Rabu, 22 Mei 2013

Stop Rape Now! (melisa Lie)

     Akhir-akhir ini, banyak sekali kejahatan seksual yang terjadi di sekitar kita dan korbannya lagi-lagi perempuan dan anak-anak. Perempuan dan anak-anak menjadi sasaran empuk bagi para pelaku karena mungkin mereka dianggap lemah dan tidak berdaya. Alhasil, dengan mudahnya pelaku dapat melakukan tindakan asusila tersebut. Kejahatan seksual yang kemarin-kemarin ini sedang marak diperbincangkan adalah kejahatan seksual berupa perkosaan di kendaraan umum. Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia saja, tetapi juga di negara-negara lainnya. Ternyata, kejahatan seksual tidak hanya terjadi di tempat-tempat yang sepi, tetapi pelaku sekarang telah memperlebar "kekuasaannya" sampai kepada tempat-tempat umum. Kejahatan seksual di kendaraan umum ini tergolong cukup kejam dan berani. Jelas saja, pelaku biasanya terdiri dari beberapa orang. Mereka tidak segan-segan membunuh korban yang telah menjadi objek kepuasan nafsu seksual mereka. Ironisnya lagi, mereka melakukan pembunuhan dengan cara yang tidak manusiawi, mulai dari disiksa, ditelanjangi, sampai dimutilasi. Wanita sudah dianggap menjadi "keset" yang hanya dapat diinjak-injak dan tidak mempunyai hak untuk hidup. 

     Peristiwa kejahatan seksual yang paling menyayat hati saya adalah peristiwa yang terjadi di India di awal tahun 2013 dimana seorang perempuan ditemukan sekarat di pinggir jalan dengan tidak mengenakan satu pakaian pun. Kondisi korban begitu mengenaskan, penuh luka memar di sekujur tubuh. Yang lebih parahnya lagi, saat korban sedang dalam keadaan sekarat di pinggir jalan, tidak ada satupun pejalan kaki yang menolong korban. Setelah diselidiki, perempuan tersebut adalah korban perkosaan di kendaraan umum. Kendaraan umum yang seharusnya menjadi sarana transportasi untuk masyarakat dijadikan tempat oleh orang-orang yang tidak memiliki perikemanusiaan untuk melampiaskan nafsu bejat mereka. Saat berita tersebut disiarkan, masyarakat di seluruh dunia mengecam tindakan tersebut. Dan baru-baru ini, di bulan April, kita juga dikejutkan oleh berita seorang balita berusia 4 tahun yang mengalami perkosaan. Ia disekap selama 48 jam dan mengalami penyiksaan di sekujur tubuh. Luka-luka ditemukan di bagian dada, bibir, dan bagian tubuh lainnya. Miris sekali rasanya melihat seorang anak perempuan 4 tahun, yang sedang dalam masa senang-senangnya menikmati masa kecil tetapi harus mendapatkan perlakuan yang sangat tidak manusiawi. 

     Saya sebagai perempuan, sangat mengecam sekali setiap tindakan kejahatan seksual dengan alasan apapun, dimanapun, dan oleh siapapun. Baik pria, wanita, anak-anak, orangtua, anak muda, memiliki hak yang sama yaitu hak untuk hidup dan hak untuk diperlakukan manusiawi. Saat peristiwa pemerkosaan dipublikasikan, masyarakat lebih banyak menyalahkan perempuan dibandingkan laki-laki yang melakukan tindakan tersebut. Saat ada perempuan yang mengalami pemerkosaan, masyarakat cenderung menilai "Salah sendiri pakaiannya seksi", "Salah sendiri pulang malam-malam", " Salah sendiri di kendaraan umum sendirian". Akibatnya, kita menjadi masyarakat yang hanya bisa menyalahkan orang lain. Tapi bayangkan, jika hal ini terjadi pada adik anda, saudara anda, pacar anda, atau siapapun yang ada di sekitar anda. Dan jika anak-anak yang menjadi korban, sosok yang paling disalahkan adalah orangtua. Orangtua harus lebih siaga dalam menjaga anak-anak. Kebanyakan orangtua, karena terlalu sibuk sehingga menitipkan anaknya kesana dan kesini, mulai dari ke kakek neneknya, saudara, suster, bahkan tetangga. Jika memang benar-benar terpaksa harus menitipkan anak, titipkanlah pada orang yang anda percayai sepenuhnya. Jangan ke tetangga, saudara sendiri saja terkadang dapat menjadi pelaku kejahatan seksual, apalagi tetangga yang notabene tidak ada hubungan apa-apa. Tetapi itu semua kembali ke kebijakan dan pertimbangan setiap masing-masing orangtua.
     Tampaknya masyarakat Indonesia harus belajar di negara-negara lain. Seperti di India, saat peristiwa tersebut terjadi, berbondong-bondong orang melakukan demonstrasi besar-besaran di depan gedung pemerintahan. Kalau di Indonesia? Demonya cenderung ke sesuatu yang tidak penting. Hukum di Indonesia juga harus berubah. Jangan hukuman mencuri ayam lebih tinggi dibandingkan melakukan pemerkosaan. Di India sendiri, pemerintah India telah mengesahkan hukuman mati bagi para pelaku pemerkosaan. Jadi, pesan untuk orang yang bekerja di gedung MPR/ DPR, cobalah membahas sesuatu yang lebih penting dan menyangkut hak asasi wanita dan anak-anak dibandingkan hanya pergi-pergi ke luar negeri untuk melakukan studi banding tapi tidak ada perubahan apa-apa.

     Jika anda memiliki orang-orang terdekat perempuan dan anak-anak, jagalah mereka dengan ekstra hati-hati karena mencegah lebih baik daripada mengobati. Ingat bahwa jika seseorang telah menjadi korban kejahatan seksual maka traumanya dapat seumur hidup, apalagi jika tidak dilakukan terapi psikologis. Tetapi jika memang ada saudara atau kerabat dekat yang telah menjadi korban pemerkosaan, jangan segan-segan untuk datang kepada pihak yang berwenang. Jangan menganggap bahwa pemerkosaan adalah sesuatu yang harus ditutup-tutupi tetapi sesuatu yang harus dibuka dan dibereskan. Seperti yang tadi saya sudah katakan, masyarakat memiliki peran yang sangat besar. Masyarakat harus belajar untuk menerima setiap korban pemerkosaan. Mereka adalah korban, mereka bukan sosok yang harus disalahkan. Jadi, jagalah mereka seperti anda menjaga nyawa anda sendiri. 
 
22 Mei 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar