Minggu, 05 Mei 2013

Teknik Wawancara bagi Praktisi PIO (Dixie Delisia)

     Pada hari Senin minggu ini, tepatnya tanggal 29 April 2013, kelas teknik wawancara yang kami ikuti mendapat kesempatan untuk mendengarkan penggunaan teknik wawancara dalam konteks industri dan organisasi dari praktisi PIO secara langsung. Praktisi PIO yang hadir di kelas kami adalah seorang pria yang sedang bekerja di salah satu perusahaan elektronik di Indonesia. Beliau bekerja di perusahaan ini setelah pindah dari sebuah perusahaan cukup besar lainnya. Mengenai alasan beliau pindah, beliau tidak dapat memberitahukannya kepada kami karena alasan pribadi.
     Kelas dimulai dengan perkenalan beliau sebagai praktisi PIO. Beliau mengatakan bahwa dalam dunia industri dan organisasi, terutama sebagai praktisi PIO, interview hampir terjadi setiap hari. Seperti yang telah dipelajari dan juga telah dipaparkan pada artikel sebelumnya, teknik wawancara dimulai dengan membina rapport dengan klien. Beliau mengatakan bahwa berbasa-basi sebelum masuk ke inti wawancara tidak perlu terlalu banyak, cukup dengan 2 – 3 pertanyaan. Namun, juga tidak ada patokan khusus untuk mengetahui kapan pewawancara harus pindah ke tahap selanjutnya. Dengan melihat bagaimana respon kandidat (interviewee), beliau mengatakan bahwa seharusnya kita dapat menentukan kapan kita harus pindah ke tahap berikutnya. Misalnya, jika kandidat dapat langsung bercerita panjang lebar, membina rapport tidak memerlukan waktu yang cukup panjang. Sebaliknya, jika kandidat menjawab pertanyaan secukupnya, mungkin perlu pendekatan lebih lanjut lagi untuk membuat kandidat nyaman. Sekali lagi saya ingatkan di sini, wawancara yang dibicarakan di sini adalah wawancara dalam konteks industri dan organisasi.
     Apa sih yang biasa ditanyakan pada interview dalam tahap rekrutmen? Kebanyakan individu yang berkecimpung dalam dunia psikologi, terutama psikologi industri dan organisasi, pasti tidak asing lagi dengan teknik STAR (Situation, Task, Action, Result) sebagai KPI (Key Performance Indicator). Praktisi PIO yang menjadi pembicara kami menjelaskan teknik yang ditanyakan secara berurutan tersebut. Secara umum, situation bertanya mengenai situasi apa yang pernah dialami dalam jangka waktu tertentu. Tugas-tugas yang dilakukan untuk sebuah posisi tertentu ada untuk menjawab pertanyaan Task. Action adalah tindakan-tindakan yang dilakukan saat menghadapi masalah dalam jabatannya. Result adalah hasil dari semua proses yang telah dialaminya dalam jabatannya. Beliau mengatakan bahwa dari semua jawaban kandidat mengenai hal tersebut, leadership dan strategi kandidat dalam menyelesaikan suatu masalah dapat diketahui.
     Beliau juga membagikan pengetahuan baru, yaitu teknik lain yang sekarang juga sering digunakan yaitu FACT. Pada dasarnya, FACT tidak terlalu beda jauh dengan STAR. F yang merupakan singkatan dari feeling menanyakan perasaan kandidat pada saat peristiwa mendalam yang ia pernah alami. A untuk action, C untuk context, dan T untuk thinking.
     Bagaimana suka duka selama menjadi praktisi PIO? Beliau bercerita bahwa banyak suka duka yang beliau alami. Sukanya adalah saat beliau mendapatkan banyak pengetahuan mengenai bidang lainnya, seperti pengetahuan akuntansi saat mewawancarai kandidat untuk bekerja di bidang yang relevan. Duka yang paling berkesan adalah saat kandidat yang diwawancarai beliau terlalu sering menelepon untuk menanyakan tindak lanjut dari wawancara yang telah ia lakukan. “Apakah saya diterima? Kapan dapat kabar selanjutnya?”. Pertanyaan tersebut ditanyakan berkali-kali oleh kandidatnya melalui telepon.
     Dari cerita mengenai perjalanan beliau selama praktisi PIO, saya belajar bahwa menjadi praktisi PIO tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Semuanya butuh waktu, terutama untuk dapat melakukan teknik wawancara yang baik. Saya juga berpikir bahwa semua pekerjaan jika diminati akan memberikan tambahan pengetahuan berarti yang berguna dalam menjalani kehidupan. Last but not least, praktisi PIO yang berbicara di kelas kami menekankan bahwa,
“Akademik tidak menentukan prestasi kerja”.
1 Mei 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar