Minggu ini di kelas Teknik Wawancara kami kedatangan Bapak Jeffry,
seorang praktisi PIO di perusahaan Acer, perusahaan yang bergerak di
bidang komputer. Beliau berbaik hati membagikan pengalaman kerjanya
kepada kami. Beliau berkata bahwa untuk masuk ke bidang HRD tidak harus
dari jurusan psikologi, tapi bisa juga dari jurusan hukum dan ekonomi.
Beliau juga mengakui bahwa seroang rekan kerjanya yang nonpsikologi
lebih mempunyai pengetahuan lebih mengenai bidang human resource.
Ia bercerita bahwa dalam menggunakan teknik wawancara di bidang PIO dapat digunakan secara direct dan indirect,
dan kompetensi dapat dibagai menjadi dua, yakni hard skill dan soft
skill. Sedangkan untuk teknik wawancara yang sering beliau gunakan yakni
STAR (Situation, Task, Action, dan Result) dan FACT (Feeling, Action, Context, dan Thinking).
Contoh penggunaan STAR, ketika mewawancara seseorang yang memiliki
pengalaman kerja di masa lalu dan sekarang ia ingin melamar kerja pada
satu posisi, pewawancara dapat bertanya "Coba ceritakan pengalaman
bapak/ibu yang paling melekat?", "Semuanya si melekat, tapi yang paling
melekat waktu itu saya diminta untuk membuat pabrik baru", "Oh diminta membuat pabri baru ya pak, dalam proses bapak membuat pabrik baru tersebut, ada tidak kendala yang dihadapi?", "Ada, yakni kekurangan tenaga, berpacu dengan waktu". "Lalu bagaimana cara bapak mengatasi kendala tersebut?", "Saya dapat bla, bla, bla ". "Setelah bapak melakukan cara a, b, c , bagaimana hasil yang didapatkan?".
Sedangkan dalam menggunakan FACT, tidak berbeda jauh dengan cara
menggunakan teknik STAR. Hanya saja terdapat perbedaan dalam menggunakan
teknik STAR dan FACT, yakni ketika seorang pewawancara menggunakkan
teknik STAR, teknik tersebut dapat digunakan untuk melakukan wawancara
untuk merekrut posisi apa saja. Sedangkan teknik FACT tidak bisa
digunakan untuk mewawancarai posisi supervision, karena teknik tersebut
lebih panjang sehingga memakan waktu. Teknik FACT lebih cocok digunakan
untuk mewawancarai posisi General Manager, dan pewawancara lebih baik
bukan orang internal perusahaan tetapi pihak ke tiga, bisa saja
consultant perusahaan.
Menurut Pak Jeffry, interview hanya digunakan untuk mengetahui apa
yang ingin kita ketahui, gunakan basa basi pada tempatanya, dan jangan
sampai pewawancara didirect oleh yang diwawancara. Jangan malu bertanya
ketika pewawancara tidak mengerti istilah-istilah yang digunakan oleh
yang diwawancarai. Dari jawaban yang diberikan oleh yang diwawancarai,
pewawancara dapat sedikit mengerti orang seperti apa yang diwawancarai.
Jawaban detail, jawaban jelas, jawaban simple, jawaban tidak menjawab
pertanyaan dapat mengindikasikan orang seperti apa yang diwawancari.
Pak Jeffy juga memberi tahu pertanyaan seperti apa yang diajukan
ketika mewawancarai seorang fresh graduate, yakni tiga kelebihan dan
tiga kekurangan, mata kuliah apa yang diminati, karena dari mata kuliah
yang diminati dapat dilihat apakah seseorang tersebut cocok atau tidak
dengan pekerjaan yang ia lamar, alat tes apa saja yang ia tahu, dan
lain-lain.
Saya juga berkesempatan untuk bertanya mengenai bagaimana jika
pewawancara menanyakan gaji, lalu kata Pak Jeffry, dilihat terlebih
dahulu perusahaan tersebut besar atau tidak, job desk yang saya lamar
seperti apa, tanya-tanya pada teman yang melamar di bidang yang hampir
sama, dan jangan berkata bahwa gaji terserah bapak, kita harus punya
standar tertentu. Saya juga mendapat ilmu lain, yakni tidak ada
ketentuan berap lama dari membina rapport hingga masuk ke dalam isi
wawancara.
29 April 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar