Aplikasi
Teknik Wawancara
Wawancara dalam setting
industri & organisasi ternyata dapat digunakan dalam berbagai bidang. Wawancara
dapat digunakan untuk seleksi & penempatan, job analysis (meliputi job
evaluation dan menetapkan job
description & job specification),
coaching, performance appraisal (termasuk promosi, mutasi, atau demosi), dan exit interview.
Hal yang berbeda terlihat di kelas Teknik Wawancara, Senin 29 April
kemarin. Kelas kami kedatangan seorang narasumber yang membagi pengalamannya
selama bekerja di dunia HR, yaitu Pak Jeffry. Beliau menambah pemahaman kami
mengenai aplikasi wawancara dalam recruitment.
Beliau menjelaskan dua teknik yang dapat digunakan yaitu STAR method dan
FACT.
STAR
Situation = Menanyakan
kepada interviewee pengalaman apa
yang berkesan dalam
menjalankan pekerjaannya selama ini.
Task = Tugas
apa saja yang interviewee lakukan
saat itu.
Action = Bagaimana cara interviewee mengerjakan tugas atau apa yang dilakukan saat
menghadapi
masalah.
Result = Bagaimana
hasil dari pekerjaan tersebut.
FACT
Feeling : Bagaimana perasaan interviewee
terhadap pengalaman yang ditemui waktu itu.
Action :
Apa saja tugas interviewee saat itu.
Context : Hal apa yang interviewee
lakukan untuk menghadapi masalah tersebut.
Thinking : Apa yang interviewee
pikirkan waktu itu.
Dua metode ini sama-sama membicarakan
mengenai masa lalu (pengalaman dari interviewee),
namun umumnya STAR digunakan untuk mewawancarai staf dan senior staf, sedangkan
FACT lebih sering digunakan untuk mewawancarai posisi penting seperti manager. Selain itu, STAR method dapat dilakukan oleh HR dari perusahaan, sedangkan FACT
biasanya dilakukan oleh pihak ketiga (orang di luar perusahaan).
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dalam dunia pendidikan, sebenarnya peran psikolog pendidikan cukup luas
melihat dari wawancara yang dapat dilakukan terhadap beberapa pihak seperti
murid, orangtua, guru, bahkan kepala sekolah sekalipun. Terdapat beberapa
masalah yang umumnya terjadi di sekolah, mulai dari proses belajar di kelas,
sistem sekolah, sampai masalah yang dimiliki oleh siswa itu sendiri.
Wawancara sebenarnya tidak hanya dilakukan terhadap siswa yang
bermasalah. Beberapa sekolah, sebelum memasukan siswa ke kelas akselarasi,
umumnya meminta bantuan psikolog untuk melihat potensi dan kesiapan seorang
anak untuk menempuh kelas tersebut.
Wawancara terhadap guru dapat dilakukan untuk melihat apakah seorang
guru cocok untuk mengajar di jenjang tertentu. Selain data dari wawancara, hal
ini dapat diperkuat dengan observasi yang dilakukan saat guru tersebut mengajar
di dalam kelas, atau dengan bertanya pendapat siswa-siswa mengenai cara guru
mengajar.
Setiap sekolah tentu memiliki sistem dan aturan yang berbeda-beda. Tidak
semua anak maupun orangtua merasa cocok ataupun memahami sepenuhnya mengenai
hal tersebut. Oleh karena itu, wawancara dengan psikolog di sekolah dapat
membantu agar pemahaman dapat selaras. Selain itu, umumnya anak-anak yang
bermasalah akan mendapatkan surat peringatan yang meminta orangtua siswa
tersebut untuk datang. Kehadiran orangtua di sekolah, dan wawancara yang
dilakukan dengan psikolog dapat menambah informasi psikolog mengenai alasan
dibalik perilaku seorang siswa. Karena melalui wawancara dengan pihak orangtua,
psikolog dapat secara tersirat melihat bagaimana pola asuh dan gambaran
hubungan orangtua-anak sejauh ini.
5 Mei 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar