Ternyata, wawancara tidak hanya dilakukan pada setting klinis saja. Pada
bidang industri dan organisasi serta pendidikan, wawancara ternyata
memiliki peran penting. Kedua bidang ini memakai teknik wawancara untuk
seleksi dan penempatan. Pada bidang PIO, seleksi dan penempatan memakai
wawancara. Jika karyawan yang diseleksi baru calon, maka wawancara yang
dilakukan adalah untuk validasi dari cv dan tes yang telah dikerjakan
oleh calon sebelumnya. Jika karyawan yang diseleksi adalah karyawan yang
telah menjadi bagian dari perusahaan atau organisasi, maka wawancara
dilakukan untuk melakukan penempatan kembali atau untuk mengevaluasi
karyawan tersebut. Sedangkan dalam setting pendidikan, ternyata biasanya
guru bimbingan karir (BK) atau konselor diminta untuk menyeleksi
anak-anak yang akan direkrut menjadi bagian Organisasi Siswa Intra
Sekolah (OSIS).
Pada setting psikologi pendidikan, terdapat berbagai cabang pekerjaan.
Ada guru BK, konselor, atau terapis bagi anak berkebutuhan khusus. Pada
guru BK, wawancara dilakukan untuk membangun rapport sebelum konseling. Selain untuk membangun rapport,
wawancara dilakukan untuk menggali informasi mengenai permasalahan yang
dihadapi murid. Kendala yang sering dihadapi guru BK adalah
ketidakterbukaan anak muridnya. Biasanya ia akan memberikan topik ringan
untuk dibicarakan agar murid tidak tegang. Setelah ia mengetahui
permasalahan dan rapport terjalin baik maka sesi konseling pun
dapat dilakukan. Sebagai seorang konselor, wawancara dilakukan untuk
menggali lebih dalam dan spesifik permasalahan yang dihadapi murid.
Masalah tersebut biasanya akan membuat prestasi anak menurun, sehingga
konselor harus membantu anak menyelesaikan masalah yang ia miliki.
Berbeda lagi terapis anaka berkebutuhan khusus (ABK), seorang terapis
ABK yang bekerja di lembaga atau sekolah luar biasa harus membantu
dengan menyusun kurikulum yang sesuai dengan kemampuan anak serta
memberikan terapi untuk anak. Pada posisi sebagai terapis, wawancara
dilakukan untuk melihat kemampuan anak. Seperti psikolog klinis anak,
terapis juga mewawancarai significant others anak tersebut untuk memastikan keseharian dan kemampuan anak tersebut.
Pada setting PIO, wawancara seringkali digunakan pada seleksi dan
penempatan. Selain itu, wawancara dapat dilakukan pada saat pemindahan
karyawan dari departemen satu ke yang lainnya, penentuan karyawan
terbaik dan lain sebagainya. Pada setting ini, wawancara dilakukan
karena membutuhkan waktu yang lebih singkat. Kendala yang sering
dihadapi praktisi PIO adalah saat calon karyawan atau interviewee gugup dan kaku. Cara menyiasatinya adalah dengan ice breaking. Interviewer akan memberikan pertanyaan mengenai hal yang sedang terjadi seperti basa-basi. Hal ini dimaksudkan untuk membantu interviewee santai dan tidak terlalu tegang.
Menjadi seorang psikolog dalam bidang apa pun, intinya kita para calon psikolog harus menguasai teknik wawancara dan observasi. Terbukti dari kegunaan wawancara yang mencakup seluruh cabang psikologi. Maka dari itu, sebagai calon psikolog, mari belajar teknik wawancara lebih giat! Praktekkan teknik yang telah diajarkan dan terapkan dikehidupan sehari-hari agar lebih menguasai :)
Menjadi seorang psikolog dalam bidang apa pun, intinya kita para calon psikolog harus menguasai teknik wawancara dan observasi. Terbukti dari kegunaan wawancara yang mencakup seluruh cabang psikologi. Maka dari itu, sebagai calon psikolog, mari belajar teknik wawancara lebih giat! Praktekkan teknik yang telah diajarkan dan terapkan dikehidupan sehari-hari agar lebih menguasai :)
11 Maret 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar