Minggu, 05 Mei 2013

Social History (Stephanie Angelica)

Pada pertemuan teknik wawancara pada tanggal 18 Maret 2013 membahas tentang social history. Saya sempat berpikir apa sih itu social history sampai dibahas di teknik wawancara. Ohhh ternyata dari social history itu bermanfaat untuk mengerti klien secara detail. Kita dapat mengkonseptualisasi asal mula masalah dari klien, kita dapat mengerti klien secara detail dan tidak berdasarkan data, dan dengan adanya cerita klien kita dapat menggambarkan klien tersebut maladaptif atau adaptif.
       Nah selanjutnya dari social history terbagi menjadi beberapa bagian. Yang pertama adalah family history. Dari sejarah mengenai keluarga, kita dapat mengerti pemicu seseorang menjadi stress. Kita dapat mengerti pola asuh dalam keluarga, lingkungan keluarga, jumlah anggota keluarga dalam satu rumah, pola komunikasi dalam kelurarga, dsb. Yang kudua adalah educational history. Dari sejarah pendidikan seseorang, kita dapat menilai kepribadian seseorang itu seperti apa. Tingkatan pendidikan seseorang dapat menentukan kepribadian, tetapi tidak dengan performa kerja. Sekarang, pendidikan bisa “dibeli”. Soal UN dapat bocor, dapat bekerja sama dengan guru agar nilai rapot menjadi bagus, dll. Tentunya adanya penyebab krusial lainnya, yakni nilai A pada universitas unggulan dan A dari universitas abal-abal tentu akan berbeda kualitasnya. Dari sejarah pendidikannya, kita dapat melihat klien memiliki pergaulan yang seperti apa dan temannya/sahabatnnya banyak atau tidak. Yang ketiga adalah occupational training/ Job History. Tentunya untuk bertanya pekerjaan terhadap klien tidak terlalu frontal karena belum tentu klien bekerja. Nahh saya jadi mengerti kenapa saat bermain game The Sims, seseorang tersinggung ketika ditanya memiliki pekerjaan atau tidak karena orang itu tidak bekerja.
       Yang keempat adalah martial history. Kita dapat menanyakan status klien. Dari jawaban klien, kita dapat mengetahui seberapa lama klien dapat bertahan dalam satu hubungan. Yang kelima adalah interpersonal relationship. Dari hubungan interpersonal klien, kita dapat mengerti kualitas pertemanan klien dan mengetahui bagaimana hubungan tersebut berjalan. Yang keenam adalah regreational preferences. Dari  regreational preferences, kita dapat mengerti coping stress klien, bagaimana cara klien bersenang-senang. Yang ketujuh adalah sexual history. Hmmm agak susah untuk menanyakan tentang sejarah seksual klien ya. Karena budaya timur menganggap seks adalah tabu, padahal bisa saja sumber masalah klien berpangkal pada seksual. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dalam mengajukan pertanyaan. Yang kedelapan adalah sejarah medis. Sejarah medis seperti rawat jalan, riwayat operasi, masalah gigi dan mulut, dan riwayat inap. Sejarah medis keluarga sangat berkaitan dengan sejarah medis. Yang kesembilan adalah psychiatric history. Ini penting untuk mengetahui apakah klien pernah didiagnosa pskiatri.
        Yang kesepuluh adalah legal history. Dari legal history, kita dapat mengerti catatan kriminal dari klien, apakah klien pernah ditilang/ dipenjara. Yang kesebelas adalah konsumsi nikotin atau kafein. Ini berkaitan dengan kesehatan klien. Yang keduabelas adalah penyalahgunaan alkohol. Ini juga berkaitan dengan kesehatan klien.
      Untuk memberikan pertanyaan kepada anak-anak hendaknya berkaitan dengan childhood nuclear family, growing up, asking about abuse, childhood health, education, medical history, personal traits and disorder, dan family history. Untuk memberikan pertanyaan pada orang dewasa dapat berkaitan dengan work history, legal history, religion, current living situation, social network, martial status, leisure activities, medical history, personal traits and disorder, dan family history. Agar dapat mewawancarai social history dengan baik, kita harus mendengarkan dengan baik dan seksama, hanya bertanya yang penting saja, jangan menginterogasi, jangan “kepo”, ingat yang penting lalu dicatat, berhati-hati dengan perb

Tidak ada komentar:

Posting Komentar