Selasa, 21 Mei 2013

Why Do People Blame the Victims? (Regina)


"Don't tell me how to dress, tell them NOT TO RAPE"

      Quotes di atas merupakan salah satu quotes yang cukup menarik perhatian saya ketika saya melihat kumpulan quotes di Internet. Rasanya kata-kata di atas sangat tepat untuk menggambarkan judul yang saya pilih untuk tulisan kali ini. Kalau kita lihat, Indonesia merupakan negara dengan budaya Timur dan cukup menjunjung tinggi nilai-nilai dari budaya Timurnya...
   
      Dalam budaya Timur, kita tahu bahwa wanita memiliki batasan-batasan dan tanggung jawab yang ketat dan terkadang sakral untuk menjaga dirinya sendiri atau mudahnya kita sebut menjaga virginity-nya...  Lalu, untuk kalian yang bertanya-tanya, apakah arti virginity untuk perempuan dengan budaya Timur? Menurut saya pribadi, keperawanan merupakan harga diri wanita. Beberapa tokoh mengatakan bahwa keperawanan adalah aset berharga dari wanita hingga ia menikah. Bahkan sejak kecil, sebagian besar orangtua tentu akan menjaga anak perempuannya dengan lebih ketat dan terus memperingatkan anak perempuannya untuk tidak melakukan hal bodoh (seks di luar nikah) yang dapat merenggut keperawanannya sebelum menikah.
     Namun, akhir-akhir ini, seperti yang kita lihat, banyak sekali kasus pemerkosaan pada remaja perempuan, mulai dari pemerkosaan di kendaraan umum, di tempat yang sepi, atau di tempat yang gelap (terutama pada malam hari). Para pelaku dengan kasarnya merenggut keperawanan perempuan yang tentu merupakan harga diri dari perempuan tersebut dan keluarganya. 
Lalu, setelah pemerkosaan terjadi... apa yang selanjutnya terjadi pada korban dan pelaku???
      Mirisnya, yang terjadi di Indonesia adalah kerap kali korban disalahkan.. Bayangkan, korban yang disalahkan! Rasanya geram sekali mendengar dan mengetahui hal ini. Dan sang pelaku??? Mereka dibela oleh orang-orang yang "katanya" berstatus tinggi dan berpengaruh di negara ini... Dari mulut mereka muncul perkataan "itu ya salah korbannya, kenapa dia berpakaian terbuka di tengah malam atau di kendaraan umum?" Masuk akalkah argumen mereka? Banyak orang yang berpakaian tertutup dan tetap diperkosa?! Dimana letak kesalahan mereka? Mengapa maling ayam dihukum dengan berat sedangkan "maling" keperawanan justru seolah seperti dibenarkan? Di mana letak keadilan untuk para korban?
      Bukan hanya dipersalahkan... Korban juga (dalam beberapa kasus) dipermalukan... Mereka yang mengalami pemerkosaan dianggap sebagai sosok yang mempermalukan nama baik lingkungannya... Dunia ini terbalik kah? Sejak kecil, di sekolah, semua anak dididik bahwa pelaku kejahatan lah yang merusak nama baik lingkungan... Namun, sekarang, pada kenyataannya, orang yang berpendidikan tersebut memutar balik hal tersebut. Korban lah yang mempermalukan... Sederhana sekali analoginya... Kalau ada maling ayam yang mencuri dan ketahuan oleh warga, mana yang mempermalukan keluarganya, korban atau pelaku? Mengapa fakta yang sejelas ini justru diputarbalikkan? 
       Secara pribadi, saya merasa bahwa korban pemerkosaan tidak sepatutnya menerima diskriminasi atau hinaan... Pelakunya lah yang seharusnya dihukum dan menerima sanksi sosial, BUKAN KORBANNYA... Pemerkosaan dapat meninggalkan bekas yang mendalam dalam diri korban, yang mungkin tak pernah hilang dan terlupakan... Please, don't blame the victims... Mereka pun tidak menginginkan hal itu terjadi pada diri mereka... Bijaklah dalam memberikan penilaian dan mengucapkan pendapat... :) BE WISE ... 
 
18 Mei 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar