Sabtu, 09 Maret 2013

Homosexual? What do You Think? (Regina)



Welcome Back to My Blog!! Minggu ini kembali membahas tentang Perilaku Seksual.. dannnn... now, we are talking about HOMOSEXUALITY..

     Untuk sebagian orang, terutama di Indonesia, homoseksual masih menjadi sebuah hal yang tabu, dilarang, dikontroversikan, dianggap sebagai dosa, atau bahkan dianggap menjijikan... Apakah homoseksual itu dosa? Apakah itu salah? Disini, saya tidak membenarkan maupun menyalahkan kaum homoseksual. Kaum homoseksual merupakan mereka yang memiliki orientasi seksual dengan sesama jenis kelamin. Apakah benar itu merupakan suatu kesalahan? Sebenarnya saya kurang setuju ketika mereka yang homoseksual disalahkan karena perbedaan orientasi seksual mereka dengan kebanyakan orang lainnya.


      Okeyy, daripada menyalahkan atau menjadi anti dengan para homoseksual, lebih baik kita mempelajari homoseksual itu sendiri! Banyak individu di Indonesia yang terlihat sangat anti dengan homoseksual, merasa jijik, takut akan menjadi sasaran dari orang homoseksual... Orang-orang seperti ini disebut sebagai homophobia. Untuk para homophobia maupun yang bukan, disini saya mau membahas lebih dalem lagi, kenapa seseorang menjadi homoseksual...^^


     Banyak sekali pendekatan-pendekatan yang membahas mengenai hal ini loh... Kalau dari sudut pandang biologi, seseorang bisa menjadi homoseksual karena pengaruh genetik, hormon, dan otak. Sedangkan, buat teori lainnya (teori behavioral), seseorang menjadi homoseksual karena diberikan reward atau modelling dari lingkungannya ketika ia memiliki orientasi homoseksual tersebut. Maksudnya gimana sih? Iya, jadii... Ketika mereka berada di sekitar orang yang homoseksual, ada kemungkinan seorang individu akan meniru dan belajar menjadi homoseksual.


      Nah, selama saya belajar psikologi di sebuah universitas swasta di Jakarta, homoseksual bukan suatu topik asing. Topik ini banyak sekali dipelajari dalam berbagai mata kuliah, seperti antropobiologi, psikologi perkembangan, psikologi sosial atau perilaku seksual. Salah satu pembahasan mengenai homoseksual yang paling saya ingat adalah ketika saya berada di kelas antropobiologi. Saat itu, seorang dosen yang merupakan seorang psikiater, berkata homoseksual disebabkan oleh kelainan pada otak (karena biologis). Beliau berkata kurang lebih seperti ini, “Ya kalian bayangkan kalau memang itu menular melalui modelling, kalian yang normal, apakah mau dipegang-pegang oleh mereka yang homoseksual? Misalnya yang laki-laki dielus-elus oleh lelaki?” Saat itu hampir seluruh kelas mengatakan tidak. Hingga saat ini, saya yakin bahwa faktor biologis mempengaruhi mengapa seseorang menjadi homoseksual. Namun, mungkin faktor biologis tidak menjadi satu-satunya penentu!


      Oh ya! Di penghujung akhir post kali ini, ada tambahan notes untuk kaliann... Homoseksual bukanlah suatu gangguan lohh! Why? Apakah serta merta homoseksual adalah suatu hal yang normal dan lumrah?  Saya tidak mengatakan seperti itu.. Hanya saja, dari pengetahuan yang saya peroleh, homoseksual telah dihapuskan sebagai gangguan dari DSM. Hal ini disebabkan karena banyaknya pasangan homoseksual yang telah menunjukkan dirinya dan jumlah mereka ternyata tidak sedikit... Jadi, dalam prinsipnya, syarat suatu hal dinyatakan abnormal salah satunya adalah ketika jumlah populasi orang yang mengalami hal ini sedikit dibanding populasi normal. Di Amerika, sebagai negara yang menyusun DSM, kaum homoseksual telah banyak menunjukkan diri sehingga mereka tidak dapat lagi dinyatakan abnormal.

     Tapi, yang perlu diingat disini adalah kita hidup di Indonesia.. Negara yang memiliki nilai keagamaan yang kuat serta memiliki kebudayaan kolektif yang tentunya berbeda dengan Amerika yang cenderung individualis. Homoseksual tentunya menjadi masalah yang besar dan dianggap tabu di Indonesia... Last but not least... Homoseksual menurut saya adalah pilihan pribadi individu terhadap orientasi seksualnya.. Dan pertanyaan apakah homoseksual bisa atau tidak disembuhkan itu sebenarnya kembali lagi ke individu, apakah ia mau atau tidak menjadi heteroseksual. Seorang psikolog, hanya dapat membantu ketika individu yang bersangkutan ingin dibantu. So, it’s their choice... :)



1 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar