Setelah beberapa minggu
mempelajari bagaimana cara untuk melakukan wawancara yang baik dan benar,
akhirnya kami sampai pada titik di mana wawancara ini akan diterapkan atau
diaplikasikan, khususnya di bidang pendidikan dan industri-organisasi. Di
bidang pendidikan, wawancara sebagian besar difokuskan terhadap siswa, seperti
mengetahui informasi tentang siswa, permasalahan yang mereka hadapi dan
melakukan diagnosa. Namun, wawancara di bidang pendidikan ini tidak semata-mata
hanya akan mewawancarai siswa saja, tetapi orang tua dan guru juga akan
diwawancara berkaitan dengan permasalahan siswa. Hal ini dilakukan salah
satunya untuk verifikasi hasil wawancara dari siswa, orang tua siswa, dan guru
siswa tersebut alias untuk membandingkan jawaban satu pihak dengan yang
lainnya.
Wawancara di bidang pendidikan
ini sudah pernah (dan dalam proses) saya lakukan bersama kelompok saya di mata
kuliah Kualitatif. Di sana kami mewawancarai siswa SD yang berbakat, ibu sang
anak, dan walikelas siswa tersebut. Kami sudah menerapkan hal-hal penting
sebelum wawancara dilakukan, seperti memberikan informed consent, menjelaskan tentang confidentiality, dan membangung rapport
tentunya. Akan tetapi, setelah membandingkan jawaban antara ketiga subjek, saya
secara pribadi benar-benar merasakan perlunya proses verifikasi terhadap subjek
wawancara saya sebab jawaban antara satu subjek dengan subjek lain ternyata
cukup berbeda.
Saya pikir, di sanalah tantangan
yang perlu ditaklukan. Banyak orang tua yang mengatakan bahwa tidak ada masalah
dengan anaknya atau anaknya baik-baik saja padahal mungkin sebetulnya ada
masalah. Ada juga mungkin guru yang selalu merasa cara mengajarnya sudah benar,
namun siswa-siswanya tidak pernah mengerti apa yang ia ajarkan (saya mengalami
hal ini..hehe). Selain tantangan ini, masih ada banyak lagi hal unik yang dapat
terjadi dalam dunia pendidikan yang secara otomatis menambah keragaman aplikasi
wawancara di bidang pendidikan. Akan sangat menyenangkan bila setiap sekolah
memiliki orang yang kompeten dalam mengaplikasikan wawancara untuk membantu
pihak siswa maupun sekolah dalam proses belajar mengajar.
Sedangkan untuk di bidang
industri dan organisasi, wawancara diterapkan di antaranya dalam proses
seleksi-penempatan, job-analysis,
pelatihan, penilaian kinerja, dan karyawan yang ingin resign dari perusahaan. Jadi, wawancara bidang industri dan
organisasi ini tidak banyak berfokus pada permasalahan pribadi seseorang. Berkaitan
dengan seleksi dan penempatan, Senin kemarin (29 April 2013) kami berkesempatan
untuk bertatap muka dengan Bapak Jefri dari Human
Resource perusahaan Acer Indonesia. Beliau sharing pengalaman dan pengetahuannya mengenai wawancara dan
ternyata bidang IO cukup menarik perhatian saya. Di sisi lain, bidang ini cukup
menantang karena bukan bidang khusus para sarjana psikologi. Orang dari lulusan
sarjana mana pun dapat masuk ke bidang ini sehingga saingannya sangatlah banyak.
Dengan pengalaman saya yang masih
minim di bidang IO, adalah kesempatan yang sangat baik karena Senin depan akan
dilakukan role play wawancara bidang
IO. Dengan diadakannya role play ini
saya mulai mencari video-video tentang proses penerapan wawancara untuk
bermacam-macam tujuan di bidang IO sebagai salah satu cara belajar
saya. Saya dapat membayangkan seberapa deg-deggan
nya saat role play nanti, tapi saya
tidak dapat membayangkan seberapa kesulitannya nanti jika saya tidak mulai
berlatih dari sekarang.
Kedua bidang ini, pendidikan dan
IO, tampaknya sangat berbeda satu sama lain dari sisi penerapannya, subjek yang
diwawancara, tujuan wawancara, metode yang digunakan, dan lain-lain. Namun,
pada dasarnya kedua bidang ini tetap memegang teguh prinsip-prinsip yang sama
dalam wawancara. Dan yang paling penting untuk dapat mengaplikasi atau
menerapkan wawancara yang efektif, kita perlu 3B:
Belajar, Berlatih dan Be The
Best!
5 Mei 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar