Kamis, 07 Maret 2013

I'm a Gay (Melia Wijaya)

Sebelum membahas topik yang akan saya bahas, silahkan menyimak cerita di bawah ini:


I was worried about coming out to my mom since we were so close. I wondered what she would think of me and if she would still love me. One day she picked me up from school early, and asked me if everything was OK. I assured her it was, but she knew something was up. She stopped the car and told me I needed to talk to her. I looked at her concerned face and started to give in. “It is something about me. . . .,” I said slowly. “What is it?” she said looking as if she was about to cry. “It’s something that you may not like about me. . . .,” I said as I started to get teary eyed. “I’m. . . . I’m. . . .,” and tears began rolling down my face. “You’re. . . . gay. . . .?” I nodded my head and started to cry. My mother unbuckled her seatbelt and hugged me. “Did you think that would change our relationship? You’re still my son and I still love you,” she said as she wiped the tears away from my eyes. (Author’s Files)
Carroll, J.L. (2010). Sexuality now: Embracing diversity (3rd ed.). Belmont, CA: Wadsworth Cengage Learning

Saya terdiam dan berpikir sejenak. Apa yang terjadi bila hal ini terjadi? Bila pada cerita di atas sang Ibu mampu menerima orientasi seksual sang anak, bagaimana dengan Indonesia? Negara yang kaya akan keanekaragamannya. Mungkin kita jarang melihat, membaca atau mendengar kisah seperti ini. Ketahuilah, hal ini ada dan terjadi. Lalu, bagaimana bila salah sahabat kita mengatakan “i’m gay” tepat di depan kita? Reaksi seperti apa yang akan kita berikan kepadanya? Well, reaksi apapun yang diberikan adalah keputusan teman-teman. Namun, mohon hindari sikap homophobia.

Homophobia is Irrational fear of homosexuals and homosexuality. Menurut saya pribadi, sikap homophobia tidak hanya memenjarakan orang yang bersangkutan. Namun, juga mematikan seluruh aspek kehidupannya. Ke manapun ia pergi, terasa seperti kata “gay” terpampang jelas di dahi (baca: jidat)-nya. Tentu sangat disayangkan apabila seseorang tidak boleh berkarya oleh karena gay/lesbian. Mengutip ungkapan Bu Hennyselama tidak dipenjarakan, selama mereka tidak ganggu orang, apa salahnya mereka boleh hidup juga? Karena ini negara juga negara bebas. Intinya, jangan gara-gara homoseksual juga ada pembenaran terhadap free sex. Itu yang berbahaya
 


3 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar