Pada pertemuan kelas teknik wawancara
hari Senin kemarin, enam kelompok mempresentasikan hasil wawancara mereka. Tiga
kelompok melakukan wawancara terhadap psikolog yang bergerak di bidang
pendidikan, dan tiga kelompok lainnya melakukan wawancara terhadap psikolog
industri dan organisasi. Kedua ranah psikologi ini tentu saja memiliki berbagai
perbedaan dalam memandang wawancara dan mengaplikasikannya.
Psikolog pendidikan lebih memanfaatkan
wawancara untuk melakukan recruitment kepanitiaan
OSIS maupun kegiatan-kegiatan lain, melakukan konseling akademis dan
non-akademis dengan siswa, untuk menentukan penjurusan siswa, dan sebagainya.
Di sisi lain, psikolog industri dan organisasi lebih memanfaatkan wawancara dalam
melakukan seleksi dan penempatan karyawan, melakukan konseling dengan karyawan,
memberikan pelatihan, memberi feedback dan
penilaian, dan sebagainya.
Saya pribadi cenderung lebih tertarik
untuk menjadi psikolog industri dan organisasi, karena menurut saya melakukan
seleksi dan penempatan karyawan, dan melakukan berbagai hal lain yang berkaitan
merupakan hal yang menantang. Akan tetapi, pembahasan di kelas kemarin membuat
saya merasa kemampuan saya masih minim untuk melakukan wawancara, terutama
untuk melakukannya untuk keperluan perusahaan. Sangat memungkinkan jika saya
melakukan wawancara untuk keperluan perusahaan, saya akan menghadapi
orang-orang yang lebih tua maupun lebih berpengalaman dibandingkan saya. Hal
itu tentu memotivasi saya untuk lebih serius lagi dalam mengikuti perkuliahan
teknik wawancara ini, karena saya menyadari wawancara merupakan salah satu
tonggak utama yang sangat perlu dilatih dan dikuasai.
10 Maret 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar