Rabu, 01 Mei 2013

Hate The Sin but Still Love The Sinner (Melissa Magdalena)

Kamis 25 April 2013 menjadi pertemuan pertama di kelas Perilaku Seksual setelah Ujian Tengah Semester dilaksanakan.
Bahasan kali ini menjadi sedikit lebih berat (menurut saya) karena diisi dengan berbagai nama penyakit, seolah-olah anda sedang menjadi mahasiswa fakultas kedokteran. Namun menjadi lebih spesial karena penyakit yang dibahas berhubungan dengan perilaku seksual. Ya! penyakit menular seksual.

Kelas menjadi semakin menarik untuk disimak agar dapat mengetahui apa saja penyakit-penyakit tersebut. Di akhir perkuliahan saya memang tidak mengingat apa saja nama penyakitnya, gejala atau pengobatannya. Hal yang saya lebih pikirkan adalah…

Jika ada seorang teman yang mengatakan seperti ini:
“si X terkena kanker loh …” 
Apa yang anda pikirkan?
…………
Lalu bagaimana jika ada seorang teman lain yang mengatakan:
“si Y terkena penyakit seksual menular loh…”
Saya rasa sebagian besar dari kita akan merasa si X sangat kasian sangat menderita karena terkena kanker. Sedangkan Y mungkin hanya sedikit rasa kasian padanya dan lebih merasa jijik  atau merasa Y sangat hina karena terkena penyakit seksual.

Bagaimana hal ini bisa terjadi? 
Mungkin kita lupa bahwa si Y sama sakitnya dan sama menderitanya dengan si X. Mungkin juga kita lupa bahwa si Y sama tidak inginnya terkena penyakit seperti si X. Atau mungkin karena kita selalu merasa bahwa penyakit seksual sebagai aib dan dosa yang berat.

Apapun jenis penyakitnya, bagi semua pasien sama menderitanya dan sama pedihnya jika mengetahui bahwa tubuhnya sakit. Pasien tersebut sudah cukup sulit untuk menerima kenyataan bahwa ia sakit janganlah kita menambahkan lagi penderitaan pasien dengan memberikan sikap negatif.
Baik si X maupun si Y, mereka sama-sama pasien yang butuh pengobatan dan dukungan positif. Meskipun  penyakit seksual si Y sebagai lambang ketidakdisplinan seseorang dalam menjaga sesuatu yang berharga. Namun bukan tugas kita untuk menghakimi kelalaian si Y. 

Bukan berarti juga kita  mendukung perbuatan mereka sampai mereka dapat terkena penyakit seksual . Penyebab penyakit seksual tetap harus dicegah semaksimal mungkin. Memberikan dukungan positif bagi pasien penyakit seksual bukan lambang mendukung perbuatan mereka di masa lalu namun sebagai bentuk motivasi untuk mereka agar bersama-sama memerangi penyakit dan mencegah penyakit itu terulang lagi.

26 April 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar