Rabu, 02 Oktober 2013

SAVE Your Baby (Monica Unsri)

Kebutuhan seksual merupakan salah satu kebutuhan dasar seorang manusia. Hasrat seksual akan muncul ketika sebuah pasangan sudah memasuki hubungan yang intim dan akan legal setelah adanya pernikahan. Setelah melakukan hubungan seksual, bisa saja terjadi kehamilan, akan ada janin yang tumbuh di rahim seorang wanita. Bila hubungan tersebut dilakukan setelah adanya pernikahan, tentu janin itu adalah sesuatu yang ditunggu-tunggu. Tetapi, bila hubungan seksual tersebut dilakukan sebelum adanya ikatan pernikahan dan terjadi kehamilan, mungkin pasangan itu akan segera dinikahkan, atau wanita yang sedang mengandung itu biasanya melakukan aborsi jika pihak laki-laki tidak ingin bertanggung jawab.
Aborsi biasanya dilakukan dengan banyak alasan, diantaranya adalah karena tidak memiliki kemampuan untuk menjaga anak, masalah finansial, hubungan dengan pasangan, dan masalah dengan keluarga. Masalah finansial dan hubungan dengan pasangan berperan sangat penting bagi pertumbuhan janin sampai bayi itu beranjak dewasa. Sebuah pasangan yang sudah menikah saja memiliki tanggung jawab yang sangat besar untuk merawat dan membesarkan seorang anak. Apalagi jika kehamilan terjadi di luar nikah, bisa saja calon ibu tidak memiliki kemampuan finansial yang memadai untuk memberikan nutrisi terhadap calon bayinya kelak, belum lagi jika pasangannya tidak ingin bertanggung jawab. Di sisi lain, biasanya keluarga calon ibu akan merasa malu dengan kehamilan yang telah terjadi, sehingga tidak jarang calon ibu tersebut akan mengguggurkan kandungannya. Saat melakukan aborsi, ada berbagai macam cara yang dilakukan oleh seorang calon ibu sampai calon bayi sudah tidak bernyawa.
Cara-cara yang dilakukan biasanya dengan pergi ke dokter kandungan untuk melakukan aborsi. Prosedur yang dilakukan yaitu menginjeksikan anestesi lokal ke serviks, kemudian sebuah cannula dimasukkan ke dalam serviks yang dikaitkan dengan sebuah vacuum aspirator, yang akan mengosongkan isi perut wanita tersebut. Ada juga cara lain yang dilakukan yaitu dengan mengonsumsi pil atau obat-obatan untuk aborsi, antara lain pil mifepristone dan methotrexate (pil atau injeksi). Seorang wanita akan mengalami pendarahan dengan waktu yang berbeda-beda tergantung jenis obat yang dikonsumsinya. Setelah aborsi dilakukan, akan ada simtom fisiologis yang dapat terjadi, seperti meningkatnya keram, pendarahan yang berat, dan mual. Komplikasi juga dapat terjadi, termasuk pendarahan, luka/ pengoyakan serviks, dan lain-lain. Sedangkan simtom psikologis yang dapat terjadi antara lain kelegaan yang diikuti oleh depresi atau perasaan bersalah. 

Memang, aborsi boleh saja dilakukan jika kehamilannya membahayakan keselamatan ibu, tetapi apabila kehamilan terjadi karena hubungan seksual di luar pernikahan, sebaiknya pilihan untuk melakukan aborsi harus dipikirkan kembali. Di luar berbahayanya gejala yang akan terjadi setelah melakukan aborsi, setidaknya bertanggung jawablah atas perbuatan anda. Kehamilan tidak terjadi begitu saja, ada proses yang berlangsung saat itu dan pikirkan kembali mengapa anda melakukannya dengan pasangan. Aborsi bukanlah jalan keluar, yang malah bisa saja menambah masalah dan mengganggu kesejahteraan psikologis anda. Maka dari itu, sebaiknya hindarilah pilihan aborsi, jangan bunuh bayi anda, tetapi selamatkan bayi anda, dan perjuangkanlah dia dengan penuh cinta dan kasih sayang. 


2 Oktober 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar