Penulis mengikuti praktikum laboratorium yang dilakukan selama tiga
minggu dengan tema yang berbeda. Praktikum tersebut di mulai pada tanggal 6 Mei
2013 – 20 Mei 2013. Pertama, Penulis menjalani praktikum dengan tema industri
dan organisasi. Kedua, Penulis menjalani praktikum dengan tema Pendidikan.
Ketiga, Penulis menjalani praktikum dengan tema Klinis.
Selama menjalani ketiga praktikum laboratorium, Penulis mendapatkan
kesan yang berbeda di antara masing-masing praktikum tersebut. Ada suka dan
duka yang di miliki di setiap sesi praktikum laboratorium tersebut. Penulis
merasa bahwa sangat sulit melakukan wawancara dengan tema klinis jika
dibandingkan dengan tema lainnya karena Penulis harus membuat pertanyaan yang
lebih spesifik yang dapat menjelaskan mengenai latar masalah dari klien
tersebut sementara klien pada saat itu sangat bersikap datar dan hanya menjawab
seperlunya (satu-dua kata).
Selama menjalani praktikum laboratorium dengan tema pendidikan, Penulis
sangat merasa mudah melakukannya dan lebih santai di bandingkan dengan teman
yang lainnya karena Penulis merasa bahwa kasus yang Penulis ambil sangat
berhubungan erat dengan anak-anak pada umumnya. Penulis juga merasa tertarik
dengan yang tema pendidikan yang di ambil yaitu kasus bullying.
Selama menjalani praktikum laboratorium dengan tema industri dan
organisasi, Penulis merasa kekurangan pertanyaan serta karena terlalu gugup
sehingga pada saat melakukan wawancara, Penulis menjadi lupa dengan pertanyaan
yang mau di pertanyakan kepada klien sehingga Penulis merasa harus membuka
pertanyaan berulang kali dimana pada saat itu Penulis menaruh daftar pertanyaan
di paha Penulis. Penulis merasa gugup karena tema tersebut adalah tema awal dan
pertama kalinya juga Penulis di amati dan terjun lapangan langsung walaupun
klien masih satu angkatan dengan Penulis.
Selain praktikum laboratorium, Penulis juga menerapkan teknik wawancara
di lapangan yaitu di Panti Sosial Trisna Werdha yang dilakukan pada tanggal 11
Mei 2013. Di panti tersebut, Penulis melakukan wawancara dengan seorang nenek
yang sudah lama tinggal di panti tersebut. Awalnya Penulis merasa takut dan
merasa nenek tersebut galak karena ketika Penulis bersalaman dan meminta
persetujuan kepada nenek tersebut untuk menjadi partisipan dari wawancara yang
Penulis lakukan. Ketika meminta izin, nenek tersebut dengan nada tinggi
menjawab “boleh..tapi saya lagi tanggung..tunggu” (tanpa memperhatikan Penulis karena
pada saat itu nenek tersebut sedang serius melakukan aktivitas menjahit) hingga
15 menit kemudian setelah selesai menjahit, Penulis kembali meminta izin dan
bertanya kepada nenek tersebut. Nenek tersebut akhirnya sudah siap untuk di
wawancarai dan selama proses wawancara dilakukan ternyata nenek tersebut aktif
bercerita dan ramah kepada Penulis dengan logat Jawa-nya.
Suka yang Penulis alami selama menerapkan keterampilan teknik wawancara
tersebut baik di laboratorium maupun di lapangan adalah bahwa Penulis
mendapatkan banyak pengetahuan dari klien, Penulis mendapatkan pengalaman yang
berharga ketika terjun langsung berdasarkan teori yang sudah Penulis pelajari,
Penulis juga dapat mengetahui susahnya dalam menerapkan teknik wawancara,
Penulis juga menjadi belajar untuk melakukan proses wawancara yang baik dengan kritik
dari teman-teman lainnya, Penulis juga harus memberikan alternatif pertanyaan
yang lain dengan cepat jika klien tidak mengerti atau jika pokok masalah dari
kasus yang Penulis ambil belum ditemukan intinya.
Duka yang Penulis alami selama menerapkan keterampilan teknik wawancara
tersebut adalah bahwa Penulis mengetahui sulitnya membina raport dengan klien
agar klien nyaman dan mau terbuka dengan Psikolog, Penulis memiliki ketakutan
pada tema-tema tertentu, Penulis juga merasa gugup bila berhadapan dengan klien
pada saat awal wawancara dilakukan, Penulis juga mengalami suatu kejadian
dimana pertanyaan yang sudah Penulis siapkan habis serta pertanyaan yang
berlebihan.
26 Mei 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar