Minggu, 10 Maret 2013

Praktisi klinis anak vs. dewasa (Andrea Caroline)


Pada pertemuan tanggal 25 Februari di kelas Teknik Wawancara, kelompok yang mewawancarai psikolog atau praktrisi klinis anak dan dewasa mempresentasikan hasil wawancara mereka. Melalui hasil wawancara tersebut, kami memperoleh banyak infomasi mengenai teknik wawancara yang digunakan dalam bidang klinis anak dan klinis dewasa.
Apa arti dari teknik wawancara? Secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa teknik wawancara adalah teknik yang digunakan interviewer untuk mendapatkan data atau informasi mengenai interviewee, dalam bidang klinis biasanya masalah yang mereka hadapi.
Melalui sesi wawancara psikolog dapat menggali informasi untuk membantu klien menemukan insight dalam diri mereka sendiri. Selain itu, melalui wawancara psikolog juga dapat menentukan terapi apa yang akan diberikan, atau mungkin me-refer ke psikolog lain yang lebih ahli dalam bidang tersebut.
Selama melakukan wawancara, psikolog anak dan psikolog dewasa dapat melakukan observasi. Observasi yang dilakukan dapat dijadikan data tambahan yang sangat berguna. Namun, seperti hal nya teknik wawancara, melakukan wawancara sekaligus observasi hanya dapat dilakukan oleh psikolog yang memiliki jam terbang cukup banyak.
Bagaimana dengan para pemula? Para pemula seperti kita mahasiswa, dapat mulai melatih hal tersebut dengan lebih peka terhadap lingkungan. Kita dapat mulai memperhatikan saat teman bercerita, saat dosen mengajar di kelas, atau di lingkungan rumah kita sendiri.
Walalupun jam terbang yang dimiliki seorang psikolog cukup banyak, tetap saja dapat di temukan kendala-kendala tertentu dalam melakukan wawancara. Misalnya dalam bidang psikolog anak, umumnya anak tidak merasa nyaman dengan orang baru dan situasi yang asing. Karena itu, biasanya dalam ruangan psikolog akan banyak ditemukan berbagai jenis mainan. Anak dapat diajak untuk bermain terlebih dahulu, setelah itu baru di ajak bercerita atau wawancara dapat dilalukan selama anak bermain. Sedangkan kendala yang umumnya di temui oleh psikolog dewasa adalah klien yang bercerita panjang lebar di luar konteks, atau klien yang hanya bercerita mengenai hal yang sama terus-menerus. Tugas psikolog adalah membantu mengarahkan klien agar tetap fokus pada masalah yang sedang di hadapi.
Selain itu, walaupun umumnya klien dewasa datang karena keinginan pribadi, beberapa dari mereka sulit untuk mengungkapkan masalah secara langsung. Mereka merasa enggan bercerita karena mereka masih belum merasa percaya terhadap psikolog. Oleh karena itu, pembinaan rapport sangat di perlukan. Dalam pembinaan rapport, psikolog juga harus memberitahukan secara detail mengenai administrasi (seperti biaya dan waktu pertemuan) dan  keprofesionalan mereka dalam menangani masalah klien. Sehingga selama sesi konsultasi atau terapi, pemahaman yang psikolog dan klien miliki adalah sama.
Oleh karena itu, berusahalah untuk lebih peka terhadap sekitar kita, agar secara tidak langsung kemampuan kita untuk melakukan wawancara dan observasi dapat terasah. Selain itu, kepekaan juga dapat membantu kita memahami bagaimana membina rapport dengan orang-orang baru yang kita temui di sekitar kita, sehingga di saat memasuki dunia kerja, kita dapat mempraktekannya dengan lebih baik. :) 

2 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar