Kamis, 10 Oktober 2013

Disfungsi Seksual (Kusbandiyah Chendrawati)


Mari kita lanjutkan pembahasan mengenai hubungan “SEX”
Katanya berhubungan seks itu menyenangkan…. Apa iya?
Katanya berhubungan seks itu memuaskan…. Apa iya?

Hmm….
Kalau menyenangkan… Mungkin tergantung situasi dan kondisi. Jika sama-sama suka mungkin akan menyenangkan, tapi jika ada unsur paksaan dari salah satu pihak… tentunya akan menjadi sangat tidak menyenangkan.
Kalau memuaskan… Mungkin tidak setiap hubungan seksual itu selalu memuaskan. Walaupun hubungan seksual itu dilakukan atas dasar suka sama suka belum tentu kedua pihak akan merasa puas. Mengapa demikian? Karena mungkin ada saja beberapa orang yang mengalami kelainan disfungsi seksual sehingga tidak dapat menikmati hubungan seksual tersebut.
Kelainan disfungsi seksual tersebut bisa berasal dari faktor psikologis maupun fisiologis seseorang. Kelainan disfungsi seksual yang berasal dari psikologis ini biasanya berhubungan dengan pola pikir ataupun perasaan seseorang terhadap pasangannya. Sebagai contoh, mungkin ada seseorang yang merasa tidak puas saat berhubungan seksual dengan istrinya, akan tetapi saat berhubungan seksual dengan wanita lain justru ia dapat merasakan kepuasan. Kedengaran aneh memang… tapi ada yang benar-benar mengalami hal seperti itu. Yah… mungkin karena ada masalah antara dirinya dengan sang istri sehingga kepuasan atas hubungannya tersebut tidak tercapai.
Lalu bagaimana dengan kelainan disfungsi seksual yang berasal dari fisiologis? Nah, kasus-kasus seperti ini yang mungkin lebih umum diketahui. Kelainan-kelainan ini bisa disebabkan oleh faktor usia, keterbatasan fisik, penggunaan obat-obatan, rokok, alkohol dan lainnya. Sebenarnya berbagai kelainan disfungsi seksual ini dapat terjadi baik pada laki-laki maupun perempuan. Kelainan-kelainan ini sesuai dengan fungsi seksualnya masing-masing. Misalnya pada laki-laki yaitu tidak mampu ereksi, sedangkan pada perempuan tidak ada lubrikasi.   
Laki-laki dan perempuan masing-masing memiliki masalahnya sendiri-sendiri.  Tidak ada yang lebih baik dari masing-masing tersebut karena yang namanya kelainan itu memang tidak pernah ada yang baik. Mungkin jika diperhatikan lebih jauh, sebenarnya perempuan memiliki lebih banyak kemungkinan untuk mengalami kelainan disfungsi seksual. Yang paling sering diketahui adalah bahwa katanya… cukup banyak perempuan yang tidak mencapai orgasm saat melakukan hubungan seksual. Tidak sedikit dari mereka yang berpura-pura orgasm untuk menyenangkan pasangannya. Orgasm itu adalah saat seseorang mencapai titik klimaks dan merasakan kepuasan sebagai hasil dari berhubungan seksual.
Meskipun demikian, tapi pada umumnya yang lebih sering melaporkan adanya kelainan disfungsi seksual adalah laki-laki daripada perempuan. Biasanya, hal ini sering dihubungkan dengan maskulinitas dari seorang laki-laki karena laki-laki yang tidak mampu melakukan hubungan seksual katanya… dianggap kurang maskulin. Sedangkan pada perempuan, hal ini terkadang tidak terlalu dianggap sebagai masalah serius. Meskipun pada dasarnya siapapun tentu tidak ingin ada kelainan apapun di dalam tubuh mereka.
Terkadang seseorang melakukan hubungan seksual dengan alasan-alasan tertentu. Alasan terburuk dari berhubungan seksual adalah jika hubungan tersebut dilakukan hanya karena ingin mempunyai anak. Hal ini akan sangat merusak hubungan Anda dengan pasangan jika ternyata salah satu dari Anda berdua memiliki kelainan disfungsi seksual sehingga tidak bisa membuahkan hasil. Jadi, janganlah melakukan hubungan seksual hanya karena hal-hal yang belum tentu dapat terjadi.  Berhubungan seksual itu harusnya dilandasi keperluan bersama untuk mencapai kebahagiaan bersama. Jadi berhubungan seksual yang paling baik adalah hubungan yang ditujukan untuk mencapai kepuasan bersama bukan untuk kesenangan sepihak. Cobalah untuk lebih sensitif terhadap pasangan Anda untuk mengetahui apa yang sedang terjadi padanya dan pahami apa menjadi kebutuhannya.
 
6 Oktober 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar