Kebutuhan
seksual
merupakan salah satu kebutuhan dasar seorang manusia. Hasrat seksual
akan muncul ketika sebuah pasangan sudah memasuki hubungan yang intim
dan akan legal setelah adanya pernikahan. Setelah melakukan hubungan
seksual, bisa saja
terjadi kehamilan, akan ada janin yang tumbuh di rahim seorang wanita.
Bila hubungan
tersebut dilakukan setelah adanya pernikahan, tentu janin itu adalah
sesuatu
yang ditunggu-tunggu. Tetapi, bila hubungan seksual tersebut dilakukan
sebelum
adanya ikatan pernikahan dan terjadi kehamilan, mungkin pasangan itu
akan
segera dinikahkan, atau wanita yang sedang mengandung itu biasanya
melakukan
aborsi jika pihak laki-laki tidak ingin bertanggung jawab.
Aborsi
biasanya dilakukan dengan banyak alasan, diantaranya adalah karena tidak
memiliki kemampuan untuk menjaga anak, masalah finansial, hubungan dengan
pasangan, dan masalah dengan keluarga. Masalah finansial dan hubungan dengan
pasangan berperan sangat penting bagi pertumbuhan janin sampai bayi itu
beranjak dewasa. Sebuah pasangan yang sudah menikah saja memiliki tanggung
jawab yang sangat besar untuk merawat dan membesarkan seorang anak. Apalagi jika
kehamilan terjadi di luar nikah, bisa saja calon ibu tidak memiliki kemampuan
finansial yang memadai untuk memberikan nutrisi terhadap calon bayinya kelak, belum
lagi jika pasangannya tidak ingin bertanggung jawab. Di sisi lain, biasanya
keluarga calon ibu akan merasa malu dengan kehamilan yang telah terjadi,
sehingga tidak jarang calon ibu tersebut akan mengguggurkan kandungannya. Saat melakukan
aborsi, ada berbagai macam cara yang dilakukan oleh seorang calon ibu sampai
calon bayi sudah tidak bernyawa.
Cara-cara
yang dilakukan biasanya dengan pergi ke dokter kandungan untuk melakukan
aborsi. Prosedur yang dilakukan yaitu menginjeksikan anestesi lokal ke serviks,
kemudian sebuah cannula dimasukkan ke
dalam serviks yang dikaitkan dengan sebuah vacuum
aspirator, yang akan mengosongkan isi perut wanita tersebut. Ada juga cara
lain yang dilakukan yaitu dengan mengonsumsi pil atau obat-obatan untuk aborsi,
antara lain pil mifepristone dan methotrexate (pil atau injeksi). Seorang wanita
akan mengalami pendarahan dengan waktu yang berbeda-beda tergantung jenis obat
yang dikonsumsinya. Setelah
aborsi dilakukan, akan ada simtom fisiologis yang dapat terjadi, seperti meningkatnya
keram, pendarahan yang berat, dan mual. Komplikasi juga dapat terjadi, termasuk
pendarahan, luka/ pengoyakan serviks, dan lain-lain. Sedangkan simtom
psikologis yang dapat terjadi antara lain kelegaan yang diikuti oleh depresi
atau perasaan bersalah.
2 Oktober 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar