Interviewer
harus menanyakan 17 informasi (jika mungkin) sehubungan dengan riwayat sosial, yakni family
of origin, extended family, present family constellation, educational
level attained, occupational training/job history, marital (signifikan
other) history, interpersonal relationship history/ social network,
recreational preferences/ leisure activities, sexual history, medical
history-including significant family medical history,
psychiatric/psychotherapy history, legal history, alchohol and substance
abuce, nicotine and caffeine consumption, current living situation,
source of support, dan religion. Informasi yang pertama mengenai sejarah keluarga. Interviewer dapat membuat pohon keluarga (genogram) dari informasi
mengenai silsilah keluarga yang klien sampaikan serta suasana tempat ia tinggal
sekarang bersama siapa. Penting untuk interviewer
mengetahui simptom atau masalah penyakit turunan. Pola Interfamilial
komunikasi, karakterisasi dari anggota keluarga, dan adanya konflik masa lalu
atau sekarang dapat dihubungkan dengan gangguan saat klien. Dengan mengetahui
sejarah keluarga klien, interviewer dapat
mengembangkan sketsa biografi singkat orang tua, saudara, pasangan, lain yang
signifikan, dan anak-anak; mempelajari tentang hubungan antara pasien dan
kerabat, baik saat ini dan masa kanak-kanak, dan mempelajari apakah gangguan
mental dalam keluarga pasien Anda, termasuk kerabat jauh. Ternyata membaca
genogram tidaklah mudah, dari genogram interviewer
dapat mengetahui kehidupan di dalam rumah klien dan dapat menggambarkan
penyebab dari masalah klien.
Yang kedua
adalah mengenai riwayat pendidikan. Apakah klien merupakan anak yang menikmati
sekolah atau tidak, jika klien tidak menikmati sekolah maka harus dicari tahu
penyebabnya. Apakah klien memiliki kemampuan interpersonal dengan
teman-temannya secara baik atau tidak. Nilai yang tertera pada raport siswa
bukanlah menjadi sebuah jaminan intelektual seseorang. Banyak orang yang gagal
di sekolah tetapi dapat berhasil di dunia kerja. Intervieweer dapat melihat juga apakah klien.
Yang ketiga
adalah mengenai riwayat pekerjaan, tanyakan sudah berapa klien bekerja di
bidang tersebut, apakah klien bekerja di bidang tersebut atas keinginan sendiri
atau karena keinginan orang tua. Interviewer
harus hati-hati dalam menanyakan
pertanyaan mengenai pekerjaan, jangan menggunakan kalimat yang menyinggung hati
klien. Yang keempat adalah sejarah pernikahan, dengan mengetahui status
seseorang, interviewer dapat lebih mengetahui
seberapa daya tahan klien terhadap sebuah status atau hubungan. Yang kelima
adalah interpersonal relationship, interviewer
dapat mengetahui seberapa berkualitas hubungan pertemanan klien. Yang keenam
adalah recreational preferences, hal
ini berkaitan mengenai hobi dan rekreasi klien, dari hobi dan rekreasi yang
klien minati dapat dilihat bagaimana cara klien melakukan coping stress.
Yang ketujuh
adalah riwayat kehidupan seksual, pertanyaan mengenai hal ini masih dianggap
tabu dan sensitif untuk ditanyakan, khususnya untuk orang Asia, seperti
Indonesia. Interviewer dapat
menanyakan riwayat kehidupan seksual klien jika individu telah megetahui status
klien, misalnya klien masih single, sudah bercerai dan belum menikah kembali,
atau telah ditinggal pasangan meninggal, maka kehidupan seksual boleh
ditanyakan atau tidak, tergantung kebutuhan. Jika klien sudah berumah tangga
atau kasusnya mengenai hal seksual maka hal ini wajib ditanyakan. Yang kedelapan
adalah riwayat kesehatan, sebagai psikolog kita harus mengerti dasar mengenai obat-obatan,
misalnya diberi obat A maka efek bagi klien seperti apa. Riwayat penyakit
keluarga dapat juga membantu dalam memahami penyakit yang klien hadapi. Yang kesembilan
adalah psychiatric/ psychotherapy history,
hal ini dapat membantu intervieweer
untuk mengetahui apakah klien pernah terdiagnosis masalah gangguan jiwa atau
tidak. Hal ini juga penting untuk melihat pengalaman klien dalam menghadapi
diagnosis tersebut. Sehingga interviewer
dapat membantu klien untuk membantu dirinnya sendiri, seperti coping stress yang bagaimana yang dapat membantu
menghadapi diagnosa gangguan jiwa.
Yang kesepuluh adalah legal history, klien dengan masalah hukum yang banyak dapat
memiliki karakteristik patologi. Yang kesebelas adalah alcohol and sobstance use/ abuse, intervieweer dapat memancing klien dengan egatakan “Saya
kadang-kadang minum bir atau wine,
bagaimana dengan anda?”, biasanya klien suka enggan menceritakan kebiasaan suka
minum-minuman keras, maka dari itu inyervieweer
dapat memancing klien untuk menceritakan pegalamannya sendiri. Yang kesebelas
adalah nicotine and/or caffeine
consumption, kopi dan rokok merupakan salah satu ‘obat yang membuat
seseorang menjadi ketegantungan’. Tanyakan kepada klien apakah ia adalah
pecandu rokok dan/atau kopi dan tanyakan pula seberapa sering klien mengonsumsi
rokok dan/atau kopi.
21 Maret 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar