Kelihatannya dunia Psikologi Pendidikan
(Pendi) dan dunia Psikologi Industri Organisasi (PIO) jauh berbeda. Hal
yang terbayang saat mendengar kata "Pendi" itu sekolah, anak-anak, dan
remaja, sedangkan kalau berbicara "PIO" yang terbayang itu perusahaan
dan orang dewasa. Beda dunia, beda alam, beda dimensi, kelihatannya
saja.... Bahkan ketika membahas keduanya di kuliah, jarang sekali
menemukan keduanya dikombinasikan. Yang biasanya dikombinasikan itu
Klinis-Pendi dan Klinis-PIO. Ketika pergi ke toko buku pun seperti itu
yang terjadi. Anggap saja Pendi itu air, sedangkan PIO itu minyak.
Apakah keduanya benar-benar seperti "air" dan "minyak" yang tidak bisa
menyatu meskipun keduanya sama-sama zat cair, sama-sama ranah psikologi?
Atau sebaliknya?
Sebelum membahas mengenai dunia Pendi, di sini konteksnya adalah
seorang psikolog yang menjadi guru BK (Bimbingan Konseling). Di dalam
dunia Pendi, wawancara dapat digunakan kepada berbagai macam subyek,
mulai dari murid, guru, dan orangtua, bahkan sampai ke staf-staf di
sekolah. Biasanya kalau seorang murid dipanggil guru BK, murid itu
berpikir, "Mati deh, ada masalah apa nih? Ada apa sama gue? Kok gue
dipanggil?" Asalkan dipanggil ke ruang BK selalu berpikir adanya
"masalah," akhirnya ada yang takut alias musuh dengan ruang BK. Tenang,
apa yang terjadi di ruangan ini semata-mata untuk membantu saja. Murid
yang dipanggil ke ruang BK, umumnya adalah yang memiliki masalah, baik
itu masalah akademis maupun perilaku. Kalau ada masalah dengan murid,
siapapun yang dekat dengannya dapat dilibatkan untuk mengetahui akar
permasalahannya. Jika orangtua dipanggil oleh guru BK, selalu ada yang
"lucu-lucu." Entah orangtuanya datang sendiri atau malah meminta pihak
lain mewakilinya. Orangtua yang datang sendiri pun ada yang belum
mengetahui seperti apakah anaknya di rumah. Mereka umumnya mengatakan,
"anak-anak saya baik-baik aja kok Pak, ga ada masalah. di rumah juga
baik-baik aja." "Maaf, apa ibu bekerja? Seperti apa jadwal kerja ibu?"
"Kerja. Senin sampai jumat dari jam 9 pagi sampai jam 11 malam." Pagi
hari bertemu dengan anak, mengantar sekolah, lalu pergi bekerja. Anaknya
pulang sendiri ke rumah, tidur pukul 21.00. "Ta-daaa, mama pulang!!!!
(Jam menunjukkan pukul 11.00 dan si anak sudah tidur)" Maaf Anda belum
beruntung, silakan coba kesempatan Anda di hari berikutnya. Waktu
bertemu anak berkurang karena orangtuanya bekerja, lalu bagaimana
orangtua dapat mengenali anaknya lebih dalam?
Kalau sudah menyangkut masalah kerja, konteks PIO sudah di depan
kita. Konteks PIO tidak hanya sebatas seleksi dan rekrutmen calon
karyawan, training, dan sebagainya, tetapi juga berkaitan dengan
masalah-masalah pekerjaan. Kita perlu mempertanyakan seperti apa
deskripsi pekerjaan orangtua si anak, lalu mulai mencari tahu apa
masalahnya. Di sinilah kita dapat menggunakan teknik wawancara. Mungkin
saja orangtua memiliki alasan kerja lembur, kerja keras sampai larut
malam sampai mengorbankan waktu dengan anaknya. Alasan itu
bermacam-macam, ada yang memang menyukai pekerjaan sehingga lupa waktu,
ada pula yang memikirkan uang sekolah anak, sehingga bekerja keras agar
memperoleh penghasilan lebih. Itu baru sekian dari berbagai kemungkinan
yang ada. Namun, apa yang dapat dilakukan dalam konteks ini? Ada yang
namanya konseling dalam pekerjaan, seorang karyawan bertemu tatap muka
dengan konselor. Peran konselor adalah membantunya dalam menyelesaikan
masalah. Namanya konseling, tentu di dalamnya ada wawancara. Melalui
sesi konseling ini, orangtua si anak akan "diajak" untuk melihat apa
permasalahan yang terjadi, sekaligus dibantu dalam menemukan solusi yang
tepat.
Setelah bermain di konteks PIO apa kelanjutannya? Orangtua yang
sebelumnya sudah berkonsultasi dengan konselor di perusahaannya sudah
memiliki pemahaman bahwa ada masalah yang harus diselesaikan. Pada
akhirnya orangtua yang sebelumnya mengatakan anaknya baik-baik saja
mulai menyadari kenyataannya tidak seperti itu dan bersedia bekerja sama
dengan pihak sekolah untuk bersama-sama mengatasi masalah. PIO dan
Pendi kelihatannya berbeda, tetapi masih ada hubungan di antara
keduanya. Bahkan keduanya mampu berkolaborasi melalui teknik wawancara
untuk membantu seseorang. Berbicara mengenai anak dalam konteks
pendidikan, berhubungan pula dengan orangtuanya. Apabila orangtuanya
bekerja bersama rekan-rekan di tempat kerja, konteks PIO pun berlaku.
Secara teori, air dan minyak memang tidak akan bersatu secara alami
(ilmu pasti). Berbeda halnya dengan psikologi yang bukan sepenuhnya ilmu
pasti. Psikologi berkaitan dengan biologi dan kimia (ilmu pasti),
tetapi juga berkaitan dengan sosiologi yang merupakan ilmu sosial (bukan
ilmu pasti). Itulah sebabnya Pendi dan PIO yang kelihatan sangat
berbeda masih dapat saling melengkapi satu sama lain. Kedua hal berbeda
bukan berarti tidak dapat bersatu, tetapi keduanya saling melengkapi
dan dapat membentuk sebuah kolaborasi.
29 April 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar