Minggu, 26 Mei 2013

Praktek Wawancara Dalam Psikologi Industri Organisasi dan Psikologi Pendidikan (Tiara Venesa Anggraeni)

Ternyata, wawancara tidak hanya dilakukan pada setting klinis saja. Pada bidang industri dan organisasi serta pendidikan, wawancara ternyata memiliki peran penting. Kedua bidang ini memakai teknik wawancara untuk seleksi dan penempatan. Pada bidang PIO, seleksi dan penempatan memakai wawancara. Jika karyawan yang diseleksi baru calon, maka wawancara yang dilakukan adalah untuk validasi dari cv dan tes yang telah dikerjakan oleh calon sebelumnya. Jika karyawan yang diseleksi adalah karyawan yang telah menjadi bagian dari perusahaan atau organisasi, maka wawancara dilakukan untuk melakukan penempatan kembali atau untuk mengevaluasi karyawan tersebut. Sedangkan dalam setting pendidikan, ternyata biasanya guru bimbingan karir (BK) atau konselor diminta untuk menyeleksi anak-anak yang akan direkrut menjadi bagian Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS).
Pada setting psikologi pendidikan, terdapat berbagai cabang pekerjaan. Ada guru BK, konselor, atau terapis bagi anak berkebutuhan khusus. Pada guru BK, wawancara dilakukan untuk membangun rapport sebelum konseling. Selain untuk membangun rapport, wawancara dilakukan untuk menggali informasi mengenai permasalahan yang dihadapi murid. Kendala yang sering dihadapi guru BK adalah ketidakterbukaan anak muridnya. Biasanya ia akan memberikan topik ringan untuk dibicarakan agar murid tidak tegang. Setelah ia mengetahui permasalahan dan rapport terjalin baik maka sesi konseling pun dapat dilakukan. Sebagai seorang konselor, wawancara dilakukan untuk menggali lebih dalam dan spesifik permasalahan yang dihadapi murid. Masalah tersebut biasanya akan membuat prestasi anak menurun, sehingga konselor harus membantu anak menyelesaikan masalah yang ia miliki. Berbeda lagi terapis anaka berkebutuhan khusus (ABK), seorang terapis ABK yang bekerja di lembaga atau sekolah luar biasa harus membantu dengan menyusun kurikulum yang sesuai dengan kemampuan anak serta memberikan terapi untuk anak. Pada posisi sebagai terapis, wawancara dilakukan untuk melihat kemampuan anak. Seperti psikolog klinis anak, terapis juga mewawancarai significant others anak tersebut untuk memastikan keseharian dan kemampuan anak tersebut.
Pada setting PIO, wawancara seringkali digunakan pada seleksi dan penempatan. Selain itu, wawancara dapat dilakukan pada saat pemindahan karyawan dari departemen satu ke yang lainnya, penentuan karyawan terbaik dan lain sebagainya. Pada setting ini, wawancara dilakukan karena membutuhkan waktu yang lebih singkat. Kendala yang sering dihadapi praktisi PIO adalah saat calon karyawan atau interviewee gugup dan kaku.  Cara menyiasatinya adalah dengan ice breaking. Interviewer akan memberikan pertanyaan mengenai hal yang sedang terjadi seperti basa-basi. Hal ini dimaksudkan untuk membantu interviewee santai dan tidak terlalu tegang.

Menjadi seorang psikolog dalam bidang apa pun, intinya kita para calon psikolog harus menguasai teknik wawancara dan observasi. Terbukti dari kegunaan wawancara yang mencakup seluruh cabang psikologi. Maka dari itu, sebagai calon psikolog, mari belajar teknik wawancara lebih giat! Praktekkan teknik yang telah diajarkan dan terapkan dikehidupan sehari-hari agar lebih menguasai :)
 
11 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar