Senin, 05 November 2012

Faktor – Faktor yang Meningkatkan Motivasi Kerja Karyawan (Benedictus Lucky 705120040)


     Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Sedangkan motivasi kerja menunjuk       pada kondisi-kondisi di dalam dan di luar individu yang menyebabkan adanya keragaman dalam intensitas, kualitas, arah, dan lamanya perilaku kerja. Sumber motivasi itu sedikitnya dapat digolongkan menjadi dua, yaitu sumber motivasi dari dalam diri (intrinsik) dan sumber motivasi dari luar (ekstrinsik). (Ubaydillah, 2007).
 
   Sumber dari dalam diri (intrinsik), misalnya saja kebutuhan kita untuk menemukan makanan, mendapatkan kesehatan, mendapatkan keamanan, mendapatkan kehormatan, dan meraih prestasi di bidang kita, . Sedangkan yang termasuk sumber motivasi dari luar (ekstrinsik), misalnya saja kondisi kerja yang mendukung, gaji yang jumlahnya sesuai dengan keinginan atau tuntutan kita, dan perlakukan yang baik dari pihak lain.(Ubaydillah,2007).

     Sumber motivasi ekstrinsik itu mencakup: perubahan keadaan, lingkungan, atau orang lain. Sedangkan yang intrinsik itu adalah dirinya sendiri, misalnya keinginan untuk mendapatkan atau menghindari sesuatu. Semua orang pada dasarnya punya sumber motivasi intrinsik ini. Dalam teori umum tentang manusia dikatakan, setiap manusia itu punya empat kapasitas, yaitu: (a) kapasitas fisik dan material, (b) kapasitas daya mempertahankan dan memperbaiki hidup, (c) kapasitas intelektual, dan (d) kapasitas kalbu, hati dan emosi.(Ubaydillah, 2007).

Dalam prakteknya, hubungan antara sumber ekstrinsik dan intrinsik itu pada umumnya saling terkait. Artinya, seseorang akan mudah termotivasi oleh sentuhan-sentuhan yang di luar dirinya apabila orang itu mengaktifkan sumber intrinsiknya. Sebaliknya, seseorang akan semakin tidak mudah tersentuh oleh motivasi ekstrinsik sejauh motivasi intrinsiknya belum aktif. Bahkan, pada batas yang paling ekstrim (yang sifatnya sangat eksepsional dan individual) sering ditemukan bahwa orang tidak akan termotivasi oleh berbagai bentuk sentuhan eksternalnya ketika orang itu tidak menggunakan sumber internalnya.(Ubaydillah,2007).

Faktor – faktor yang mempengaruhi motivasi kerja karyawan.
    Kebutuhan Karyawan
Salah satu teori motivasi yang banyak mendapat sambutan yang amat positif di bidang manajemen organisasi adalah teori Hirarki Kebutuhan yang dikemukakan oleh Abraham Maslow. Menurut Maslow (dikutip dalam Papu, 2002) setiap individu memiliki kebutuhan-kebutuhan yang tersusun secara hirarki dari tingkat yang paling mendasar sampai pada tingkatan yang paling tinggi. Setiap kali kebutuhan pada tingkatan paling rendah telah terpenuhi maka akan muncul kebutuhan lain yang lebih tinggi. Pada tingkat yang paling bawah, dicantumkan berbagai kebutuhan dasar yang bersifat biologis, kemudian pada tingkatan lebih tinggi dicantumkan berbagai kebutuhan yang bersifat sosial. Pada tingkatan yang paling tinggi dicantumkan kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri.
Dalam perusahaan kebutuhan-kebutuhan tersebut diatas diterjemahkan sebagai berikut:
Kebutuhan fisiologis dasar: gaji, makanan, pakaian, perumahan dan fasilitas-fasilitas dasar lainnya yang berguna untuk kelangsungan hidup pekerja
Kebutuhan akan rasa aman: lingkungan kerja yang bebas dari segala bentuk ancaman, keamanan jabatan/posisi, status kerja yang jelas, keamanan alat yang dipergunakan.
Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi: interaksi dengan rekan kerja, kebebasan melakukan aktivitas sosial, kesempatan yang diberikan untuk menjalin hubungan yang akrab dengan orang lain
Kebutuhan untuk dihargai: pemberian penghargaan atau reward, mengakui hasil karya individu
Kebutuhan aktualisasi diri: kesempatan dan kebebasan untuk merealisasikan cita-cita atau harapan individu, kebebasan untuk mengembangkan bakat atau talenta yang dimiliki.
    Mengingat bahwa setiap individu dalam perusahaan berasal dari berbagai latarbelakang yang berbeda-beda, maka akan sangat penting bagi perusahaan untuk melihat apa kebutuhan dan harapan karyawannya, apa bakat dan ketrampilan yang dimilikinya serta bagaimana rencana karyawan tersebut pada masa mendatang. Jika perusahaan dapat mengetahui hal-hal tersebut, maka akan lebih mudah untuk menempatkan karyawan pada posisi yang paling tepat, sehingga akan semakin termotivasi. Tentu saja usaha-usaha memahami kebutuhan karyawan tersebut harus disertai dengan penyusunan kebijakan perusahaan dan prosedur kerja yang efektif. Untuk melakukan hal ini tentu bukan perkara yang mudah, tetapi memerlukan kerja keras dan komitmen yang sungguh-sungguh dari manajemen.(Papu, 2002).
Lingkungan Kerja Kondusif
Semua karyawan memliki kebutuhan untuk mengungkapkan diri, ingin diterima sebagai bagian dari anggota keluarga atau perusahaan, ingin dipercaya dan didengar kata-katanya, dihargai oleh manajemen dan bangga terhadap apa yang dikerjakannya. Melalui komunikasi dua arah (termasuk rapat) pihak manajemen dapat mengidentifikasi hal-hal tersebut sekaligus menginformasikan tentang tujuan-tujuan perusahaan, target market dan rencana masa depan lalu mendorong karyawannya untuk memberikan tinjauan ulang.(Papu, 2002).
Pihak manajemen juga harus belajar bagaimana membentuk budaya perusahaan dan lingkungan kerja yang kondusif. Hal ini hanya dapat dicapai melalui praktek kepemimpinan dan manajemen perusahaan yang baik, pendekatan kemanusiaan, keadilan bagi semua, struktur karir yang jelas, program pelatihan dan pengembangan yang terpadu, dukungan peralatan kerja yang memadai, penilaian kinerja yang obyektif, program reward yang tepat, gaji dan tunjangan yang memadai serta kegiatan-kegiatan lain yang diadakan oleh perusahaan.(Papu, 2002).
Faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah karyawan perlu mengetahui bahwa pihak manajemen mengakui kehadiran mereka, sadar akan arti penting karyawan bagi perusahaan, para manager mampu mengingat nama-nama bawahannya dan tidak segan menyapa mereka. Manager yang gagal mengingat nama bawahannya atau tidak merespon ketika disapa oleh bawahan akan membuat karyawan kehilangan motivasi kerja, kurang loyal dan kurang kepercayaan pada manager tersebut. Para manager dapat memperoleh loyalitas dan kepercayaan dari bawahannya jika memperlakukan bawahannya sebagai mitra kerja, menunjukkan kepedulian yang tinggi, ingin mendengarkan saran dan keluhan dan saling berbagi pengalaman.(Papu, 2002).

Daftar Pustaka
Motivasi kerja. (2007). Diunduh dari http://www.e-psikologi.com
Ubaydillah, A.N. (2007). Motivasi dan stimulus di tempat kerja. Jakarta.
Papu, J. (2002). Memotivasi karyawan. Jakarta.

26 Oktober 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar