Hubungan romantisme antara dua orang dewasa yang terjalin antara
dua jenis kelamin berbeda ataupun dua jenis kelamin yang sama sering
kali menuju pada keinginan untuk hidup bersama sepanjang usia mereka.
Secara hukum, hubungan romantisme ini dapat disahkan melalui ikatan
perkawinan. Tidak sedikit pula hubungan romantisme dua orang dewasa yang
tidak berakhir pada jenjang pernikahan tetapi mereka tetap hidup
bersama layaknya pasangan. Hal ini disebut dengan kohabitasi atau
terkenal dengan sebutan "Kumpul Kebo". Hubungan romantisme antara dua
insan dewasa ini kerap kali mengharapkan kehadiran buah cinta mereka.
Pasangan yang menikah secara sah di depan hukum tidak akan mendapatkan
hambatan yang nyata dalam melakukan hubungan seksual yang berujung pada
kehamilan. Tidak ada yang melarang, menghina, apalagi mencela hubungan
seksual yang dilakukan oleh suami istri yang sah menikah. Tetapi hal
yang sama tidak terjadi pada pasangan kohabitasi. Pasangan yang
melakukan kohabitasi biasanya tidak mengharapkan kehadiran seorang anak.
Mereka hanya mementingkan hubungan intimasi yang terjalin di antara
mereka berdua tanpa memiliki keinginan untuk menghasilkan keturunan yang
berasal dari darah dan daging mereka. Apabila pasangan kohabitasi
hamil, masyarakat akan menganggap mereka melanggar norma agama dan akan
menjadi buah pembicaraan masyarakat setempat.
Kohabitasi biasanya banyak terjadi pada homoseskual yang tidak
diterima untuk menikah secara sah di hadapan hukum di negara tempat
tinggal mereka. Mereka tidak punya pilihan lain selain melakukan
kohabitasi untuk memenuhi kebutuhan intimasi dan seksual yang merupakan
kebutuhan dasar manusia. Kohabitasi juga biasanya terjadi pada orang
yang takut akan komitmen. Tidak adanya ikatan yang sah menandakan bahwa
mereka dapat berganti pasangan sesuka hati mereka tanpa harus menorehkan
hitam di atas putih dan menghadapi sidang perceraian. Banyak duda dan
janda yang melakukan kohabitasi. Pandangan masyarakat Indonesia mengenai
kohabitasi tidak bisa dianggap bagus. Sering kali terdapat sterotipe
negatif terhadap kohabitasi. Kohabitasi dianggap melanggar norma adat,
norma masyarakat, norma agama, serta aturan negara. Kohabitasi bukan
lagi hal yang jelek dan tercela di Barat. Masyarakat Barat lebih terbuka
dalam menerima kohabitas. Hal ini mungkin berkaitan dengan perilaku
masyarakat yang bersifat individuasi sehingga mereka tidak terlalu
peduli antara satu sama lain dan juga tidak mau ambil pusing terhadapa
masalah orang selama orang tersebut tidak mengganggu hidup mereka.
Pasangan yang menikah secara sah biasanya tidak mengalami masalah
yang nyata untuk menghasilkan buah hati. Hambatan yang terjadi biasanya
adalah karena masalah kesehatan seperti infertilitas yang terjadi pada
pihak wantia maupun pria. Pada zaman sekarang, masalah infertilitas atau
ketidaksuburan sudah dapat diatasi dengan berbagai cara seperti
inseminasi buatan, bayi tabung, Gamete and Zygote Intra-Fallopian
Transfer (GIFT), suntik sperma, Oocyte and Embryo Transplants, dan masih
banyak cara lainnya. Zaman yang semakin canggih membuat hal yang duluan
tidak mungkin untuk dilakukan menjadi hal yang mudah untuk dilakukan.
Pasangan yang mengalami infertibilitas dapat mencoba cara-cara medis
tersebut untuk mendapatkan momongan hanya dengan menyediakan biaya yang
cukup. Masalah yang sering terjadi akibat kehamilan yang terlalu banyak
di suatu negara adalah peningkatkan angka kelahiran. Banyak negara yang
mulai menekan angka kelahiran penduduknya karena jumlah penduduk yang
sudah terlalu banyak, seperti Cina yang menyarakan penduduknya untuk
memiliki hanya 1 anak, dan Indonesia yang menyarakan penduduknya untuk
memiliki 2 orang anak. Hal ini kemudian memancing terciptanya alat
kontrasespi. Kontrasepsi berguna untuk menekan kemungkinan untuk hamil
meski perilaku seksual dilakukan seperti biasanya. Alat kontrasepsi yang
digunakan secara baik dan teratur juga dapat menekan angka aborsi.
Aborsi biasanya terjadi karena pasangan belum siap untuk memiliki
anak dengan alasan apapun, seperti hamil diluar nikah, tidak matang
secara ekonomi, isu-isu keluarga, tidak memiliki kemampuan untuk menjaga
anak dan beribu alasan lain. Aborsi dapat dilakukan secara medis
ataupun dengan mengkonsumsi obat-obatan. Banyak negara yang melarang
aborsi. Tetapi menurut saya secara pribadi, pilihan untuk melakukan
aborsi atau tidak berada ditangan sang ibu hamil. Tanya kenapa? Karena
ia yang akan mengasuh calon bayi tersebut sampai dewasa nantinya,
apabila ia tidak yakin ia dapat melakukannya, ia berhak untuk melakukan
aborsi daripada menyusahkan calon bayinya tersebut setelah dilahirkan.
Itu menurut pandangan saya, Anda boleh memiliki pendapat masing-masing.
Banyak hubungan pernikahan yang bubar, banyak pasangan yang
selingkuh karena masalah seksual. Mereka merasa kebutuhan mereka di
ranjang tidak dapat terpuaskan. Disfungsi seksual sering kali
menciptakan konflik nyata dalam kehidupan rumah tangga. Disfungsi
seksual yang dialami pria biasanya adalah susah berereksi dan ejakulasi
dini. Pria yang menderita hal ini biasanya malu dan sering mencari
pertolongan medis. Mereka biasanya merasa tidak jantan sebagai seorang
pria yang seharusnya kuat secara seksual. Masalah disfungsi seksual yang
sering dialami wanita adalah susah untuk berlubrikasi dan susah
berorgasme. Banyak wanita yang tidak berani mengutarakan kepada
pasangannya kalau mereka tidak mencapai klimaks dalam berhubungan
seksual. Hal tersebut terjadi karena para wanita takut bahwa pasangan
mereka merasa tersinggung dan pada dasarnya seks adalah hal yang tabu
untuk dibicarakan. Hanya sedikit wanita yang mencari para ahli medis
untuk mengatasi masalah disfungsi seksual mereka dengan alasan malu.
Disfungsi seksual dapat terjadi karena faktor kesehatan fisik maupun
psikologis. Karena itu pengobatan untuk disfungsi seksual juga dapat
dilakukan secara psikologis dan fisik. Masalah disfungsi seksual harus
diselesaikan agar tidak mengganggu hubungan intimasi pasangan. Para
pasangan harusnya lebih terbuka dalam membicarakan masalah ini dan
mencari jalan keluar bersama. Sex adalah insting dasar manusia yang
apabila tidak terpenuhi akan menciptakan konflik-konflik lain. Oleh
karena itu, lebih terbukalah kepada pasangan mengenai masalah ranjang
yang kalian alami sebelum berunjung pada perselingkuhan.
Masalah seksual lain yang banyak terjadi adalah STID (Sexual
Transmitted Infections and Diseases) yaitu penyakit seksual menular.
Oleh karena itu, berhati-hatilah dalam memilih pasangan seksual Anda dan
jangan berganti-ganti pasangan seksual. Jangan mencoba-coba melakukan
hubungan seks dengan seseorang yang Anda tidak tahu asal usulnya. Jangan
melakukan One Night Stand (ONS) dengan orang yang Anda tidak yakin akan
kesehatan seksualnya. Paling bagus adalah melakukan hubungan seksual
hanya dengan satu orang. Penyebaran penyakit seksual dapat terjadi
secara langsung ataupun tidak langsung. Langsung dalam arti hanya
menyebar dengan melakukan hubungan seksual langsung, tidak langsung
dalam arti bahwa bakteri dan virus dapat menyebar melalui media lain.
Jagalah kebersihan ordenil seksual Anda supaya tidak menderita penyakit
menyebar seksual. Apabila Anda sudah menderita penyakit menyebar
seksual, maka obatilah secara medis dan mohon dengan sangat untuk tidak
menularkannya kepada orang lain. Jangan mengajak orang lain untuk sakit
bersama dengan Anda.
30 Oktober 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar