Apa
yang pertama kali dalam benak kita ketika mendengar ‘Teknik Wawancara’?
Ya, salah satu di antaranya adalah bagaimana cara / teknik dalam
melakukan wawancara kepada narasumber. Sebelum mengetahui bagaimana
teknik wawancara yang baik bagi seorang psikolog, kita harus memahami
apa itu wawancara itu sendiri. Berdasarkan presentasi kelompok,
wawancara adalah salah satu metode, teknik dan cara bagi kita untuk
mendapatkan informasi dari seseorang. Banyak ditekankan bahwa modal
psikolog tidak hanya menguasai alat tes psikologi, namun juga termasuk
wawancara dan observasi. Ketiganya ini saling mendukung satu sama lain.
Apabila wawancara sudah dilakukan, observasi selama wawancara ataupun
pertemuan berikutnya dapat mendukung kebenaran dari perkataan
narasumber. Tes psikologi dapat mendukung secara kuat apakah jawaban
yang diberikan klien tersebut benar ataupun menambahkan apa yang klien
tidak ketahui. Gabungan dari ketiga metode tersebut menjadi hasil yang
baik guna menentukan keluhan klien yang sebenarnya.
Pada umumnya, teknik wawancara itu sendiri dimulai dengan cara pembinaan rapport terlebih dulu. Rapport
dalam hal ini adalah psikolog memulai wawancaranya dengan
obrolan-obrolan yang lebih ringan terlebih dahulu, untuk membuat klien
lebih nyaman untuk berbicara. Rapport sendiri tidak berlalu begitu saja,
melainkan dapat digunakan untuk mengenal latar belakang narasumber.
Perlahan, kemudian psikolog mulai menanyakan apa maksud kedatangan klien
dan memulai wawancara yang sebenarnya. Pertanyaan yang diajukan oleh
psikolog saat wawancara biasanya disusun terlebih dahulu untuk
memudahkan apa yang ingin ditanyakan dan tidak keluar dari topik. Namun
beberapa psikolog yang sudah berpengalaman bertahun-tahun dalam
melakukan wawancara mengatakan bahwa mereka sudah tidak memakai panduan
pertanyaan, melainkan sudah mengalir begitu saja. Salah satu narasumber
psikolog mengatakan butuh beberapa tahun agar dapat mewawancarai klien
dengan baik dan lancar.
Dalam praktik sebagai Psikolog Klinis
Anak maupun Psikolog Klinis Dewasa, wawancara diperlukan untuk memahami
apa keluhan klien dengan cara menanyakan langsung kepada narasumber. Ada
perbedaan dalam pelaksanaan wawancara antara psikolog klinis anak dan
dewasa. Dari namanya sendiri, psikolog klinis dewasa, klien psikolog
adalah orang dewasa, yang berarti, psikolog dapat menanyakan secara
langsung kepada narasumber yang memiliki keluhan. Sedangkan psikolog
klinis anak, klien psikolog adalah anak-anak. Psikolog biasanya
mewawancarai orangtuanya terlebih dahulu mengenai keluhan yang ada dan
kemudian beralih kepada anak itu sendiri. Cara mewawancarai anak
memiliki banyak sekali perbedaan daripada mewawancarai orang dewasa,
apalagi ketika anak masih belum bisa memberikan perhatian dalam jangka
yang panjang terhadap wawancara itu sendiri. Psikolog dapat merubah
bahasanya menjadi informal, melakukan pendekatan kepada sang anak dengan
cara mengajaknya bermain. Di sela-sela bermain itulah, psikolog dapat
menyelipkan pertanyaan-pertanyaan wawancara. Saat wawancara, para
psikolog biasanya memiliki cara sendiri untuk mencatat
informasi-informasi yang ada. Beberapa cara di antaranya yaitu dengan
mencatat, menggunakan alat perekam hingga memerlukan bantuan asisten
untuk mencatat.
Wawancara sendiri memiliki kekurangan
dan kelebihan. Kekurangannya adalah jawaban-jawaban yang diberikan
narasumber belum tentu akurat dan benar, Untuk itulah, diperlukan
metode-metode lain yang dapat mendukung wawancara seperti observasi dan
alat-alat tes. Kekurangan yang lainnya yaitu narasumber seringkali
merasa bosan dan lelah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di wawancara
yang jumlahnya tidak sedikit. Kelebihannya adalah psikolog mendapatkan
informasi yang banyak secara langsung dari klien itu sendiri.
2 Maret 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar