Rabu, 06 Maret 2013

Psikologi Klinis : Anak dan Dewasa (Danny Felix)

     Pernahkah kalian mendengar istilah Psikologi? Pasti, pertama kali yang terbayang dalam pikiran kalian adalah “wahh ngurusin orang gila” atau “wahh berarti u bisa baca gua donk?” atau malah ada yang berkata, “ooh, gua mau masuk jurusan itu, soalnya gak usah ketemu lagi sama hitungan (padahal tidaklah benar)”. Hal itulah yang mungkin terbayang atau yang kalian ucapkan pertama kali setelah mendengar kata Psikologi tersebut. Tetapi pernahkah kalian membayangkan bahwa untuk menjadi seorang Psikolog itu tidaklah mudah.
     Mengapa begitu? Jelas, seperti jurusan atau profesi lainnya, untuk menjadi seorang Psikolog banyak hal yang harus dikuasai, apalagi yang dipelajari adalah manusia. Sebagaimana kita tahu bahwa kehidupan manusia sangatlah kompleks. Untuk menjadi seorang psikolog yang kompeten, ia perlu menguasai teori, sejarah, dan bahkan teknik-teknik yang ada di dalam materi Psikologi itu sendiri.
     Profesi psikolog memiliki banyak cabang, seperti psikologi klinis, psikologi pendidikan, psikologi industri dan organisasi, psikologi forensik, dan beberapa cabang lainnya lagi. Tapi pada artikel ini saya ingin membahas mengenai psikologi klinis. Psikologi klinis sendiri terbagi menjadi dua lagi, yaitu Psikologi klinis anak dan Psikologi klinis dewasa.
     Dalam pertemuan kelas saya minggu lalu dalam mata kuliah Teknik Wawancara, wawasan saya mengenai profesi psikologi klinis ini, sedikit terbuka. Ternyata untuk menjadi seorang psikolog klinis baik itu klinis anak maupun klinis dewasa, sama beratnya dengan fakultas lainnya. Banyak hal yang harus diketahui dan dimengerti dan bahkan harus dikuasai, seperti ketika ingin melakukan teknik wawancara pada Klien (pasien) untuk mengetahui keluhan atau permasalahan yang dimilikinya.
     Teknik wawancara pada anak sangatlah berbeda pendekatannya dibandingkan pada orang dewasa. Mengapa bisa berbeda? Itu dikarenakan pola pikir anak dengan orang dewasa berbeda. Seringkali kita melihat bukan? Bahwa anak-anak yang baru pertama kali bertemu dengan orang asing ia akan merasa takut atau malu dan bersembunyi di balik orang tuanya. Oleh karena itu, pendekatannya harus berbeda dengan orang dewasa agar anak mau terbuka.
     Tetapi pada orang dewasa sendiripun, ada hal yang juga harus diperhatikan, mengenai apakah informasi yang diberikan pada saat wawancara itu asli, atau faking. Atau saat bercerita klien merasa canggung dan agak sulit untuk terbuka dan akhirnya perlu beberapa pendekatan lainnya. Atau malah ketika bercerita menjadi tidak berarah sehingga perlu diarahkan agar dapat memberi cerita yang menjadi topik permasalahannya.
     Semua yang saya bahas inipun masih berkisar pada teknik wawancara yang akan digunakan nantinya untuk menggali informasi, belum pada hal lainnya seperti penggunaan teknik terapi, alat tes dan observasi. Banyak hal yang harus dikuasai sebelum seseorang siap menjadi seorang Psikolog yang kompeten. Jadi bagi kalian yang ingin menjadi Psikolog harus mempersiapkan diri dengan baik apalagi yang kita hadapi adalah kehidupan orang lain. Jika salah penanganan akan fatal akibatnya. Jadi bagaimana menurut kalian mengenai Psikologi?
 
3 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar