Dalam dunia psikologi wawancara merupakan sarana untuk mendapatkan data
atau informasi dari orang yang diajak bicara. Memang wawancara adalah sebuah
seni; meskipun menguasai semua teori tanpa adanya latihan dan niatan yang ulet tidak
akan pernah menjadi fasih dalam mewawancarai seseorang. Seperti istilahnya seni
“sentuhan hati nurani”. Wawancara perlu
tahu bagaimana memainkan hati dan nurani untuk menggali informasi sampai
terdalam. Bukan hanya sekedar tanya jawab semata. Tanpa mengunakan hati nurani (empati)
tidak semua orang mau terbuka atau bercerita tentang apa yang dialami. Hati nurani
yang dimiliki seorang pewanwancara akan menumbuhkan kepercayaan dan terbebasnya
dari kecurigaan.
Dalam pembahasan wawancara klinis dewasa dan anak-anak banyak perbedaan
dalam menggali informasi. Klinis dewasa mungkin tidak serumit klinis anak
mengingat; kalau orang dewasa yang sadar kalau dirinya ada sesuatu beban
(masalah), orang dewasa tersebut bertemu dengan psikolog yang sudah dianggap
dapat dipercaya dia akan mudah untuk bercerita meskipun tidak perlu ditanya
panjang lebar, ia akan bercerita secara otomatis apa yang dialaminya. Tetapi
kelemahannya adalah terkadang orang dewasa, adakalanya menceritakan yang sifat permukaan atau bahkan hanya
menutup-tutupi apa yang dialami. Tetapi ini dapat diatasi dengan membangun
kekuatan kepercayaan (trust) antara
klien dan psikolog.
Berbeda dengan klinis anak untuk wawancara dalam menggali data tidak
dapat hanya fokus pada anaknya semata tetapi perlu mencari tahu informasi dari
orang terdekat seperti dari orang tuanya atau juga keluarga dekatnya. Dunia anak-anak
berbeda dengan dunia orang dewasa dalam tahapan perkembangannya. Oleh karena
itu saat wawancara kepada anak-anak harus paham benar tentang kondisi anak
untuk membangun kedekatan sehingga anak akan merasa nyaman. Seperti kita tahu bahwa
anak akan bercerita apa saja ketika dia merasa nyaman, senang dan tanpa ancaman
yang menakutkan. Permainan juga digunakan pada saat membangun hubungan dengan
anak.
Dalam wawancara untuk mendapatkan data tidak cukup hanya wawancara
semata, tetapi perlu melibatkan kemahiran dalam observasi dan mengunakan
alat-alat tes psikologi yang tepat. Pada mulanya tampak rumit dan kompleks tetapi
dengan seiringnya berjalannya waktu akan menjari mudah dan sederhana selama mau
mencoba dan mau banyak mendengar dari apa yang kita temui. Semuanya ini kembali
pada kita, maka dalam wawancara dengan orang lain gunakanlah pikiran kita
secara menyeluruh (holistic), banyak mendengar, melihat apa yang diperlihatkan
dengan perhatian dan gunakan hati nurani dalam membantu orang lain. 3 Maret 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar