Selama
saya mengikuti praktikum dalam tiga setting,
yaitu PIO, Pendidikan, dan juga Klinis, saya mendapatkan banyak pelajaran,
seperti bagaimana saya harus tenang dalam menghadapi situasi yaitu selama
wawancara berlangsung (sebagai pewawancara), lalu ketika saya menjadi klien,
saya harus mampu mengutarakan masalah yang saya hadapi (kurang lebih paham
dengan kasusnya), dan ketika saya menjadi observer,
saya harus lebih teliti lagi ketika mengobservasi pewawancara dari posisi
duduk, kontak mata dengan interviewee,
dll.
Dengan adanya praktikum ini, kurang lebih
ketika setting PIO, saya bisa
merasakan seperti saya benar-benar sedang melakukan proses wawancara (dalam
kasus recruitment, saya merasa
seperti benar-benar sedang mewawancarai calon karyawan). Dalam setting pendidikan, saya berusaha
menempatkan diri saya sebagai guru yang ingin membantu memberikan solusi pada
masalah yang dihadapi siswa. Sedangkan dalam setting klinis, saya harus membantu
klien dalam masalah yang sedang klien hadapi, yang bisa juga masalah yang cukup
serius, seperti phobia.
Saya juga belajar bagaimana etika sebelum
melakukan wawancara, seperti meminta ijin merekam sebelum wawancara
berlangsung, lalu menyusun kata-kata menjadi suatu kalimat (ketika bertanya
kepada klien), dan juga melakukan probing.
Lalu juga bagaimana menyambut klien yang datang, memulai wawancara (membina rapport) dan mengakhiri wawancara dengan
baik.
Ketika melakukan wawancara langsung di
lapangan, saya juga belajar bagaimana langsung menghadapi subyek, lalu meminta
ijin merekam wawancara, melakukan probing
ketika wawancara berlangsung. Bagaimana saya mendengarkan cerita subyek
mengenai diri mereka dan juga masa lalu mereka, serta menghadapi subyek yang
sudah agak bosan dengan wawancara.
21 Mei 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar