Sabtu, 09 Maret 2013

Homosexuals shouldn’t Discriminated (Laras Yuliansyah)


Kelas Perilaku Seksual pada hari Kamis, 28 Februari 2013 membahas mengenai homoseksual. Apa yang terlintas di benak kita mendengar atau melihat kata homoseksual? Tentu saja banyak pendapat yang berbeda mengenai homoseksual, mulai dari antusias sampai bahkan ada yang merasa jijik dengan homoseksual.

Sebenarnya apa sih homoseksual itu? Homoseksual adalah dimana seseorang tertarik dengan sesama jenis, baik sesama laki-laki atau sesama perempuan. Tapi, sering kali kita mendengar kata homoseksual hanya digunakan untuk laki-laki yang tertarik dengan laki-laki karena dalam kehidupan sehari-hari laki-laki yang menyukai sesama jenis dikatakan “homo”.  Tentu saja, homoseksual bukan saja laki-laki yang menyukai sesama jenis, yang disebut dengan gay, tetapi juga perempuan yang menyukai sesama jenisnya, yang disebut lesbian.

Lalu, bagaimana pendapat kita terhadap orang dengan homoseksual? Haruskah mereka dijauhi, diejek, bahkan sampai dikucilkan? Bukankah mereka juga memiliki hak yang sama dengan manusia lainnya? Sayangnya, banyak sekali orang dengan homoseksual merasakan diskriminasi dari lingkungan sekitarnya. Mereka seharusnya mendapatkan dukungan, bahkan pertolongan, agar mereka dapat kembali menjadi heteroseksual jika mereka yang mengalami homoseksual bukan karena keinginannya serta mereka ingin sembuh dan berubah. Mereka sudah cukup merasakan ketidaknyamanan atas kondisi dirinya, mengapa harus ditambahkan dengan ejekan, diskriminasi, bahkan rasa jijik dari lingkungan sekitarnya? Dimana hati nurani kita?

Namun, tidak semua orang yang homoseksual merasakan ketidaknyamanan. Terdapat juga mereka justru merasa bahwa homoseksual merupakan zona nyaman pada dirinya sehingga mereka menikmati kondisi dirinya yang homoseksual. Tentu saja untuk kondisi yang seperti ini bantuan psikolog sehebat apapun tidak mampu membuat mereka berubah karena mereka tidak memiliki keinginan untuk berubah akibat mereka sudah berada dalam zona nyamannya.

Dari pertemuan kelas hari ini mengingatkan saya bahwa seorang psikolog berusaha membantu untuk kesejahteraan psikologis pada diri seseorang sehingga ketika menemui seseorang yang homoseksual dan dia merasa homoseksual merupakan zona nyamannya, seorang psikolog tidak perlu memaksakan seseorang tersebut untuk menjadi heteroseksual, meskipun homoseksual bertentangan dengan beberapa keyakinan agama. Lalu, jika dalam kehidupan sehari-hari kita menemukan seseorang yang homoseksual, kita tidak perlu menghakimi mereka dan merasa jijik terhadap mereka. Justru, mereka perlu didukung. Dalam hal ini, bukan berarti menjadi pendukung kaum homoseksual. Coba lah buka pikiran kita. Haruskah kita tetap menghakimi dan mendiskriminasi mereka?

3 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar