Minggu, 03 Maret 2013

Tehnik Wawancara pada Psikologi Klinis Dewasa dan Anak (Sonia Alvina)


Senin kemarin saya kuliah dengan mata kuliah Tehnik Wawancara. Tema kuliah hari itu adalah membahas hasil wawancara psikolog klinis dewasa dan klinis anak. Sebelumnya saya ingin menjelaskan sedikit tentang psikolog klinis. Menurut American Psychological Association (APA) Psikologi Klinis adalah suatu wujud psikologi terapan yang bermaksud memahami kapasitas perilaku dan karakteristika individu yang dilaksanakan melalui metode pengukuran, analisis, serta pemberian saran dan rekomendasi, agar individu mampu melakukan penyesuaian diri secara patut. Psikologi klinis juga terbagi menjadi dua cabang, psikologi klinis anak dan psikologi klinis dewasa.

Tehnik wawancara adalah suatu tehnik yang diterapkan hampir pada seluruh profesi psikologi. Wawancara itu sendiri adalah suatu tehnik pengumpulan data yang melibatkan proses tanya jawab antar dua orang atau lebih. Dimana bertujuan untuk mendapatkan data atau informasi.

Kelebihan tehnik wawancara adalah dapat dilakukan “on the spot” melihat reaksi langsung lebih detail, dapat mengobservasi perilaku verbal maupun nonverbal,  membantu psikolog dalam  menemukan hasil berupa informasi yang lebih valid dan lain-lainnya. Sedangkan kekurangannya adalah tehnik wawancara terdapat batasan waktu, apabila pewawancara belum ahli dan berpengalaman maka informasi sulit untuk digali, selain itu terkadang klien mungkin meragukan kerahasiaan informasi yang diberikan dan lain-lainnya.

Dalam melakukan tehnik wawancara juga berbeda penerapannya terhadap klien klinis dewasa dan klien klinis anak. Perbedaanya adalah pada klinis anak kita tidak bisa langsung untuk mewawancarai anak tersebut. Biasanya anak di ajak bermain terlebih dahulu kemudian sembari anak itu bermain maka psikolog dapat membina rapport dengan pertanyaan-pertanyaan seputar kegiatan sehari-harinya. membina rapport bertujuan agar anak tersebut merasa nyaman. Sedangkan pada klinis dewasa kita dapat melakukan wawancara langsung, karena pemikiran pada orang dewasa lebih konkrit dibandingkan anak-anak. Selain itu perbedaan lainnya adalah dalam intonasi, gaya bahasa dan cara bertanya juga berbeda. Dalam menangani permasalahan pada anak, informasi tidak cukup hanya berasal dari anak yang bersangkutan tetapi wawancara juga dilakukan kepada orangtuanya. Sedangkan pada orang dewasa apabila klien bisa diajak kooperatif dalam wawancara maka informasi bisa saja sudah cukup dari yang bersangkutan.

Kendala-kendala yang dialami selama wawancara relatif sama antara klinis anak dan klinis dewasa. Kendala-kendala tersebut seperti, klien yang aktif, klien yang pasif, klien merasa tidak bermasalah dan keluarga yang tidak supportif. Penangannya pun kurang lebih sama. Tetapi dalam hal menangani anak harus lebih sabar dan kreatif seperti membina rapport dengan mengajaknya bermain.

26 Februari 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar