Sabtu, 11 Mei 2013
Pengaplikasian Wawancara dalam setting Pendidikan dan PIO (Sonia Alvina)
Minggu ini adalah minggu pertama setelah selesainya Ujian Tengah Semester. Hari senin ini juga menjadi kelas pertama Tekwan setelah UTS. “Aplikasi wawancara di bidang pendidikan dan wawancara dalam setting industri dan organisasi”, Kedua materi itu serentak diberikan dalam satu kali pertemuan, karena pada minggu depannya Ibu Henny berjanji akan mendatangkan seorang tamu yang bekerja dalam dunia PIO.
Pertama-tama saya akan membahas tentang “Aplikasi wawancara di bidang pendidikan”. Jika kita membahasa tentang pendidikan, maka pikiran kita langsung tertuju pada sekolah. Sekolah seharusnya menjadi tempat untuk siswa memperoleh ilmu, namun dibalik semua itu ternyata banyak sekali masalah atau kendala yang terjadi. Masalah tersebut terjadi baik dalam proses belajar mengajar ataupun lingkungan sistem sekolah. Tetapi yang lebih memprihatinkan lagi apabila masalah tersebut timbul dari siswanya sendiri. Masalah-masalah yang sering terjadi pada siswa seperti, Learning disabilities (Academic problems), Developmental problems, Behavioral problems, Psychosocial & environmental problems, Bakat dan Minat dll. Maka disinilah pengaplikasian wawancara di bidang pendidikan dibutuhkan. Sebagai seorang psikolog pendidikan, kita harus bisa membantu siswa-siswa tersebut keluar dari masalah yang ada. Observasi dan wawancara dilakukan dimulai dari bagaimana kita mengetahui informasi siswa tersebut sampai pemantuan siswa setelah proses treatment. Yang perlu digaris bawahi juga adalah kita harus perhatikan tahapan perkembangan anak dan tugas perkembangan yang sedang dilalui, jadi kita harus membedakan cara kita mengobservasi pada ada SD, SMP dan SMA.
Ibu Henny juga sempat bercerita ketika ia menjadi seorang konseling disekolah, ia bercerita bagaimana ketika itu ia menangani kasus seorang anak yang di labeling oleh guru-guru dan temannya sebagai anak yang nakal. Ternyata setelah Ibu henny mengobservasi dan mewawancarai anak tersebut dengan baik, terungkaplah bahwa ternyata anak tersebut adalah anak yang baik-baik, ia di labeling seperti itu karena dahulu kakaknya yang bersekolah ditempatnya yang sama merupakan anak yang nakal. Mungkin cerita Ibu Henny itu merupakan salah satu contoh pengaplikasian wawancara dalam pendidikan, dimana penerapan observasi dan wawancara yang tepat dapat mengungkapkan sebuah fakta.
Kemudian materi hari ini berlanjut dengan tema “wawancara dalam setting industri dan organisasi”. Pengaplikasian wawancara PIO berguna untuk Seleksi dan penempatan, Job Analysis, Coaching, Performance appraisaldan Exit interview. Wawancara itu sendiri terbagi dua menjadi wawancara terstruktur (CBI dan BEI) dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara dimana setiap pertanyaan telah dirancang untuk menguji kemampuan kandidat. Competency based interview (CBI) adalah salah satu tipe wawancara terstruktur, CBI merupakan pertanyaan terstruktur yang berhubungan secara langsung dengan kriteria dan kompetensi yang diinginkan untuk suatu jabatan tertentu. Sedangkan Behavioral Event Interview adalah metode wawancara yang berfokus pada penggalian kompetensi, memahami pengetahuan, kemampuan yang dimiliki kandidat dalam melakukan suatu pekerjaan. Dalam membahas PIO minggu depan Ibu Henny berjanji akan mendatangkan seorang praktisi yang bekerja dalam bidang tersebut.
Praktisi yang dihadirkan oleh Ibu Henny adalah Bapak Jefri Liang (Recruitment Specialist dari Acer Indonesia) . Banyak sekali pengetahuan yang bermanfaat yang diberikan oleh Bpk. Jefri mengenai dunia PIO. Beliau bekerja dari awal di bidang HR, beliau menjelaskan bagaimana mewawancarai seorang kandidat. Ada pertanyaan direct, pertanyaan tersebut seperti berapa tahun bekerja dll, kemudian ada non-direct, pertanyaan ini sifatnya lebih luas, contoh: dapatkan anda ceritakan pengalaman anda selama ini?.
Kemudian beliau juga menjelaskan tentang STAR (Situation, Task, Action, Result). STAR lebih menjelaskan ke kompetensi, seperti kompetensi apa yang kandidat miliki yang menjadi gambaran karakter dirinya.
· Situation, pengalaman yang melekat (wide/opened).Pewawancara ingin Anda untuk menyajikan sebuah tantangan baru dan situasi di mana Anda menemukan diri Anda sendiri.
· Task, Apa yang Anda harus capai?
· Action, Apa yang Anda lakukan untuk menangani masalah?
· Result, Apa hasil dari tindakan Anda?
Setelah itu beliau menjelaskan lagi tentang FACT (Feeling, Action, Context, Thinking). FACT lebih mengarahkan kandidat untuk bercerita tentang masa lalunya.
· Feeling, perasaan ketika itu seperti apa
· Action, menangani masalah apa
· Context, waktu itu perbuatan apa
· Thinking, pikirannya apa
Perbedaan antara STAR dan FACT
· STAR, dapat diterapkan kapan saja, dimana saja dan pada jabatan apa saja
· FACT, tidak dapat di gunakan pada level supervisior karena memakan waktu yang lama, penggalian data lebih dalam, jabatan minimal manager, lebih baik dilakukan oleh bukan pihak internal perusahaan, dan tidak dapat dilakukan oleh interviewer sembarangan
Beliau juga menceritakan suka duka selama beliau bekerja, juga memberikan tips-tips kepada mahasiswa freshgraduate yang ingin melamar. Menurut beliau, semua jurusan bisa memasuki HRD. HRD tidak hanya terfokus pada lulusan psikologi saja, jurusan lain pun bisa asalkan mau untuk belajar karena dunia HRD itu sangatlah luas.
Terakhir bagian yang menarik selama Bapak Jefri menjadi tamu dikelas adalah ketika beliau menjelaskan tentang bajak-membajak. Saya sengaja bertanya tentang hal itu kepada beliau karena saya ingin mengetahui prosesnya, saya terinspirasi bertanya seperti itu karena saya mendengar cerita dari kakak saya yang pernah dibajak oleh salah satu perusahaan.
Ternyata bajak-membajak itu tidaklah bermasalah selagi tidak adanya perjanjian. Prosesnya pun menarik. Dari mulai mencari channel baik itu rekomendasi dari teman ataupun atasan, kemudian melihat CV apakah orang yang ingin dibajak itu sesuai dengan kriteria jabatan yang ada, menghubungi kandidatnya baik via telepon ataupun bertemu langsung dan terakhir jika kandidat itu mau, barulah kandidat tersebut mengikuti proses selanjutnya dari pihak perusahaan yang membajak. Sangat menarik ternyata.
Saya pikir, kehadiran praktisi dalam kelas sangatlah membawa banyak maanfaat kepada mahasiswa. Sebagai mahasiswa, saya merasa mendapat banyak sekali pengetahuan dan lebih tahu tentang bagaimana dunia pekerjaan sesungguhnya melalui cerita-cerita dari pengalaman praktisi tersebut. Semoga kelas-kelas lain juga menerapkan hal serupa seperti kelas Tehnik wawancara :)
5 Mei 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar