Sabtu, 11 Mei 2013

Aplikasi Wawancara (Chrissie Magdalena)


Dalam mata kuliah Teknik Wawancara pada tanggal 22 dan 29 April 2013, membahas “Aplikasi Wawancara di Bidang Pendidikan” dan “Aplikasi Wawancara dalam Setting Industri dan Organisasi”.
Aplikasi Wawancara di Bidang Pendidikan

Masalah yang dialami siswa dapat berupa learning disabilities (Academic problems), developmental problems, behavioral problems, psychosocial & environmental problems, bakat dan minat, seleksi dan penempatan. Learning disability dapat berupa ketidakmampuan siswa atau kurangnya siswa dalam mendengar, berbicara, atau melihat. Developmental problems diklasifikasikan pada siswa yang mengalami autisme, ADHD, Asperger Syndrome, Cerebral Palsy, dan lain-lain. Berikutnya, behavioral problems, misalnya bullying. Psychosocial & environmental problems, meliputi adanya diskriminasi, siswa yang menyendiri, dan lain-lain. Wawancara juga dapat dilakukan dalam membantu siswa untuk mengetahui bakat dan minat mereka. Selain itu, dapat juga digunakan untuk seleksi ke sekolah baru atau jenjang yang lebih tinggi dan penempatan jurusan atau tingkatan.

Dalam aplikasi wawancara bidang pendidikan juga perlu memerhatikan social history siswa tersebut untuk mengetahui informasi siswa. Social history dapat diperoleh dengan menanyakannya secara langsung kepada siswa tersebut (auto anamnesa), dan bertanya kepada guru serta orangtua siswa yang bersangkutan (allo anamnesa). Mengetahui social history dalam kasus ini juga bertujuan untuk verifikasi; membuktikan kebenaran dari jawaban yang diberikan oleh masing-masing pihak, siswa yang bersangkutan khususnya (verifikasi). Selanjutnya, juga dibutuhkan pemahaman masalah. Pemahaman masalah dapat dilakukan dengan memahami latar belakang masalah. Berikutnya, yang harus dilakukan adalah diagnosa masalah atau kasus yang dialami siswa tersebut. Kemudian, perlu dilakukan proses memantau. Hal ini dilakukan untuk mengetahui perubahan perilaku sebelum dan sesudah treatment.

Penjelasan di atas pada umumnya berlaku untuk siswa dari jenjang SD, SMP, dan SMA. Perbedaannya, teknik observasi dan wawancara, serta masalah yang dialami oleh siswa harus disesuaikan dengan tugas perkembangan siswa tersebut. Tahap perkembangan mana yang sedang dijalani oleh siswa, perlu juga untuk diperhatikan oleh psikolog pendidikan. Tidak hanya itu, etika juga perlu diperhatikan dalam melakukan obsevasi dan wawancara; yaitu kompetensi (kemampuan psikolog dan menyadari bahwa observasi dan wawancara yang dilakukan kurang valid daripada tes formal), informed consent (penjelasan tujuan wawancara, proses berlangsung, serta media yang akan digunakan dalam wawancara), dan confidentiality (kerahasiaan klien akan tetap terjaga dan tidak akan dibocorkan tana ijin dari klien).

Aplikasi Wawancara di Bidang Industri dan Organisasi
Dalam bidang industri dan organisasi, wawancara dibagi menjadi dua, yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur terdiri dari dua jenis, yaitu Competency Based Interview (CBI) dan Behavioral Event Interview (BEI). Sedangkan wawancara terstruktur dapat disebut juga wawancara tradisional.

CBI adalah pertanyaan terstruktur yang berhubungan secara langsung dengan kriteria dan kompetensi yang diinginkan untuk suatu jabatan tertentu. Setiap jabatan tentunya memiliki kriteria kompetensi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, pertanyaan yang diberikan pada setiap jabatan tentu berbeda. Selain itu, pemahaman subjek terhadap suatu area kerja tertentu atau pengalamannya di masa lalu juga termasuk dalam CBI. Contoh dari CBI adalah “Gambarkan budaya perusahaan tempat Anda bekerja dan berikan sebuah contoh bagaimana Anda bekerja di dalam budaya tersebut untuk mencapai tujuan.”

BEI adalah metode wawancara yang berfokus pada penggalian kompetensi, memahami pengetahuan, kemampuan yang dimiliki kandidat dalam melakukan suatu pekerjaan. Dalam BEI, tujuan yang ingin dicapai adalah ‘apakah ia kompeten?’ dan ‘Apakah individu cocok dengan organisasi?’. Dalam BEI, interviewer menggunakan metode STAR dalam memberikan pertanyaan.

STAR memiliki akronim: Situation/Task, Action, and Result. Situasi atau tugas adalah latar belakang atau konteks dimana seorang kandidat melakukan suatu aksi. Salah satu contohnya adalah “Coba Anda ceriterakan tentang proyek terakhir Anda yang melibatkan Anda dalam sebuah tim kerja?” Action adalah apa yang kandidat kerjakan atau katakan dalam suatu situasi atau tugas dan bagaimana dia mengatakan atau mengerjakannya. Contoh dari pertanyaan Aksi: “Bisa Anda jelaskan lebih detail apa yang Anda lakukan waktu itu?” Result adalah efek dari tindakan seorang kandidat. Contohnya: “Apa yang terjadi setelah Anda melakukan itu?”

5 Mei 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar