Banyak hal yang saya dapatkan selama 1 semester ini, pada mata
kuliah teknik wawancara. Diawal praktek atau memulai praktikum dengan setting
PIO saya sangat tegang sekali untuk memulainya, saya masih terpaku
sekali dengan pertanyaan yang telah kelompok telah buat. Dan pada
setting ini pula saya merasa teknik wawancara saya terlihat buruk sekali
karena disamping saya tidak menguasai tema wawancara saya juga belum
terpikirkan mengenai cara berjalannya praktikum tersebut. Hal itu
membuat saya tidak mencantumkan paraphrazing dan summerizing dibagian
akhirnya sehingga wawancara pada saat itu terkesan kaku. Dibagian akhir
sesi wawancara saya juga merasa bingung untuk memutus pembicaraan.
Selain itu kekurangan juga terlihat posisi tangan saya yang terlihat
terlalu mendominasi.
Perubahan mulai sedikit terlihat saat melakukan wawancara di panti
PSTW. Sebagian besar pertanyaan yang saya tanyakan kepada subjek
tersebut secara spontan sesuai dengan alur yang subjek ceritakan.
Pertanyaan yang telah kelompok siapkan hanya saya jadikan patokan atau
jalan agar pertanyaan yang saya berikan untuk subjek tidak melebar atau
tidak sesuai dengan topik yang telah kelompok tentukan sebelumnya.
Pada saat setting pendidikan saya merasa pada saat itulah teknik
wawancara saya terlihat paling baik dibandingkan dengan
sebelum-sebelumnya. Karena dari attending behavior, empati, parroting, paraphrazing, summerizing
sampai saran semua saya sudah lakukan dengan baik dan dengan saat-saat
yang tepat pula, kesalahan pada posisi tangan saat setting PIO
sebelumnya juga sudah saya perbaiki dan saya juga telah membawa buku
kecil untuk mencatat clue-clue yang subjek ceritakan. Namun kekurangan
yang nampak pada setting pendidikan ini adalah saya tidak sempat untuk
merekam sesi wawancara, dengan alasan subjek yang aktif atau bersemangat
untuk bercerita sehingga membuat saya ragu untuk memotong pembicaraan
untuk merekam. Hal tersebut yang membuat saya menulis dengan cepat tapi
juga tidak melepaskan pandangan saya kepada subjek. Itulah yang membuat
saya dengan percaya diri mengatakan empati saya cukup baik meski saya
harus menyibukkan tangan saya untuk mencatat cerita dari subjek.
Setting klinis saya memiliki kekurangan atau penurunan nilai pada attending behavior. Diawal
saat subjek masuk saya langsung melakukan close question tanpa
melakukan bina raport terlebih dahulu. Kekurang juga terlihat diakhir
yang saya terlihat gugup dan bingung untuk mengakhiri sesi wawancara.
Selain itu juga sampai di setting klinis saya selalu membawa catatan
pertanyaan yang berfungsi sebagai penguat saya saat ada didalam ruangan
meski catatan tersebut tidak saya baca saat sesi wawancara
dimulai.Selanjutnya pada setting ini saya dapat dikatan cukup baik,
meski saya pada setting klinis ini saya mengalami penurunan dibandingkan
setting pendidikan sebelumnya, tapi secara keseluruhan dapat dikatan
cukup.
Yang saya dapatkan dari praktikum maupun pada saat kunjungan panti
untuk teknik wawancara ini adalah: penting memang untuk kita membuat
catatan sebelum memulai wawancara namun itu hanya dijadikan patokan saja
agar pembicaraan tidak melebar dan untuk selanjutnya wawancara dapat
berjalan sesuai dengan alur cerita yang subjek ceritakan. Dalam teknik
wawancara ini saya juga belajar untuk memperhatikan dan mengerti maksud
alur dari cerita subjek. Saya juga belajar mengenai
pertanyaan-pertanyaan yang baik atau pantas yang hendaknya saya tanyakan
kepada subjek agar subjek yang bersangkutan tidak merasa tersinggung,
terintimidasi, dan lain-lain. :)
21 Mei 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar