Minggu, 05 Mei 2013

Aplikasi Wawancara Dalam Bidang Pendidikan & Industri dan Organisasi serta Praktisi PIO (Linda Stephani)

Pada tulisan saya kali ini, akan dibahas mengenai aplikasi wawancara dalam bidang pendidikan dan industri & organisasi. Pertama yang akan dibahas lebih dahulu adalah aplikasi wawancara dalam bidang pendidikan. Dalam bidang pendidikan terdapat masalah-masalah yang biasanya terjadi, seperti proses belajar mengajar di kelas --> terkadang ada guru yang mampu menyampaikan materi pelajaran dengan baik, namun ada juga guru yang kurang mampu menyampaikan materi pelajaran dengan baik; tidak hanya guru, namun ada juga siswa yang mampu menyerap atau memahami materi yang disampaikan oleh guru, namun ada juga siswa yang sulit untuk memahami materi pelajaran yang guru sampaikan; masalah yang kedua yaitu masalah yang terkait dengan sistem sekolah --> kurikulum salah satu yangg termasuk sistem sekolah; dan berbagai masalah yang dialami siswa yang terdiri dari: learning disabilities --> terkait dengan mata pelajaran, developmental problems --> seperti ADHD, autisme, asperger, behavioral problems --> bullying secara fisik, verbal, dan dapat juga secara seksual, psychosocial and environmental problems --> terkait dengan masalah pertemanan dan lingkungan tempat tinggal, bakat dan minat, serta seleksi dan penempatan --> untuk murid: apakah siswa tersebut dapat masuk ke kelas akselerasi atau tidak, untuk guru: apakah guru tersebut cocok atau tidak mengajar di suatu kelas yang ditentukan.
     Pengaplikasian observasi dan wawancara dapat dilakukan untuk mengetahui informasi mengenai siswa seperti minat, hobi siswa, latar belakang siswa, hal-hal yang tidak disukai siswa; memahami permasalahan yang terjadi; untuk verifikasi antara guru dan siswa, siswa dan orang tua, guru dan guru, dan lain-lain --> misalnya antara siswa dan orang tua: ketika orang tua mengatakan bahwa anaknya tidak pernah bermasalah, dalam hal ini mungkin saja karena orang tua yang pulang malam dan tidak sempat bertemu dengan anaknya, ketika orang tua pulang ke rumah, mungkin anaknya sudah tidur, dan tidak dapat melihat perilaku anaknya, padahal anaknya memiliki perilaku yang bermasalah, seperti berkelahi dengan temannya, yang orang tua tidak ketahui; selain itu pengaplikasian observasi dan wawancara dapat juga digunakan untuk diagnosa --> kenakalan siswa di sekolah, bakat dan minat siswa, kasus yang terjadi pada siswa; dan yang terakhir adalah untuk memantau --> perubahan perilaku siswa sebelum dan sesudah diberikan treatment --> misal untuk siswa yang mengalami kesulitan berkonsentrasi dalam belajar.
     Lalu mungkin timbul pertanyaan, siapa sajakah yang dapat diwawancarai? Yang dapat diwawancari adalah siswa, guru, orang tua, bahkan penjaga kantin, satpam sekolah juga dapat diwawancarai. Namun lebih difokuskan pada wawancara pada siswa, guru, dan orang tua. Yang pertama adalah wawancara terhadap siswa. Wawancara terhadap siswa dapat dilakukan untuk mengetahui latar belakang masalah siswa; mengetahui level perkembangan siswa seperti bahasa, sosial, fisik, dan lain-lain; mengetahui kemampuan verbal serta permasalahan siswa (dapat dilakukan dengan observasi juga); dan mengetahui kelebihan dan kekurangan yang dimiliki siswa.
     Selanjutnya adalah wawancara terhadap orang tua. Dengan melakukan wawancara dengan orang tua, dapat diketahui bagaimana orang tua menerapkan pola asuh kepada anaknya (apakah otoriter, otoritatif atau mungkin permisif); selain itu dapat diketahui bagaimana cara orang tua berinteraksi dengan anaknya; ekspektasi orang tua terhadap anak, guru, dan sekolah; mengetahui perkembangan anak dari sisi orang tua, dan mengetahui budaya & nilai-nilai yang diaplikasikan dalam keluarga. (dapat juga dilakukan observasi).
     Lalu yang ketiga adalah wawancara terhadap guru. Tidak hanya siswa dan orang tua yang diwawancarai, namun guru juga dapat diwawancarai. Lalu apa saja yang dapat diketahui dengan melakukan wawancara terhadap guru? Ada beberapa hal yang dapat diketahui, diantaranya dapat mengetahui keefektifan gaya dan teknik mengajar guru kepada siswa, apakah sudah efektif atau belum; mengetahui penerapan kurikulum oleh guru, apakah sudah berhasil kurikulum yang diterapkan guru terhadap murid; bagaimana interaksi guru dengan siswa; interkasi guru dengan staf di sekolah dan juga dengan orang tua. (dapat juga dilakukan observasi).
     Terdapat perbedaan antara wawancara dan observasi yang dilakukan terhadap anak usia prasekolah, middle childhood (sekolah dasar), dan remaja (SMP dan SMA), maka dari itu perlu diperhatikan tahapan perkembangan anak dan tugas perkembangan yang sedang dilalui oleh anak. Wawancara dan observasi yang dapat dilakukan di lingkungan pra prasekolah adalah seleksi calon murid --> mengenai apakah anak yang akan masuk ke sekolah mampu atau tidak mengikuti pembelajaran, bukan mengenai biaya masuk sekolah; mengumpulkan informasi mengenai kondisi calon murid; dan prosedur awal pembuatan IEP (Individual Educational Program) bagi anak berkebutuhan khusus (dapat dilakukan wawancara dengan orangtua dan terapis).
     Wawancara dan observasi di lingkungan Sekolah Dasar dapat dilakukan untuk seleksi penerimanan murid baru; pengenalan kondisi murid dan orang tua; sosialisasi peraturan sekolah seperti jam efektif pembelajaran, ekstrakurikuler, standar kemampuan anak, pembayaran, dan lain-lain. Terakhir adalah wawancara dan observasi di lingkungan SMP-SMA, yang dapat dilakukan adalah untuk menyamakan data murid dengan keadaan murid yang sebenarnya dan dengan perilaku overt yang ditampilkan --> seperti anak ke berapa, bagaimana keadaan ayah /  ibu;  mendapatkan data lebih dalam seperti: alasan siswa tidak naik kelas, kesulitan siswa pada pelajaran tertentu; anak SMP-SMA mulai memakai ‘topeng’  --> ada siswa yang sebenarnya anak baik tetapi menggunakan ‘topeng’ sehingga di label sebagai anak nakal.
     Yang terakhir yang dibahas dalam aplikasi wawancara dalam bidang pendidikan adalah mengenai etika. Competencies --> jangan pernah merasa bahwa hasil observasi dan wawancara yang dilakukan lebih valid dari hasil tes formal; informed consent --> meskipun klien telah mengetahui sistem yang berlaku di sekolah / institusi tersebut, tetap harus menjelaskan tujuan dari wawancara; confidentiality --> menjaga kerahasiaan cerita klien (jika sekolah meminta laporan wawancara yang telah lakukan, berikan hanya yang penting saja, seperti kelebihan atau kekurangan siswa), dan hati-hati dengan kecenderungan ber”gosip” antar guru / pegawai sekolah (meskipun sesama guru juga harus tetap menjaga kerahasiaan cerita klien, yaitu siswa).
     Selanjutnya yang akan dibahas adalah mengenai aplikasi wawancara dalam bidang industri dan organisasi. Aplikasi wawancara dalam bidang industri dan organisasi dapat digunakan untuk seleksi dan penempatan --> karyawan atau pekerja cocok ditempatkan di bagian mana; job analysis yang mencakup job evaluation dan menetapkan job description & job specification --> job specification seperti jenis kelamin, usia, lulusan pendidikan, IPK sesuai dengan pekerjaan yang dibutuhkan (misal: HRD --> perlu diketahui IPK, lulusan pendidikan S1, dll); coaching; performance appraisal --> promosi / mutasi / demosi --> apakah karyawan tersebut layak untuk dipromosikan atau tidak untuk suatu jabatan; dan exit interview --> biasanya dilakukan untuk karyawan-karyawan yang akan keluar atau mengundurkan diri dari perusahaan (biasanya untuk karyawan-karyawan yang kinerjanya dinilai baik).
     Wawancara terstruktur dibagi menjadi dua yaitu: Competence Based Interview (CBI) dan Behavioral Event Interview (BEI). Perbedaan CBI dan BEI adalah dalam pertanyaan wawancara yang ditanyakan seharusnya adalah mengenai pengalaman atau yang sudah pernah terjadi, bukan yang akan dilakukan pada situasi yang akan terjadi; kandidat tidak akan mendapatkan kesempatan untuk menyiapkan sebuah cerita; CBI dan BEI akan mengikuti proses yang tersusun dan konsentrasi pada bagian yang penting, dibanding mengikuti interviewee untuk konsentrasi terhadap bagian yang mereka rasa penting.
     Pertama adalah Competence Based Interview (CBI). Definisi CBI adalah pertanyaan terstruktur yang berhubungan secara langsung dengan kriteria dan kompetensi yang diinginkan untuk suatu jabatan tertentu. Ada 4 bentuk kompetensi dalam CBI, yaitu: achievement orientation --> orang-orang yang bekerja di bidang marketing atau sales harus mempunyai achievement orientation yang tinggi untuk dapat mencapai target yang ditentukan, motivating others ­--> manager (untuk dapat memotivasi bawahannya), influencing skills --> salesman, dan initiative. Masing-masing jabatan memiliki kompetensi yang berbeda satu sama lain. Terdapat 5 tahapan CBI, yaitu
  1. Job analysis, yaitu proses pengumpulan data tentang suatu jabatan.
  2. Mengembangkan kompetensi-kompetensi hasil data yang diperoleh dari job analysis. Ada tiga faktor penting, yaitu keterampilan, pengetahuan, dan kemampuan.
  3. Membuat job requirements berdasarkan kompetensi yang telah dikembangkan.
  4. Mengembangkan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan kompetensi dan menetapkan leveling untuk tiap kompetensi (Question Development).
  5. Membuat Evaluation Rating Form yaitu form panduan bagi pewawancara untuk menilai subyek yang diwawancarai. Dalam form ini diberikan rating untuk masing-masing kompetensi. Contoh evaluation rating scales : (1) Lacks Qualification; (2) Below Average; (3) Average; (4) Above Average; dan (5) Highly Competent.
     Berikut adalah contoh-contoh pertanyaan CBI:
-                    - Adaptability Competency:
Coba ceritakan saat Anda mengganti prioritas Anda untuk memenuhi harapan Anda yang lain!
-                    - Client Focus Competency:
Berikan contoh bagaimana Anda menyediakan pelayanan kepada customer untuk memenuhi permintaan mereka. Bagaimana Anda mengidentifikasikan kebutuhan mereka? Lalu bagaimana respon Anda?
-                     - Communication competency:
Ceritakan saat Anda benar-benar membutuhkan konsentrasi lebih akan apa yang dikatakan oleh seseorang, dan berusaha secara aktif memahami pesan yang mereka sampaikan!
-                     - Organizational awareness competency:
Gambarkan budaya perusahaan tempat Anda bekerja dan berikan sebuah contoh bagaimana Anda bekerja di dalam budaya tersebut untuk mencapai tujuan!
-                     - Problem solving and judgement  competency:
Jelaskan saat Anda harus menganalisa serta mencari solusi dari masalah yang ada!
     Selanjutnya adalah Behavioral Event Interview (BEI). BEI merupakan metode wawancara yang berfokus pada penggalian kompetensi, memahami pengetahuan, kemampuan yang dimiliki kandidat dalam melakukan suatu pekerjaan. Menurut Wahyuningtyas, BEI juga disebut Critical Incident Method --> metode interview untuk mengetahui bagaimana respon seseorang dan perilaku dalam situasi tertentu dari performa kerja sebelumnya maupun performa di masa didepan. Terdapat istilah STAR yang merupakan Situation / Task, Action, dan Result.
     Situation / Task merupakan latar belakang atau konteks dimana seorang kandidat melakukan suatu aksi. Menurut Winata, contohnya adalah:
-          - Bisakah Anda mengingat satu kejadian saat Anda harus melayani komplain seorang customer? (Handling complaint)
-      - Bisakah Anda memberikan contoh saat Anda mengalami deadline yang sangat ketat dalam pekerjaan Anda? (Working under preassure)
-               - Coba Anda ceritakan tentang proyek terakhir Anda yang melibatkan Anda dalam sebuah tim kerja? (Teamwork)
-       - Bisakah Anda ceriterakan kepada saya satu kejadian spesifik dimana Anda harus mengambil keputusan dengan cepat karena situasinya mendesak? (Decision making)
     Action merupakan apa yang kandidat kerjakan atau katakan dalam suatu situasi atau tugas dan bagaimana dia mengatakan atau mengerjakannya. Menurut Wahyuningtyas, action meliputi:
-                - Langkah – langkah yang diambil untuk menyelesaikan suatu tugas
-                - Bagaimana seseorang merencanakan pekerjaan untuk suatu proyek khusus.
-       - Apa yang dikerjakan seseorang untuk memenuhi tenggat waktu yang ketat atau menghindari penundaan yang akan menyebabkan kerugian.
-                 - Apa yang dikatakan seseorang yang menyebabkan seorang rekan kerja menjadi marah.
-                 - Tindakan pencegahan yang harus diambil seseorang tetapi tidak dilakukan.
     Yang terakhir adalah Result. Result merupakan efek dari tindakan seorang kandidat. Bagian ini menggambarkan perubahan atau perbedaan tindakan seorang kandidat dan apakah tindakannya itu efektif atau tidak. Menurut Winata, Result meliputi:
-               - Bagaimana hasilnya?
-               -  Apa yang terjadi setelah Anda melakukan itu?
     Refleksi dari saya adalah dalam bidang pendidikan, ketika saya SMA saya menganggap, proses wawancara yang dilakukan di sekolah, yang biasanya dilakukan oleh Guru BP hanyalah untuk informasi mengenai masalah akademik saja, masalah penjurusan siswa untuk memilih IPA atau IPS, dan terkadang menangani siswa-siswa yang bermasalah, namun ternyata setelah saya mendapatkan materi mengenai aplikasi wawancara dalam bidang pendidikan pada kelas Teknik Wawancara pada hari Senin, ternyata banyak sekali masalah yang ditangani dalam bidang pendidikan di sekolah, seperti masalah seleksi dan penempatan, masalah perkembangan dan lain-lain.
     Sedangkan dalam bidang industri dan organisasi, saya menganggap wawancara digunakan pada saat awal melamar pekerjaan saja, namun ternyata ketika saya juga mendapatkan materi pada kelas Teknik Wawancara pada hari Senin, wawancara dalam bidang industri dan organisasi ternyata juga digunakan untuk banyak hal, seperti promosi jabatan, exit interview (untuk karyawan yang akan keluar dari perusahaan), dan lain-lain.
 
Praktisi PIO
     Pada perkuliahan Teknik Wawancara hari Senin, 29 April 2013, ada hal yang berbeda, yaitu datangnya seorang Praktisi dalam bidang industri dan organisasi, yang bernama Bp. Jeffry. Beliau bekerja di Acer. Banyak hal mengenai industri dan organisasi yang Bp. Jeffry sampaikan. Bp. Jeffry menyampaikan mengenai wawancara secara direct dan indirect. Contoh wawancara direct : “Anda sudah bekerja berapa tahun?” Sedangkan contoh wawancara indirect : “Tolong ceritakan pengalaman Anda sebagai Manager!”
     Beliau juga menjelaskan perbedaan antara STAR dan FACT. STAR merupakan singkatan dari: Situation / Task, Action, dan Result. Contoh wawancara dari STAR adalah interviewee menceritakan mengenai dulu ia pernah membuat suatu project baru (S), lalu ada tugas-tugas yang harus ia lakukan (T), namun ia ada kendala-kendala yang terjadi (A). Lalu interviewer bertanya mengenai tindakan yang interviewee lakukan seperti apa, dan yang terakhir bagaimana hasil akhirnya (R). Sedangkan FACT singkatan dari: Feeling, Action, Context, dan Thinking. Feeling: “Bagaimana perasaan Anda?” Action kurang lebih sama dengan yang ada di STAR, Context: “Pada waktu itu hal apa saja yang Anda lakukan?” yang terakhir Thinking: “Apa yang Anda pikirkan?”
FACT lebih mengarah kepada pengalaman, bukan apa yang akan dilakukan pada situasi tertentu.
     Dalam wawancara terdapat suka-dukanya. Suka nya, kita dapat memperluas pengetahuan, misalnya: kita mewawancarai orang untuk bagian accounting, kita bisa mendapatkan informasi tentang accounting secara lebih dalam: “Saya bukanlah orang bagian accounting, bisakah Anda ceritakan tentang accounting?” Dari jawaban yang interviewee berikan, kita juga bisa mengetahui apakah interviewee merupakan orang yang teliti atau bukan, dll. Duka nya, jika interviewer bertemu dengan interviewee yang agak ‘aneh’ misalnya: ketika baru dua hari selesai wawancara, sudah menelepon menyanyakan diterima atau tidak, dan terjadi secara berulang-ulang / menelpon terus menerus untuk menanyakan keputusan diterima bekerja atau tidak.
     Interview yang terlalu tegang tidak bagus atau terlalu mencairkan suasanya juga tidak bagus, karena membuat pembicaraan tidak jelas, dan tidak mendapatkan isi dari wawancara tersebut. Namun dalam interview boleh ada humornya. Dalam interview, ketika membina rapport lalu masuk ke dalam isi wawancara dapat dilakukan dengan melihat situasi yang terjadi. Misalnya ketika interviewer mulai melakukan percakapan (membina rapport), interviewer dapat melihat jawaban interviewee, apakah interviewee hanya menjawab singkat saja atau justru berbicara panjang lebar. Semuanya tergantung pada interviewer kapan ingin memulai melakukan interview setelah membina rapport.
     Yang dapat masuk ke bagian HRD tidak hanya dari Psikologi saja, dari jurusan lain juga bisa asalkan ada kemauan belajar. Selain itu ada juga yang dinamakan hunting. Hunting adalah membajak karyawan dari perusahaan lain untuk bekerja di perusahaan kita, namun dilakukan secara profesionalisme, contohnya: perusahaan kita membutuhkan orang di bagian marketing, lalu kita bertanya kepada Manager yang berpengalaman yang baru pindah bekerja di perusahaan kita, apakah mempunyai teman atau anak buah yang dahulu ada di perusahaan tempat Manager itu bekerja untuk berada di bagian Marketing pada perusahaan kita. Jika ada, kita akan diberikan CV atau contact orang tersebut, dan kita dapat menghubunginya melalui telepon atau bertemu langsung.
     Refleksi saya mengenai banyak wawasan dalam bidang industri dan organisasi adalah dalam melakukan interview banyak hal yang dapat dipelajari dan dapatkan, seperti pengetahuan atau wawasan, dan dapat melihat situasi yang terjadi dalam interview, apakah cukup dalam membina rapport dan mulai untuk memasuki isi wawancara.
 
30 April 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar