Sabtu, 11 Mei 2013

Social History (Sonia Alvina)


Monday is beautiful day!! Kata-kata itu penyemangat banget buat memulai aktifitas dihari senin. Bertemu senin berarti kembali bertemu dengan rutinitas perkuliahan seperti biasanya. Jadwal setiap senin yaitu Teknik Wawancara.

Hari senin ini membahas materi “SOCIAL HISTORY”. Social history yang dimaksudkan kali ini adalah tentang teknik wawancara. Dimana social history sangat diperlukan untuk menyediakan info klien yang kompleks dan berkembang. Dalam sesi pertama konseling, menurut Ibu Henny itu merupakan sesi dimana klien menceritakan peristiwa-peristiwa dalam dirinya secara acak dan belum terfokus atau bahasa lainnya adalah buang sampah. Yang perlu diingat bahwa masalah klien bukan hanya dari faktor nature tetapi juga oleh faktor nurture. Sebagai seorang interviewer, kita harus mengenali orang yang kita wawancara dan jangan berfokus pada gangguannya. Kita perlu melihat situasi dan kondisi dirinya. Diawal wawancara, sebagai interviewer biasanya kita menggunakan teknik pertanyaan 5W + 1H.

Itulah sekilas tentang social history, cukup kompleks bukan. Jika kita ingin menggali lebih dalam lagi maka faktor utama yang perlu kita gali adalah Family History. Karena sebuah keluarga adalah tempat dimana kita pertama kali berinteraksi dalam kehidupan.  And then, an effective way to keep of information is a family GENOGRAM by Murray Bowen. Sesi perkuliahan tentang GENOGRAM menjadi sesi yang paling saya sukai dalam hari senin itu, karena kami diberikan tugas untuk menganalisis penyebab seorang klien selama 6 bulan terakhir performa kerjanya menurun, apakah ada kaitannya antara masalah klien tersebut dengan Family History yang ia miliki?. Segala bentuk pemikiran kami, ditulis dari yang abstrak hingga logis. Karena menurut saya, segala kemungkinan bisa saja terjadi dalam Family Genogram. Diperlukan inquiry yang mendalam untuk membuktikan segala bentuk kemungkinan-kemungkinan yang terjadi.

Hmmm, pembahasan tentang social history sangatlah panjang. Masih ada educational history, accupational training/job history, marital history, interpersonal relationship, recreational preferences, sexual history, medical history, psychiatric/psychotherapy history, legal history dan lainnya. Cukup teoritis memang jika kita jelaskan satu per satu. Tetapi yang terpenting, ingredients for a good social history interview is listen, ask something noteworthy, do not interrogate, be curious (bukan kepo), remember what is important, be aware of cultural differences and the last good probing.

Semoga kedepannya jika kita telah menjadi seorang psikolog, kita dapat bekerja secara profesional dan benar-benar tulus ingin membantu klien untuk menyelesaikan masalahnya. Satu kutipan kalimat pada hari senin itu dari Ibu Henny yang saya ingat, “Cari uang tidak masalah, tetapi jika hanya itu tujuan anda maka itu yang menjadi masalah”. Yaaa dari kalimat itu saya mengerti bahwa a good indicator of successful is not always about money, tetapi kita lebih mengejar pada kualitas batin. Karena segala sesuatu ada yang tidak bisa dibeli dengan uang :)

24 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar