Minggu, 26 Mei 2013

Pengalaman Seru saat Pratikum.. (Dhiya Afifah Purvita)

     Pada 3 minggu terakhir ini, saya tidak lagi belajar teori mengenai teknik wawancara melainkan langsung praktek mengenai teori yang telah diajarkan. Tentu saja hal ini membuat saya menjadi deg-degan dan grogi. Awalnya dalam pikiran saya campur aduk. Saya berfikir bisa ga ya saya praktek dengan baik?kira-kira pertanyaannya cukup ga ya?siapa ya klien saya?kalo klien saya tidak kooperatif saya harus gimana ya?hal itu membuat saya cemas menjelang ngambil nilai praktek.
 
     Pada Senin, 6 Mei 2013 itu pertama kali saya mengambil nilai pratikum. Pada hari itu saya sangat cemas sampai tidak selera makan karena sudah takut duluan hehehe..Pada saat kelompok saya dipanggil untuk menjadi pewawancara, saya sudah mulai tidak tegang, dalam hati saya berdoa untuk dapat melakukannya dengan baik. Dan saya pun mulai wawancara, dan pada setting pio, kasus saya mengenai rekrutmen staff HRD. Pada saat pratikum pertama saya merasa bahwa masih banyak kekurangan yang saya miliki seperti tidak mencatat poin-poin penting dari jawaban klien, selain itu saya juga masih merasa grogi dalam menyampaikan pertanyaan kepada klien sehingga terdengar seperti terbata-bata. Saya juga belum melakukan probing. Diantara keterampilan dasar yang harus di kuasai oleh pewawancara, saya sudah dapat membina rapport dengan klien seperti pada saat klien mengetuk pintu, saya membuka pintu dan berjabat tangan dengan klien, lalu saya menanyakan kabar dari klien pada saat itu serta menanyakan bagaimana perjalanan klien menuju kantor (perusahaan). Dalam sesi wawancara saya juga sudah mencoba mencairkan suasana supaya tidak tegang, hal ini terlihat saat klien juga tertawa kecil menanggapi humor yang saya lontarkan. Dari keempat aspek attending behavior, yang saya telah saya lakukan dengan baik adalah visual (kontak mata). Selama klien menjawab, saya hampir selalu mengarahkan pandangan mata saya ke arah klien. Selain itu, saya juga sudah menggunakan body language, hal ini dapat dilihat pada saat saya bertanya kepada klien saya menggunakan pergerakan tangan dan tidak hanya diam. Salah satu hal yang sudah saya lakukan pada active listening adalah nonverbal encouragement dan verbal encourangement, dimana saat subyek bercerita saya suka menganggukkan kepala dan sesekali saya mengatakan “ya..lalu..”. 
 
     Pada tanggal 11 Mei 2013, saya mendapatkan tugas untuk ke Panti Sosial Tuna Werdha Budi Mulia II. Pada saat itu yang saya takutkan adalah saya takut pertanyaan saya menyinggung oma atau opa yang ada disana. Pada saat sampai di panti tersebut, saya melihat ada seorang oma yang duduk dibawah pohon dan terlihat oma tersebut lagi santai. Saya mencoba untuk mendekati oma tersebut dan terlihat oma tersebut menyambut dengan ramah dan tersenyum. Ia juga mengatakan bahwa saya tidak menganggunya sehingga saya mulai dengan membina rapport terlebih dahulu. Setelah itu, saya meminta izin untuk merekam selama berlangsungnya tanya jawab. Yang saya dapatkan bahwa mewawancarai seseorang yang sudah tua tidak semenakutkan yang saya kira. Oma yang saya wawancara cukup kooperatif saat menjawab pertanyaan yang diberikan hanya saja mungkin ada beberapa pertanyaan yang ia tidak mengerti maksud yang ditanyakan sehingga kita harus menjelaskan dengan jelas maksud kita sehingga menjadi leading question. Pada saat wawancara, saya sudah melakukan kontak mata dengan oma dan seseklai mencatat jawabannya. Saya juga sudah melakukan verbal encouraging seperti “oh gituu omaa..lalu..” dan sesekali saya mengangguk saat mendengarkan jawaban dari oma tersebut. Hal yang menghambat saat wawancara adalah suara oma yang terlalu kecil sehingga terkadang saya tidak mendengar jawaban dengan jelas. Saat oma merasa sedih dan mengeluarkan air matanya saat bercerita, saya merasa tertantang karena saya harus dapat menghibur klien agar dapat ceria kembali.
 
     Pada pratikum kedua dan ketiga, saya berusaha memperbaiki kekurangan yang saya lakukan pada pratikum sebelumnya. Hal yang saya perbaiki adalah saat pratikum pertama saya tidak mencatat poin-poin penting dari  jawaban subyek, lalu saya sudah melakukan probing untuk memperdalam jawaban klien. Hal-hal yang sudah saya lakukan pada pratikum pertama yang sudah sesuai dengan keterampilan dasar saat wawancara saya pertahankan supaya lebih baik lagi. Tetapi, pada pratikum terakhir saya merasa bahwa kurang melakukan kontak mata dengan klien sehingga hal itu membuat performance saya kurang baik. Hal yang paling menyenangkan saat pratikum adalah saat melakukan observasi. Pada saat itu kita dapat menilai sekaligus mengintropeksi diri serta kita dapat melihat akting temen sendiri saat melakoni perannya sebagai klien, hal itu merupakan hal yang menyenangkan.

25 Mei 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar