Selama sebulan ini saya mendapatkan pengalaman yang sangat berharga.
Dalam rangka mengerjakan tugas mata kuliah Teknik Wawancara, saya
mengunjungi salah satu Panti Sosial di kawasan Jakarta Barat untuk
mewawancarai salah satu WBS setempat. Pada awalnya saya sempat kaget
karena ambience-nya yang sangat nyaman dan higienitas yang
sangat terjaga. Jujur saja, dalam pikiran saya selama ini, kata panti
sosial selalu memiliki konotasi yang negatif. Saya pikir, seperti
panti-panti pada umumnya, tempatnya akan sempit, berisik dan agak jorok.
Namun ternyata panti tersebut cukup luas dan bersih.
Penghuni-penghuninya sangat bersahabat, petugasnya juga cukup helpful. Saya seperti berada di rumah sendiri.
Awalnya saya datang bersama teman-teman sekelas. Namun karena kondisi saat itu yang sangat hectic, saya
tidak berhasil mendapatkan subyek untuk diwawancarai. Karena itu lah
saya terpaksa kembali lagi ke panti tersebut untuk kedua kalinya. Pada
kunjungan kedua, saya ditemani 2 teman saya yang merupakan teman
sekelompok saya pada project tersebut. Saat itu saya berangkat
dari kampus tercinta sekitar pukul 13.30 siang. Mungkin memang nasib
saya yang sedang sial, lagi-lagi saya belum berhasil mendapatkan data
yang dibutuhkan karena di hari itu ada sebuah acara perpisahan yang
diselenggarakan oleh suster-suster yang magang di panti tersebut.
Saat acara perpisahan berlangsung, saya
dan teman-teman diizinkan untuk menonton. Suster-suster tersebut
mengadakan sebuah kuis yang pesertanya tidak lain adalah oma-oma
tersebut. Walaupun mereka sudah cukup berumur dan memiliki kondisi fisik
yang sudah tidak prima lagi, mereka masih bisa bersenang-senang. Bahkan
ada salah satu oma yang heboh joged-joged dengan diiringi musik
dangdut.
Walaupun hari itu saya tidak berhasil
wawancara, saya tidak merasa kecewa sama sekalikarena saya sangat
menikmati kunjungan tersebut. Oma-oma di sana sangat friendly
dan lucu-lucu dengan keunikannya masing-masing. Mungkin karena
kebanyakan dari mereka sudah tidak memiliki keluarga lagi, mereka
terlihat sangat senang ketika saya dan teman-teman mengajak mereka untuk
ngobrol-ngobrol. Saya jadi ketagihan untuk main ke sana lagi.
Pada kunjungan ketiga, akhirnya saya
berhasil untuk mewawancarai salah satu oma di sana. Orangnya sangat
ceria dan lucu. Pada saat wawancara, tidak ada kesulitan yang berarti
karena beliau sangat kooperatif dan terbuka. Walaupun ia memiliki
keterbatasan fisik dan tidak memiliki keluarga, beliau mampu mensyukuri
keadaannya dan menjalani hidup layaknya orang-orang pada umumnya. Hal
ini juga berlaku pada beberapa penghuni panti tersebut. Banyak hal-hal
positif yang dapat dipelajari dari oma-oma tersebut. Saya juga semakin
menyadari passion saya pada bidang klinis dewasa. Kelak jika
saya sudah menjadi psikolog yang mumpuni, saya sangat ingin menolong
orang-orang seperti mereka sesuai kemampuan saya.
26 Mei 2013
bagus Ca tulisannya... very good :))
BalasHapus