Minggu, 12 Mei 2013

Skills You Need To Know When Doing Interview (Teguh Lesmana)


Semua orang pasti dapat melakukan wawancara...tetapi untuk melakukan wawancara sebagai seorang psikolog perlu keterampilan tertentu yang tidak mudah dikuasai. Sebenarnya beberapa cara melakukan wawancara yang baik hampir sama prinsipnya dengan melakukan percakapan yang baik. Kenapa saya bilang sama? hehehe karena pada dasarnya baik wawancara dan percakapan yang baik di dalamnya terdapat active listening atau aktif mendengarkan lawan bicara kita. Aktif mendengarkan itu berarti di dalamnya juga ada encouragement sebagai tanda bahwa kita mendengarkan lawan bicara kita. Nah sebagai seorang psikolog yang melakukan wawancara nantinya, kita juga dituntut untuk dapat menangkap informasi-informasi apa saja yang telah diceritakan oleh narasumber. Informasi ini dapat diperoleh dari parafrase konten cerita yang telah diceritakan dan mengklarifikasinya dengan orang yang diwawancara (reflection of content) atau menangkap perasaan-perasaan utama yang terkandung dalam cerita klien dan menanyakan kembali pada klien untuk memperjelas pengalaman yang diceritakan (reflection of feeling).

Sebenarnya ada hal yang sangat penting dan utama sebelum dilakukan wawancara hehehe.....tanpa melakukan ini terlebih dahulu bisa-bisa wawancara yang dilakukan tidak berjalan efektif. Mau tahu apa itu? Ya tepat sekali, melakukan pendekatan dan perkenalan terlebih dahulu dengan orang yang hendak diwawancara! atau lebih dikenalnya dalam teknik wawancara sebagai membangun rapport. Sesuai dengan ungkapan "tak kenal maka tak sayang" dalam wawancara juga sama halnya demikian, apabila seorang psikolog tidak membangun rapport yang baik dengan kliennya maka kemungkinan kliennya tidak akan kooperatif dalam proses wawancara nanti.Terdapat banyak macam keterampilan yang harus dikuasai dalam membina rapport salah satunya adalah kita harus berusaha memahami apa yang dirasakan oleh klien yang datang bercerita kepada kita sebagai seorang psikolog. Memahami bukan berarti sepenuhnya memahami karena kita tidak sungguh-sungguh berada di posisi klien sehingga kita hanya dapat membayangkan bagaimana perasaan klien.

Tadi di awal saya sempat bilang percakapan dan wawancara pada dasarnya sama bukan? hehehe tapi kali ini ada hal yang membedakan percakapan biasa dengan wawancara yang dilakukan psikolog :D perbedaannya adalah dalam percakapan biasa kita dibolehkan untuk simpati terhadap cerita yang diceritakan lawan bicara kita tetapi dalam wawancara sebagai seorang psikolog kita tidak dibolehkan simpati dengan cerita klien, kita hanya boleh berempati. Dengan berempati, seorang psikolog memberitahukan pada kliennya bahwa ia dapat menerima dan mengerti situasi hidup klien tanpa memberi penilaian apa-apa terhadap cerita klien. Kunci utama dari empati adalah selalu fokus pada klien sepanjang waktu.

Selain empati, dalam wawancara ada beberapa hal lainnya yang juga harus diperhatikan seperti attending behavior, teknik bertanya, dan keterampilan observasi. Attending behavior disini maksudnya memberikan kesempatan kepada klien untuk berbicara dan lebih fokus pada cerita klien. Jadi sederhananya kita harus ada kontak mata dengan klien pada saat klien bercerita untuk menunjukkan kalau kita peduli apa yang klien ceritakan, dan juga mengarahkan topik pembicaraan ke arah yang sesuai dan relevan dengan apa yang dibahas.Kemudian selanjutnya adalah teknik bertanya, dalam bertanya sangat tidak diperbolehkan menggunakan kata "kenapa" karena hal tersebut hanya menunjukkan bahwa klien berada dalam posisi salah, dan hal ini dapat menyebabkan klien merasa bersalah. Yang terakhir adalah keterampilan observasi....ya dalam wawancara memang tidak dapat dipisahkan dengan observasi, karena mau tidak mau pada saat melakukan wawancara, pewawancara akan dapat melihat mimik muka dan gestur tubuh orang yang diwawancara. Sangatlah penting untuk selalu peka terhadap segala hal kecil yang mungkin muncul dan selalu waspada dengan faking good yang dapat dilakukan klien dalam proses wawancara.

Itulah beberapa keterampilan yang harus dikuasai dalam melakukan wawancara hehehe bagaimana lumayan banyak kan yang harus dikuasai? Kalau hanya melakukan wawancara biasa, semua orang bisa hahaha hanya melakukan tanya jawab saja tanpa perlu memperhatikan semua aspek diatas. Tapi semua aspek diatas wajib dikuasai yaa apabila anda ingin menjadi seorang psikolog yang ahli hehehe :P

16 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar