyawan tersebut, apakah yang dikerjakan efektif atau tidak. BEI lebih banyak dilakukan pada staff.   Mengikuti organisasi pada saat kuliah, baik itu di kampus atau agama memilki banyak keuntungan. Pewawancara pasti akan bertanya mengenai kerja sama dalam tim, seperti daya tahan dalam tim, memecahkan masalah bersama dalam tim, dan hubungan dengan rekan tim. Ketika seseorang fresh graduate melamar, maka pengalaman akan berorganisasi sangat dibutuhkan. Karena dapat memberikan gambaran bagi HRD mengenai cara disiplin dalam tim, membina hubungan dengan rekan tim, ketahanan dalam tim, dll. Ketika seseorang tidak memilki pengalaman apa-apa mengenai kerja sama dalam tim, maka orang tersebut dapat mudah menyerah lalu keluar dari pekerjaan, berbeda dengan orang yang sudah memilki pengalaman berorganisasi. Di samping itu, kita juga harus melatih soft skill untuk menambah kompetensi kita.
    Selanjutnya, pada pertemuan 29 April, dihadirkan juru bicara dengan seorang psikologi IO yang sudah menjadi HRD di sebuah perusahaan. Ketika kita mendegar kata HRD, pasti muncul dalam imajinasi kita jika HRD bengis, sadis, kejam, dsbnya. Untuk proses penerimaan karyawan, pada saat interview dilakukan pertanyaan pembuka, seperti bagaimana perjalanan, apa kabar, dll. Pertanyaannya pun dibagi menjadi direct dan non direct. Pertanyaan direct itu pertanyaan langsung yang dapat berupa, “Sudah kerja berapa tahun?”. Untuk pertanyaan non direct dapat berupa, “Tolong ceritakan pengalaman Anda”. Pertanyaan ini bersifat menggali lebih luas. Beliau juga menyebutkan teori baru selain STAR, yaitu FACT. FACT merupakan Feeling, Action, Context, dan Thingking. Perbedaan pada FACT dan STAR adalah FACT berdasarkan masa lalu yang sudah terjadi dan bertujuan untuk memperbaiki diri. Sedangkan STAR, calon karyawan diminta membayangkan suatu peristiwa dan diminta menyelesaikan masalahnya. FACT lebih baik digunakan pada pihak eksternal seperti konsultan dan biasanya dilaksanakan pada tahap General Manager ke atas. Untuk STAR dapat dilakukan pada staff. Kelebihan menjadi HRD adalah dapat memperluas pengalaman. Kita dapat belajar mengenai pengetahuan dari divisi lain. Kekurangan menjadi HRD adalah jika menemukan tipikalorang yang menggangu, maka HRD harus siap diteror. Karena saya berminat pada bidang HR, maka saya berkesempatan untuk bertanya pada beliau mengenai jurusan apa saja yang dapat menjadi HR dan macam-macam divisi HR. Untuk menjadi seorang HR, kandidatnya bisa dari bermacam-macam jurusan asal orang tersebut mau belajar. HR juga memilki divisi bermacam-macam seperti development (penerimaan karyawan), bagian pemberi gaji, pengembangan organisasi, dsbnya. HRD juga berhak melakukan pembajakan karyawan di perusahaan lain, asalkan ia memilki channel dengan orang tersebut dan tidak melanggar perjanjian masing-masing perusahaan

30 April 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar