Pada hari Senin minggu ini, tepatnya
tanggal 29 April 2013, kelas teknik wawancara yang kami ikuti mendapat
kesempatan untuk mendengarkan penggunaan teknik wawancara dalam konteks
industri dan organisasi dari praktisi PIO secara langsung. Praktisi PIO yang
hadir di kelas kami adalah seorang pria yang sedang bekerja di salah satu
perusahaan elektronik di Indonesia. Beliau bekerja di perusahaan ini setelah
pindah dari sebuah perusahaan cukup besar lainnya. Mengenai alasan beliau
pindah, beliau tidak dapat memberitahukannya kepada kami karena alasan pribadi.
Kelas dimulai dengan perkenalan beliau
sebagai praktisi PIO. Beliau mengatakan bahwa dalam dunia industri dan
organisasi, terutama sebagai praktisi PIO, interview
hampir terjadi setiap hari. Seperti yang telah dipelajari dan juga telah
dipaparkan pada artikel sebelumnya, teknik wawancara dimulai dengan membina rapport dengan klien. Beliau mengatakan
bahwa berbasa-basi sebelum masuk ke inti wawancara tidak perlu terlalu banyak,
cukup dengan 2 – 3 pertanyaan. Namun, juga tidak ada patokan khusus untuk
mengetahui kapan pewawancara harus pindah ke tahap selanjutnya. Dengan melihat
bagaimana respon kandidat (interviewee),
beliau mengatakan bahwa seharusnya kita dapat menentukan kapan kita harus
pindah ke tahap berikutnya. Misalnya, jika kandidat dapat langsung bercerita
panjang lebar, membina rapport tidak
memerlukan waktu yang cukup panjang. Sebaliknya, jika kandidat menjawab
pertanyaan secukupnya, mungkin perlu pendekatan lebih lanjut lagi untuk membuat
kandidat nyaman. Sekali lagi saya ingatkan di sini, wawancara yang dibicarakan
di sini adalah wawancara dalam konteks industri dan organisasi.
Apa sih
yang biasa ditanyakan pada interview
dalam tahap rekrutmen? Kebanyakan individu yang berkecimpung dalam dunia
psikologi, terutama psikologi industri dan organisasi, pasti tidak asing lagi
dengan teknik STAR (Situation, Task, Action, Result) sebagai
KPI (Key Performance Indicator).
Praktisi PIO yang menjadi pembicara kami menjelaskan teknik yang ditanyakan
secara berurutan tersebut. Secara umum, situation
bertanya mengenai situasi apa yang pernah dialami dalam jangka waktu tertentu.
Tugas-tugas yang dilakukan untuk sebuah posisi tertentu ada untuk menjawab
pertanyaan Task. Action adalah tindakan-tindakan yang dilakukan saat menghadapi
masalah dalam jabatannya. Result
adalah hasil dari semua proses yang telah dialaminya dalam jabatannya. Beliau
mengatakan bahwa dari semua jawaban kandidat mengenai hal tersebut, leadership dan strategi kandidat dalam
menyelesaikan suatu masalah dapat diketahui.
Beliau juga membagikan pengetahuan baru,
yaitu teknik lain yang sekarang juga sering digunakan yaitu FACT. Pada
dasarnya, FACT tidak terlalu beda jauh dengan STAR. F yang merupakan singkatan
dari feeling menanyakan perasaan
kandidat pada saat peristiwa mendalam yang ia pernah alami. A untuk action, C untuk context, dan T untuk thinking.
Bagaimana suka duka selama menjadi
praktisi PIO? Beliau bercerita bahwa banyak suka duka yang beliau alami.
Sukanya adalah saat beliau mendapatkan banyak pengetahuan mengenai bidang
lainnya, seperti pengetahuan akuntansi saat mewawancarai kandidat untuk bekerja
di bidang yang relevan. Duka yang paling berkesan adalah saat kandidat yang
diwawancarai beliau terlalu sering menelepon untuk menanyakan tindak lanjut
dari wawancara yang telah ia lakukan. “Apakah saya diterima? Kapan dapat kabar
selanjutnya?”. Pertanyaan tersebut ditanyakan berkali-kali oleh kandidatnya
melalui telepon.
Dari cerita mengenai perjalanan beliau
selama praktisi PIO, saya belajar bahwa menjadi praktisi PIO tidaklah semudah
membalikkan telapak tangan. Semuanya butuh waktu, terutama untuk dapat
melakukan teknik wawancara yang baik. Saya juga berpikir bahwa semua pekerjaan
jika diminati akan memberikan tambahan pengetahuan berarti yang berguna dalam
menjalani kehidupan. Last but not least,
praktisi PIO yang berbicara di kelas kami menekankan bahwa,
“Akademik tidak menentukan prestasi
kerja”.
1 Mei 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar