Saat berada di usia lima tahun, saya senang sekali berkhayal.
Khyalan itu semakin kuat karena adanya media televisi. Televisi
memberikan berbagai sajian mulai dari film kartun hingga lagu anak-anak.
Di tahun 90an, lagu anak-anak memang banyak muncul di televisi. Itulah
yang membedakan anak-anak zaman sekarang dengan anak-anak zaman 90an. Di
zaman ini, anak-anak secara tidak langsung mengonsumsi lagu-lagu pop
atau lagu-lagu galau dan teknologi yang semakin canggih.
Membahas mengenai imajinasi dan lagu anak-anak, kedua hal ini
berbanding lurus pada tahun 90an. Mungkin Anda tahu mengenai penggalan
lagu, “Susan, susan, kalo gede ingin jadi apa? Ingin jadi dokter nyuntik
orang sakit.” Lagu tersebut menjadi popular sehingga, anak-anak sekolah
jika ditanya cita-cita, sebagian besar menjawab ingin menjadi dokter.
Hal itu membuktikan bahwa rangsangan visual dapat memperkuat imajinasi.
Saya pribadi juga mengagumi sosok presenter televisi yang membuat saya ingin terjun di dunia broadcasting,
tetapi saat lulus SMA guru BP di sekolah memberi inspirasi untuk masuk
jurusan psikologi. Masa-masa SMA adalah masa-masa yang membingungkan
untuk menentukan jurusan kuliah. Waktu terus berjalan sampai saat ini
yaitu tahun 2013 dan saya sudah berada di semester 6. Memasuki bulan Mei
tandanya bulan terkahir untuk kuliah karena bulan Juni sudah memasuki
masa ujian.
Di semester 6 juga menjadi waktu saya untuk mempelajari Teknik
Wawancara (nama mata kuliah). Bulan Mei adalah waktu untuk belajar
teknik wawancara yang sesungguhnya karena ada praktikum dan wawancara di
suatu tempat. Pengalaman nyata yang saya dapat yaitu saat wawancara di
salah satu panti tuna daksa di daerah Cengkareng. Saat saya mewawancarai
seorang dari panti tersebut saya belajar hal baru. Orang tersebut
pernah punya pengalaman pahit, tetapi ia mampu menerima kejadian yang
dialami. Orang tersebut sederhana dan punya cita-cita ingin berguna bagi
orang lain.
Teori wawancara yang saya pelajari sangat dapat diterapkan pada saat
tersebut. Menurut saya, teknik wawancara harus selalu diterapkan karena
berhubungan dengan soft skill. Saat bertemu orang dan melakukan
wawancara, Anda tidak mungkin membuka buku melainkan membuat pembicaraan
terus mengalir dan bermanfaat. Pengalaman praktikum dalam tiga bidang
(klinis, I/O, dan pendidikan) membuat saya paham mengenai penempatan
diri dan penyesuaian diri terhadap klien.
Saat praktikum di bidang industri/organisasi, teman saya memerankan
klien yang diperlakukan tidak adil oleh atasan. Teman saya memberi
gambaran yang membuat saya melatih empati. Saya juga menanyakan seputar
aktivitas kantor, sebelum memulai wawancara. Saat saya berperan menjadi
klien, saya belajar untuk merasakan atmosfer wawancara penerimaan kerja.
Saat menjadi observer, saya melatih kemampuan saya mengamati
teman yang melakukan wawancara di bidang industri/organisasi. Teman saya
mampu melakukan wawancara dengan baik.
Minggu berikutnya adalah praktkum bidang pendidikan. Teman saya
memerankan anak SMA yang salah memilih jurusan. Dalam hal pendidikan
untuk menghangatkan suasana, pertanyaan yang muncul adalah mengenai
aktivitas sekolah yang dilakukan. Saya juga menjadi anak yang salah
jurusan saat teman saya menjadi psikolog pendidikan. Saat saya menjadi observer, teman saya mampu melakukan wawancara dengan baik.
Minggu terakhir adalah praktikum mengenai psikolog klinis. Pada
kesempatan ini, untuk memerankan seorang klien, saya harus memahami
teori-teori agar mampu memerankan orang yang memiliki masalah. Praktikum
kali ini memang unik, untungnya saya mampu memerankan sehingga
pewawancara mendapat data yang cukup.
Dari dua kesempatan belajar tersebut, saya menyimpulkan bahwa teknik
wawancara itu sangat berguna. Perlunya membina hubungan baik yaitu
dengan menanyakan seputar aktivitas dan hobi lawan bicara agar
percakapan terasa lebih hangat. Berikutnya empati semakin meningkat
setelah mendengar cerita lawan bicara. Dan yang terakhir, adalah fokus
kepada lawan bicara. Fokus memberikan ketenangan pada lawan bicara
karena kita memberikan keyakinan bahwa kita masih mendengarkan dia.
Akhir kata, kombinasi imajinasi dan visual yang saya alami dalam
mempelajari teknik wawancara dapat membantu saya untuk menjalani
kehidupan agar berguna dan tidak mengecewakan orang lain.
26 Mei 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar