Selasa, 10 September 2013

Working Mother Vs. Housewife (Nadya Puspita Ekawardhani)

     Kelas psikologi perempuan sudah masuk ke pertemuan ketiga. Kelas yang cukup interaktif ini dengan dosen ibu Henny Wirawan, memberikan banyak pandangan kepada Saya di setiap materinya. Di pertemuan ketiga, sempat didiskusikan peran ibu seperti apa yang baik dalam mengurus anak. Saya pribadi sampai saat ini memiliki mimpi menjadi wanita karir dan memiliki suami dan anak. Saya berpikir untuk memberikan waktu yang cukup bagi anak-anak Saya nanti di samping tetap berkarir. Alasan Saya ingin berkarir karena Saya ingin dan bercita-cita mengaplikasikan pendidikan yang Saya dapat di jenjang perguruan tinggi (menjadi seorang psikolog klinis). 
     Bagi sebagian besar wanita, memiliki anak adalah sebuah anugrah terindah dalam hidup. Baik wanita yang berkarir maupun ibu rumah tangga. Sering tersebar pertanyaan, “Peran ibu seperti apa yang lebih baik dalam mengurus anak? Apakah ibu rumah tangga lebih baik dalam mengurus anak atau tidak?”. Tentunya setiap anak memerlukan pengasuhan secara maksimal dari orang tua. Saya kurang setuju dengan pernyataan bahwa wanita karir kurang baik dalam mengurus anak, dikarenakan waktunya yang terbagi dengan pekerjaan. Menurut Saya mengurus anak itu tergantung dari masing-masing pribadi ibu itu sendiri. Apakah ibu tersebut sudah siap dan berkomitmen untuk memiliki anak. Banyak masyarakat yang beranggapan, wanita yang telah memiliki anak sebaiknya mengurus anaknya dirumah agar tidak mendahulukan pekerjaan ketimbang mengurus anak. Saya memiliki contoh nyata bahwa tidak semua wanita karir tidak dapat mengurus anaknya dengan baik. Ibu saya adalah seorang wanita karir yang bisa dibilang cukup sibuk. Beliau berangkat kerja di pagi hari kemudian pulang di malam hari, bahkan terkadang beliau dinas ke luar kota, namun di tengah kegiatan beliau yang cukup padat, Saya pribadi sebagai anaknya tetap merasakan perhatian yang cukup dari segi pendidikan hingga keseharian Saya. Beliau juga jarang sekali mengerjakan pekerjaan kantornya di rumah, sehingga ketika di rumah beliau memberikan waktu sepenuhnya kepada keluarga. Ibu rumah tangga tentunya juga merupakan peran yang baik yang dapat dimiliki seorang wanita. Saya memiliki teman yang memilki ibu yang tidak bekerja. Hal positif yang dapat Saya ambil adalah teman Saya tentunya memiliki waktu lebih banyak bersama ibunya, sesekali mereka menonton film atau berbelanja bersama atau hanya sekadar makan siang dan tentunya banyak perbincangan di antara mereka. Namun, Saya memiliki saudara perempuan yang telah menikah, memiliki anak, dan tidak bekerja. Ia cenderung menyerahkan pengasuhan anaknya kepada orang tuanya, yang berarti anak tersebut lebih diasuh oleh kakek-neneknya.
     Dari ketiga kasus di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak semua wanita karir tidak dapat mengurus anaknya dengan baik dan tidak semua ibu rumah tangga dapat mengurus anaknya dengan baik. Pengasuhan yang baik tergantung dari komitmen dan pembagian waktu yang baik dalam mengurus anak. Sekian tulisan Saya, diharapkan artikel ini dapat menyadarkan masyarakat secara umum bahwa pengasuhan anak yang baik tidak bergantung dari si ibu yang berkarir atau tidak. Bagi ibu-ibu, teruslah berkarya, namun jangan pernah melupakan peran utama Anda sebagai ibu dan juga istri.

10 September 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar