Minggu, 12 Mei 2013

Review Presentasi Kelompok Klinis Dewasa dan Klinis Anak Kelas Teknik Wawancara (Lusiana RIo Santoso)


Hari ini adalah hari pertama dimulainya kegiatan presentasi bagi para mahasiswa/i kelas teknik wawancara kelas C dengan pengajar ibu Henny. sebelum mengambil mata kuliah teknik wawancara, sempat terpikir oleh saya bahwa kelas ini mungkin akan sangat sulit bagi saya, terutama karena saya merasa bahwa wawancara adalah kemampuan yang paling sulit untuk saya kuasai.dan mungkin akan sulit juga bagi saya untuk memahami materi yang akan disampaikan di kelas nantinya. namun dugaan-dugaan saya itu cukup salah, memang ilmu yang diberikan dalam perkuliahan tidak sepenuhnya mampu saya aplikasikan dalam menjalani tugas-tugas wawancara yang diberikan oleh beberapa dosen lainnya, namun ilmunya tetap dapat saya jadikan pegangan untuk kelak jika saya berprofesi sebagai seorang praktisi psikologi ataupun pekerjaan lainnya yang membutuhkan skill interview. pada presentasi hari ini, banyak yang saya pelajari, pertama-tama tentu mengenai apa itu wawancara dan bagaimana penerapan teknik wawancara dalam pekerjaan sebagai psikolog. lalu dimana kekurangan teknik wawancara dibandingkan teknik lainnya, dan yang terpenting adalah mengetahui etika dalam mewawancarai seorang klien. ada kelompok yang menjelaskan bahwa psikolog (narasumber) yang ia wawancarai berkata bahwa ia seringkali lupa apa yang akan ia tanyakan pada klien, padahal menurut saya sangat penting untuk mempersiapkan poin-poin penting apa saja yang harus ditanyakan pada klien agar kita dapat mengetahui apa yang benar-benar ingin kita ketahui dari klien tanpa terkesan berputar-putar di pertanyaan yang sama dan agar tidak terlihat seolah tidak ada persiapan dan tidak profesional di hadapan klien. psikolog tersebut bahkan tidak mengacu pada pedoman wawancara dan tidak menggunakan aturan wawancara yang baku. lalu diceritakan juga oleh bu Henny bahwa sebagai seorang psikolog yang terpenting adalah kita tidak boleh menunjukkan ekspresi yang berlebihan di hadapan klien, bukan berarti ekspresi kita harus datar seolah tanpa jiwa, namun ada baiknya tetap menjaga sikap profesional di hadapan klien, semengejutkan apapun persoalan klien. lalu ada juga petuah-petuah bijak dari ibu Henny mengenai tanggung jawab dan etika sebagai seorang psikolog. ada juga 5 senjata rahasia yang harus dimiliki sebagai seorang psikolog kelak. kemudian dari kelompok presentasi mengenai klinis dewasa misalnya, seperti yang dikatakan ibu Henny, beliau lebih senang menginterview klien yang usianya tidak jauh berbeda, karena menurut saya sendiri hal tersebut akan menciptakan suasana yang tidak terlalu canggung antara klien dan psikolog, dan secara psikologis sebagai orang yang usianya tidak berbeda jauh, kita dapat lebih memahami permasalahan klien dan penyelesaiannya.lalu ada juga pengalaman dari psikolog klinis anak, dimana untuk menangani anak-anak memang lebih sulit dan dibutuhkan tenaga ekstra untuk menghadapi mereka, terutama jika anak itu memiliki gangguan ADHD yang mana anak tersebut akan jadi sangat aktif, tentu membutuhkan stamina yang prima juga bagi psikolog yang harus menghadapi klien cilik yang seperti itu. lalu dari presentasi itu juga saya jadi tahu bahwa dalam menghadapi klien cilik, adanya ruangan yang cukup besar dan mainan yang banyak karena sebagai anak-anak, biasanya mood mereka lebih sulit untuk dikondisikan dalam lingkup konseling, dimana dalam kasus klinis dewasa tentu klien sudah lebih bisa mengendalikan diri mereka untuk menghadapinya. anak-anak itu harus dipancing mood-nya agar jadi lebih nyaman dan santai, psikolog yang akan menanganinya juga harus mencoba untuk mengakrabkan diri sedikit demi sedikit dengannya, biasanya sebelum ditinggal berdua dengan psikolog, ibu dari klien cilik tersebut harus menemani juga dan perlahan-lahan setelah anak itu mulai nyaman dengan psikolog, ibunya boleh meninggalkan keduanya dan kegiatan konseling/pengobatan pun dapat dilaksanakan. banyak yang saya pelajari dari kuliah hari itu, namun yang paling berkesan sejak awal perkuliahan teknik wawancara hingga perkuliahan minggu terakhir bagi saya adalah petuah-petuah ibu Henny mengenai pengalamannya sebagai seseorang yang sudah makan asam garam dalam profesi psikolog.

5 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar