Rabu, 30 Oktober 2013

Romantic love and bed (Bella Remia)

     Hubungan romantisme antara dua orang dewasa yang terjalin antara dua jenis kelamin berbeda ataupun dua jenis kelamin yang sama sering kali menuju pada keinginan untuk hidup bersama sepanjang usia mereka. Secara hukum, hubungan romantisme ini dapat disahkan melalui ikatan perkawinan. Tidak sedikit pula hubungan romantisme dua orang dewasa yang tidak berakhir pada jenjang pernikahan tetapi mereka tetap hidup bersama layaknya pasangan. Hal ini disebut dengan kohabitasi atau terkenal dengan sebutan "Kumpul Kebo". Hubungan romantisme antara dua insan dewasa ini kerap kali mengharapkan kehadiran buah cinta mereka. Pasangan yang menikah secara sah di depan hukum tidak akan mendapatkan hambatan yang nyata dalam melakukan hubungan seksual yang berujung pada kehamilan. Tidak ada yang melarang, menghina, apalagi mencela hubungan seksual yang dilakukan oleh suami istri yang sah menikah. Tetapi hal yang sama tidak terjadi pada pasangan kohabitasi. Pasangan yang melakukan kohabitasi biasanya tidak mengharapkan kehadiran seorang anak. Mereka hanya mementingkan hubungan intimasi yang terjalin di antara mereka berdua tanpa memiliki keinginan untuk menghasilkan keturunan yang berasal dari darah dan daging mereka. Apabila pasangan kohabitasi hamil, masyarakat akan menganggap mereka melanggar norma agama dan akan menjadi buah pembicaraan masyarakat setempat.
     Kohabitasi biasanya banyak terjadi pada homoseskual yang tidak diterima untuk menikah secara sah di hadapan hukum di negara tempat tinggal mereka. Mereka tidak punya pilihan lain selain melakukan kohabitasi untuk memenuhi kebutuhan intimasi dan seksual yang merupakan kebutuhan dasar manusia. Kohabitasi juga biasanya terjadi pada orang yang takut akan komitmen. Tidak adanya ikatan yang sah menandakan bahwa mereka dapat berganti pasangan sesuka hati mereka tanpa harus menorehkan hitam di atas putih dan menghadapi sidang perceraian. Banyak duda dan janda yang melakukan kohabitasi. Pandangan masyarakat Indonesia mengenai kohabitasi tidak bisa dianggap bagus. Sering kali terdapat sterotipe negatif terhadap kohabitasi. Kohabitasi dianggap melanggar norma adat, norma masyarakat, norma agama, serta aturan negara. Kohabitasi bukan lagi hal yang jelek dan tercela di Barat. Masyarakat Barat lebih terbuka dalam menerima kohabitas. Hal ini mungkin berkaitan dengan perilaku masyarakat yang bersifat individuasi sehingga mereka tidak terlalu peduli antara satu sama lain dan juga tidak mau ambil pusing terhadapa masalah orang selama orang tersebut tidak mengganggu hidup mereka. 
     Pasangan yang menikah secara sah biasanya tidak mengalami masalah yang nyata untuk menghasilkan buah hati. Hambatan yang terjadi biasanya adalah karena masalah kesehatan seperti infertilitas yang terjadi pada pihak wantia maupun pria. Pada zaman sekarang, masalah infertilitas atau ketidaksuburan sudah dapat diatasi dengan berbagai cara seperti inseminasi buatan, bayi tabung, Gamete and Zygote Intra-Fallopian Transfer (GIFT), suntik sperma, Oocyte and Embryo Transplants, dan masih banyak cara lainnya. Zaman yang semakin canggih membuat hal yang duluan tidak mungkin untuk dilakukan menjadi hal yang mudah untuk dilakukan. Pasangan yang mengalami infertibilitas dapat mencoba cara-cara medis tersebut untuk mendapatkan momongan hanya dengan menyediakan biaya yang cukup. Masalah yang sering terjadi akibat kehamilan yang terlalu banyak di suatu negara adalah peningkatkan angka kelahiran. Banyak negara yang mulai menekan angka kelahiran penduduknya karena jumlah penduduk yang sudah terlalu banyak, seperti Cina yang menyarakan penduduknya untuk memiliki hanya 1 anak, dan Indonesia yang menyarakan penduduknya untuk memiliki 2 orang anak. Hal ini kemudian memancing terciptanya alat kontrasespi. Kontrasepsi berguna untuk menekan kemungkinan untuk hamil meski perilaku seksual dilakukan seperti biasanya. Alat kontrasepsi yang digunakan secara baik dan teratur juga dapat menekan angka aborsi.
     Aborsi biasanya terjadi karena pasangan belum siap untuk memiliki anak dengan alasan apapun, seperti hamil diluar nikah, tidak matang secara ekonomi, isu-isu keluarga, tidak memiliki kemampuan untuk menjaga anak dan beribu alasan lain. Aborsi dapat dilakukan secara medis ataupun dengan mengkonsumsi obat-obatan. Banyak negara yang melarang aborsi. Tetapi menurut saya secara pribadi, pilihan untuk melakukan aborsi atau tidak berada ditangan sang ibu hamil. Tanya kenapa? Karena ia yang akan mengasuh calon bayi tersebut sampai dewasa nantinya, apabila ia tidak yakin ia dapat melakukannya, ia berhak untuk melakukan aborsi daripada menyusahkan calon bayinya tersebut setelah dilahirkan. Itu menurut pandangan saya, Anda boleh memiliki pendapat masing-masing. 
     Banyak hubungan pernikahan yang bubar, banyak pasangan yang selingkuh karena masalah seksual. Mereka merasa kebutuhan mereka di ranjang tidak dapat terpuaskan. Disfungsi seksual sering kali menciptakan konflik nyata dalam kehidupan rumah tangga. Disfungsi seksual yang dialami pria biasanya adalah susah berereksi dan ejakulasi dini. Pria yang menderita hal ini biasanya malu dan sering mencari pertolongan medis. Mereka biasanya merasa tidak jantan sebagai seorang pria yang seharusnya kuat secara seksual. Masalah disfungsi seksual yang sering dialami wanita adalah susah untuk berlubrikasi dan susah berorgasme. Banyak wanita yang tidak berani mengutarakan kepada pasangannya kalau mereka tidak mencapai klimaks dalam berhubungan seksual. Hal tersebut terjadi karena para wanita takut bahwa pasangan mereka merasa tersinggung dan pada dasarnya seks adalah hal yang tabu untuk dibicarakan. Hanya sedikit wanita yang mencari para ahli medis untuk mengatasi masalah disfungsi seksual mereka dengan alasan malu. Disfungsi seksual dapat terjadi karena faktor kesehatan fisik maupun psikologis. Karena itu pengobatan untuk disfungsi seksual juga dapat dilakukan secara psikologis dan fisik. Masalah disfungsi seksual harus diselesaikan agar tidak mengganggu hubungan intimasi pasangan. Para pasangan harusnya lebih terbuka dalam membicarakan masalah ini dan mencari jalan keluar bersama. Sex adalah insting dasar manusia yang apabila tidak terpenuhi akan menciptakan konflik-konflik lain. Oleh karena itu, lebih terbukalah kepada pasangan mengenai masalah ranjang yang kalian alami sebelum berunjung pada perselingkuhan.
     Masalah seksual lain yang banyak terjadi adalah STID (Sexual Transmitted Infections and Diseases) yaitu penyakit seksual menular. Oleh karena itu, berhati-hatilah dalam memilih pasangan seksual Anda dan jangan berganti-ganti pasangan seksual. Jangan mencoba-coba melakukan hubungan seks dengan seseorang yang Anda tidak tahu asal usulnya. Jangan melakukan One Night Stand (ONS) dengan orang yang Anda tidak yakin akan kesehatan seksualnya. Paling bagus adalah melakukan hubungan seksual hanya dengan satu orang. Penyebaran penyakit seksual dapat terjadi secara langsung ataupun tidak langsung. Langsung dalam arti hanya menyebar dengan melakukan hubungan seksual langsung, tidak langsung dalam arti bahwa bakteri dan virus dapat menyebar melalui media lain. Jagalah kebersihan ordenil seksual Anda supaya tidak menderita penyakit menyebar seksual. Apabila Anda sudah menderita penyakit menyebar seksual, maka obatilah secara medis dan mohon dengan sangat untuk tidak menularkannya kepada orang lain. Jangan mengajak orang lain untuk sakit bersama dengan Anda.

30 Oktober 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar