Praktikum
wawancara pada setting PIO adalah pengalaman pertama saya dalam
melakukan wawancara. Setelah itu saya diharuskan untuk langsung terjun
ke lapangan untuk melakukan wawancara di sebuah panti jompo. Selanjutnya
praktikum wawancara dilanjutkan dalam setting pendidikan dan yang
berakhir di bidang klinis. Dalam praktikum saya diharuskan menjadi
pewawancara, klien dan observer secara bergantian. Saat menjadi
pewawancara saya merasa gugup karena saya harus berhadapan satu lawan
satu dengan klien.
Pertama saya harus membangun rapport yang baik dengan klien sehingga
tercipta hubungan yang hangat dan kondusif, bila rapport sudah terbina
dengan baik langkah selanjutnya adalah melakukan sesi tanya jawab dengan
klien, dari sini pewawancara dapat menggali informasi yang diinginkan
maupun masalah apa saja yang dimiliki oleh klien, sejak kapan klien
memiliki masalah tersebut dan apa penyebabnya. Saat menjadi observer,
saya dituntut untuk mengobservasi pewawancara dari segi bagaimana dia
membangun rapport dengan klien, kontak mata dengan klien, maupun
attitudenya saat berhadapan dengan klien.
Kegiatan praktikum wawancara ini sangat bermanfaat bagi saya karena
dapat melatih kemampuan berbicara saya dengan orang lain, bagaimana cara
kita untuk membangun suasana yang hangat dengan orang lain, melatih
kesabaran dan atensi kita saat klien mengungkapkan seluruh masalahnya
kepada kita. Dan yang pasti saya masih harus dan ingin belajar lebih
mengenai teknik wawancara sehingga saya dapat melakukan wawancara lebih
baik lagi kedepannya.
24 Mei 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar