Pada pertemuan tanggal 25 Februari di
kelas Teknik Wawancara, kelompok yang mewawancarai psikolog atau praktrisi
klinis anak dan dewasa mempresentasikan hasil wawancara mereka. Melalui hasil
wawancara tersebut, kami memperoleh banyak infomasi mengenai teknik wawancara
yang digunakan dalam bidang klinis anak dan klinis dewasa.
Apa arti dari teknik wawancara? Secara
keseluruhan, dapat dikatakan bahwa teknik wawancara adalah teknik yang
digunakan interviewer untuk
mendapatkan data atau informasi mengenai interviewee,
dalam bidang klinis biasanya masalah yang mereka hadapi.
Melalui sesi wawancara psikolog dapat
menggali informasi untuk membantu klien menemukan insight dalam diri mereka sendiri. Selain itu, melalui wawancara
psikolog juga dapat menentukan terapi apa yang akan diberikan, atau mungkin me-refer ke psikolog lain yang lebih ahli dalam
bidang tersebut.
Selama melakukan wawancara, psikolog
anak dan psikolog dewasa dapat melakukan observasi. Observasi yang dilakukan
dapat dijadikan data tambahan yang sangat berguna. Namun, seperti hal nya
teknik wawancara, melakukan wawancara sekaligus observasi hanya dapat dilakukan
oleh psikolog yang memiliki jam terbang cukup banyak.
Bagaimana dengan para pemula? Para
pemula seperti kita mahasiswa, dapat mulai melatih hal tersebut dengan lebih
peka terhadap lingkungan. Kita dapat mulai memperhatikan saat teman bercerita,
saat dosen mengajar di kelas, atau di lingkungan rumah kita sendiri.
Walalupun jam terbang yang dimiliki
seorang psikolog cukup banyak, tetap saja dapat di temukan kendala-kendala
tertentu dalam melakukan wawancara. Misalnya dalam bidang psikolog anak,
umumnya anak tidak merasa nyaman dengan orang baru dan situasi yang asing.
Karena itu, biasanya dalam ruangan psikolog akan banyak ditemukan berbagai
jenis mainan. Anak dapat diajak untuk bermain terlebih dahulu, setelah itu baru
di ajak bercerita atau wawancara dapat dilalukan selama anak bermain. Sedangkan
kendala yang umumnya di temui oleh psikolog dewasa adalah klien yang bercerita
panjang lebar di luar konteks, atau klien yang hanya bercerita mengenai hal
yang sama terus-menerus. Tugas psikolog adalah membantu mengarahkan klien agar
tetap fokus pada masalah yang sedang di hadapi.
Selain itu, walaupun umumnya klien
dewasa datang karena keinginan pribadi, beberapa dari mereka sulit untuk
mengungkapkan masalah secara langsung. Mereka merasa enggan bercerita karena
mereka masih belum merasa percaya terhadap psikolog. Oleh karena itu, pembinaan
rapport sangat di perlukan. Dalam
pembinaan rapport, psikolog juga
harus memberitahukan secara detail mengenai
administrasi (seperti biaya dan waktu pertemuan) dan keprofesionalan mereka dalam menangani masalah
klien. Sehingga selama sesi konsultasi atau terapi, pemahaman yang psikolog dan
klien miliki adalah sama.
2 Maret 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar