Ekspresi perasaan tidak hanya dapat
dilakukan melalui kegiatan bernuansa seni, tetapi juga dapat dilakukan
dengan ekspresi seksual. Seperti seni, ekspresi seksual pun beragam
bentuknya, yang dapat dilakukan secara individual misalnya fantasi
seksual (sexual fantasy) dan masturbasi.. Bagaimana dengan konteks
orientasi seksual? Individu dengan orientasi seksual manapun tetap dapat
melakukan ketiganya. Hanya saja bentuk ekspresinya yang berbeda.
Misalkan seseorang yang heteroseksual membayangkan lawan jenisnya
(fantasi seksual), tetapi homoseksual membayangkan sesama jenis,
biseksual membayangkan keduanya.
Fantasi seksual merupakan yang paling umum di antara ketiganya.
Seakan-akan kita berimajinasi sesuatu yang bernuansa seksual, itulah
fantasi seksual. Fantasi seksual pada pria lebih mengarah pada bagian
tubuh, aktivitas seksual, variasi pasangan, dan tidak terlalu romantis.
Sedangkan perempuan cenderung lebih romantis daripada pria dan lebih
emosional. Seperti apakah fantasi seksual pada wanita? Bayangkan Anda
sedang membaca sebuah novel. Anda mampu membayangkan adegan-adegan dari
cerita percintaan di dalamnya. Pada setiap adegan, Anda dapat
"merasakan" seperti apa rasanya menjadi tokoh yang diceritakan,
seakan-akan mengalami apa yang dirasakannya pula. Fantasi seksual dapat
meningkatkan gairah seksual, membantu mencapai orgasme, membantu dalam
masturbasi, mengeksplor aktivitas yang dianggap "tabuh." Jika seandainya
apa yang terjadi di dalam fantasi itu menjadi kenyataan pada situasi
yang tidak tepat, tentu akan bertentangan dengan budaya maupun dengan
agama. Misalnya membayangkan memiliki hubungan seksual dengan seseorang
yang belum menjadi istri, dianggap menyimpang dari budaya masyarakat
(dianggap tabuh). Fantasi seseorang bersifat subyektif, sehingga
masyarakat juga tidak dapat mengatakan bahwa itu penyimpangan budaya,
karena setiap orang dapat berimajinasi demikian.
Fantasi seksual masih dapat dianggap lazim, tetapi berbeda halnya
dengan masturbasi. Pada abad 19 dan 20 di Amerika dan Eropa, masturbasi
tidak dianggap baik bagi seseorang. Masturbasi dianggap dapat
menyebabkan hal buruk, misalnya membuat seseorang menjadi "steril (tidak
dapat menghasilkan keturunan)." Inilah yang melatarbelakangi orangtua
pada zaman itu untuk mengusahakan agar anaknya tidak melakukan
masturbasi sama sekali. Bahkan ada penyedia jasa untuk mencegah
masturbasi itu sendiri. Untunglah, pada jaman sekarang hal-hal seperti
ini sudah mulai ditinggalkan. Masturbasi malah dianggap dapat
menyehatkan secara seksual. Selama masturbasi merupakan perangsangan
yang dilakukan dengan sengaja pada genital pada tubuh sendiri untuk
memperoleh kepuasan seksual, baik dilakukan secara alami maupun dengan
bantuan alat. Secara alami, seseorang dapat menyentuh genitalnya
sendiri. Dengan bantuan alat, misalnya dengan vibrator atau dildo, namun
tujuannya tetap memperoleh kepuasan seksual. Manfaat melakukan
masturbasi, misalnya seseorang dapat mengurangi ketegangan, sebagai
sarana fantasi seksual, dan sebagai sarana untuk mengenali diri secara
seksual. Mengenali diri secara seksual berarti seakan-akan mencari
bagian ternyaman saat diberikan sentuhan pada tubuh. Dengan mengenali
titik kenyamanan tersebut, akan mempermudah mencapai orgasme ketika
berhubungan seksual nantinya.
Baik fantasi seksual maupun masturbasi, keduanya dapat dilakukan
sendiri (secara individual). Tujuannya adalah memperoleh kepuasan
seksual, yang merupakan kebutuhan seksual. Konteks "seksual" tidak hanya
sebatas hubungan seksual, aktivitas seksual lainnya seperti fantasi
seksual dan masturbasi dapat pula menjadi sarana untuk itu. Bahkan
keduanya akan sangat membantu mencapai kepuasan seksual ketika
berhubungan seksual. Harus diingat, apabila belum menikah, tentu
dilarang untuk melakukan hubungan seksual (pada budaya-budaya tertentu),
tetapi fantasi seksual dan masturbasi mungkin masih diperbolehkan
meskipun tidak ada aturan tertulis. Dengan demikian, kebutuhan seksual
seseorang akan tetap terpenuhi tanpa harus berhubungan seksual dan
melanggar aturan-aturan dalam budaya. Ekspresi umumnya identik dengan
perasaan, misalnya mencurahkan perasaan senang dalam sebuah lagu,
mengekspresikan rasa sedih dengan musik, dan lain-lain. Bagaimana dengan
ekspresi seksual itu sendiri? Ekspresi yang dilakukan dengan fantasi
seksual dan masturbasi merefleksikan siapa diri kita dalam konteks
seksual. Kalau berbicara mengenai suatu hal, setiap orang mempunyai
karakter tersendiri berbeda dari yang lain. Misalnya fantasi seksual
yang kita miliki itu dapat merangsang kita setiap kali membayangkannya,
tetapi tidak dapat merangsang apabila dibayangkan ornag lain. Menyentuh
genital dengan cara X belum tentu dapat merangsang seseorang meskipun
berhasil pada orang lain. Keduanya sama-sama subyektif, namun keduanya
merupakan ekspresi siapa diri kita.
4 Mei 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar