Pernahkah terpikir oleh kalian bahwa dalam sebuah keputusan selalu ada resiko?
Dalam sebuah pilihan yang kalian jalani selalu ada resiko dan harus ada pilihan lain yang terbuang...
Dalam sebuah kehidupan, Anda tidak dapat memiliki segala sesuatunya dengan sempurna...
Selalu ada kekurangan dalam kehidupan manusia karena pada dasarnya tidak ada seorang manusia pun di dunia ini yang sempurna...
Jika Anda setuju dengan statement saya di atas, saya ingin
mengajak Anda untuk berpikir lebih jauh mengenai sebuah kehidupan
pernikahan. Seperti yang saya katakan dalam post saya yang lalu,
pernikahan juga merupakan salah satu pilihan dan keputusan yang dibuat
oleh manusia dalam kehidupannya. Dan yang ingin saya tekankan disini
adalah pernikahan merupakan pilihan dan keputusan yang dibuat manusia
dengan melibatkan JANJI SUCI antara individu satu dengan individu
lainnya.. Selayaknya, janji haruslah ditepati... Terlebih lagi, ini
adalah sebuah janji yang suci, bukan?
Lalu, apa yang terjadi ketika sebuah pernikahan yang
dijalani ternyata mengalami masalah yang mungkin tidak dapat diterima
oleh salah satu pasangan... Hal ini yang terlintas di pikiran saya saat
saya mengikuti sebuah kelas di Fakultas Psikologi mengenai Perilaku
Seksual... Kelas pada hari itu membahas mengenai Disfungsi Seksual...
Untuk beberapa dari pembaca mungkin merasa asing dengan istilah ini.
Disfungsi seksual merupakan gangguan dalam respon seksual yang umumnya
tidak dapat hilang dengan sendirinya dan justru akan bertambah parah
seiring berjalannya waktu... Lalu... Pernahkah Anda berpikir, bagaimana
bila pasangan yang Anda nikahi mengalami disfungsi seksual? Dapatkah
Anda menerimanya?
Disfungsi seksual dapat terjadi pada siapa saja... Tua atau muda...
Laki-laki atau perempuan... Tentunya bukan hal yang mudah untuk pasangan
dalam menerima pasangannya yang mengalami disfungsi seksual. Tidak
dapat dipungkiri bahwa seks merupakan salah satu hal yang penting dalam
sebuah rumah tangga, terutama dalam meningkatkan intimasi pasangan.
Banyak sekali pasangan yang bertengkar dan rumah tangga yang retak
karena masalah seks ini. Lalu, apa yang terjadi jika pasangan Anda
mengalami disfungsi seksual? Pertanyaan utamanya, apakah disfungsi
seksual dapat disembuhkan? Sebenarnya, disfungsi seksual dapat
disembuhkan atau tidak bergantung pada penyebabnya. Pada wanita,
disfungsi seksual dapat disebabkan oleh penyakit atau pemerkosaan,
misalnya. Trauma akibat pemerkosaan dapat mengakibatkan seorang wanita
mengalami disfungsi seksual. Tentunya, untuk menyembuhkan disfungsi
seksualnya, trauma ini perlu disembuhkan terlebih dahulu :)
Lalu, bagaimana dengan disfungsi seksual yang dialami individu
karena penyakit biologis, seperti diabetes, kanker, atau jantung?
Umumnya, hubungan seks dapat dilakukan namun gairah untuk melakukan akan
berkurang. Penderita kanker mungkin akan terlalu merasakan sakit akibat
pengobatan sehingga tidak ada gairah seksual. Penderita jantung mungkin
akan sulit untuk melakukan hubungan seksual karena pompa darah yang
tidak stabil dari jantung. Namun, setelah penyakit yang dialami sembuh,
individu tentunya dapat melakukan hubungan seksual dengan pasangannya
kembali.
Akhir kata... Dalam post saya kali ini, saya ingin
membagikan perenungan kepada pembaca... Jika, suatu saat, pasangan Anda
mengalami disfungsi seksual atau mengalami hal-hal yang tidak Anda
inginkan, mampukah Anda sebagai pasangannya menerima segala kondisinya?
Janji pernikahan tentu mudah diucapkan dan dihafalkan, namun mudahkah
untuk menjaga dan mempraktekkannya? So, if this kind of things happen to you, will you keep your promises or break them? It depends on you!
30 Maret 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar