Kamis, 09 Mei 2013

Aplikasi=Menerapkan=3B! (Melly Preston)

Setelah beberapa minggu mempelajari bagaimana cara untuk melakukan wawancara yang baik dan benar, akhirnya kami sampai pada titik di mana wawancara ini akan diterapkan atau diaplikasikan, khususnya di bidang pendidikan dan industri-organisasi. Di bidang pendidikan, wawancara sebagian besar difokuskan terhadap siswa, seperti mengetahui informasi tentang siswa, permasalahan yang mereka hadapi dan melakukan diagnosa. Namun, wawancara di bidang pendidikan ini tidak semata-mata hanya akan mewawancarai siswa saja, tetapi orang tua dan guru juga akan diwawancara berkaitan dengan permasalahan siswa. Hal ini dilakukan salah satunya untuk verifikasi hasil wawancara dari siswa, orang tua siswa, dan guru siswa tersebut alias untuk membandingkan jawaban satu pihak dengan yang lainnya.

Wawancara di bidang pendidikan ini sudah pernah (dan dalam proses) saya lakukan bersama kelompok saya di mata kuliah Kualitatif. Di sana kami mewawancarai siswa SD yang berbakat, ibu sang anak, dan walikelas siswa tersebut. Kami sudah menerapkan hal-hal penting sebelum wawancara dilakukan, seperti memberikan informed consent, menjelaskan tentang confidentiality, dan membangung rapport tentunya. Akan tetapi, setelah membandingkan jawaban antara ketiga subjek, saya secara pribadi benar-benar merasakan perlunya proses verifikasi terhadap subjek wawancara saya sebab jawaban antara satu subjek dengan subjek lain ternyata cukup berbeda.

Saya pikir, di sanalah tantangan yang perlu ditaklukan. Banyak orang tua yang mengatakan bahwa tidak ada masalah dengan anaknya atau anaknya baik-baik saja padahal mungkin sebetulnya ada masalah. Ada juga mungkin guru yang selalu merasa cara mengajarnya sudah benar, namun siswa-siswanya tidak pernah mengerti apa yang ia ajarkan (saya mengalami hal ini..hehe). Selain tantangan ini, masih ada banyak lagi hal unik yang dapat terjadi dalam dunia pendidikan yang secara otomatis menambah keragaman aplikasi wawancara di bidang pendidikan. Akan sangat menyenangkan bila setiap sekolah memiliki orang yang kompeten dalam mengaplikasikan wawancara untuk membantu pihak siswa maupun sekolah dalam proses belajar mengajar.

Sedangkan untuk di bidang industri dan organisasi, wawancara diterapkan di antaranya dalam proses seleksi-penempatan, job-analysis, pelatihan, penilaian kinerja, dan karyawan yang ingin resign dari perusahaan. Jadi, wawancara bidang industri dan organisasi ini tidak banyak berfokus pada permasalahan pribadi seseorang. Berkaitan dengan seleksi dan penempatan, Senin kemarin (29 April 2013) kami berkesempatan untuk bertatap muka dengan Bapak Jefri dari Human Resource perusahaan Acer Indonesia. Beliau sharing pengalaman dan pengetahuannya mengenai wawancara dan ternyata bidang IO cukup menarik perhatian saya. Di sisi lain, bidang ini cukup menantang karena bukan bidang khusus para sarjana psikologi. Orang dari lulusan sarjana mana pun dapat masuk ke bidang ini sehingga saingannya sangatlah banyak.

Dengan pengalaman saya yang masih minim di bidang IO, adalah kesempatan yang sangat baik karena Senin depan akan dilakukan role play wawancara bidang IO. Dengan diadakannya role play ini saya mulai mencari video-video tentang proses penerapan wawancara untuk bermacam-macam tujuan di bidang IO sebagai salah satu cara belajar saya. Saya dapat membayangkan seberapa deg-deggan nya saat role play nanti, tapi saya tidak dapat membayangkan seberapa kesulitannya nanti jika saya tidak mulai berlatih dari sekarang. 
Kedua bidang ini, pendidikan dan IO, tampaknya sangat berbeda satu sama lain dari sisi penerapannya, subjek yang diwawancara, tujuan wawancara, metode yang digunakan, dan lain-lain. Namun, pada dasarnya kedua bidang ini tetap memegang teguh prinsip-prinsip yang sama dalam wawancara. Dan yang paling penting untuk dapat mengaplikasi atau menerapkan wawancara yang efektif, kita perlu 3B: 
Belajar, Berlatih dan Be The Best!
 
5 Mei 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar