Pria telah
diajarkan bahwa kecakapan seksual adalah dukungan yang positif, sementara
wanita telah diajarkan bahwa kecakapan seksual membuat mereka tampak seperti
perempuan jalang dan tidak menarik. Sikap-sikap masyarakat ini dapat
mempengaruhi frekuensi dan pentingnya seks dalam pernikahan. Wanita seringkali
merasa dipaksa untuk melakukan hubungan seks lebih sering dari frekuensi yang
sebenarnya membuat mereka nyaman sedangkan pria seringkali merasa diremehkan
ketika hasrat kronis mereka diabaikan.
Gesekan seksual seperti ini menyebabkan
banyak perasaan sakit hati, dan membuat banyak orang yang mempertanyakan
seberapa pentingnya seks dalam pernikahan. Beberapa pasangan menemukan bahwa
bagian terberat untuk hidup bersama adalah belajar untuk memahami kebutuhan
seksual satu sama lain, keinginan satu sama lain dan disfungsi yang dialami
salah satu pihak. Dan kita semua memiliki sejenis disfungsi seksual. Sangat
tidak biasa bagi banyak pasangan untuk membawa kehidupan seks mereka kepada
konselor. Pria telah diajarkan untuk mengharapkan jumlah tertentu dari
melakukan hubungan seks, dan sangat tidak biasa baginya untuk mengekspresikan
ketakutannya.
Kebanyakan pasangan dapat melalui
kesalahpahaman dan frustrasi seksual yang mereka alami dengan belajar
berkomunikasi apa yang penting bagi mereka dan apa yang berhasil untuk mereka
serta perasaan apa yang tidak dapat ditoleransi dan apa alasannya. Wanita mungkin
lebih membutuhkan kasih sayang fisik daripada pria yang hanya melakukanya
sedikit atau tidak ada hubungannya sama sekali dengan seks. Terkadang wanita
hanya perlu disentuh tanpa bermaksud adanya kontak seksual. Sementara pria
benar-benar membutuhkan kontak seksual seperti ini, dan sangat jarang bagi
seorang pria untuk mengakui hal ini secara terbuka. Sedangkan, wanita tentu
saja menginginkan keintiman tanpa memiliki harapan harus melakukan seks setiap
saat.
Seks sebenarnya merupakan bagian dari
pernikahan yang sehat. Banyak pasangan akhirnya jatuh ke dalam tempat yang
nyaman, dimana seks tidak lagi memainkan peranan yang penting dalam hidup
mereka. Namun beberapa pasangan mampu mempertahankan kehidupan seks mereka
tetap berjalan dengan baik di usia keenam puluh maupun tujuh puluh tahun hidup
mereka. Ekspresi seksual merupakan sebuah pengalaman yang melekat dan jelas
menyenangkan bagi kebanyakan orang. Ini adalah bagian dari hidup dan mencintai
serta bertumbuh bersama. Kurangnya kesadaran ini mungkin menjadi sinyal
masalah, terutama jika pasangan telah bersama kurang dari lima tahun dan salah
satu pihak benar-benar merasa tidak puas dengan pengaturan kehidupan seks
mereka saat ini.
Terlalu jarang melakukan seks bisa menjadi masalah
sementara maupun permanen bagi sebuah pernikahan. Jadi, seberapa penting seks
dalam sebuah pernikahan? Sama pentingnya dengan setiap individu yang terlibat
di dalam pernikahan. Frekuensi tidaklah sepenting kualitas, dan frekuensi tidak
dapat mengindikasikan bahwa pernikahan itu sehat. Penerimaan, komunikasi dan
komitmen mencintai yang kuat merupakan tanda dari sebuah pernikahan sehat.
8 Mei 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar