Jumat, 01 Maret 2013

Sexual Orientation and Sexual Anatomies (Melisa Lie)


Ini adalah blog pertama saya dalam mata kuliah perilaku seksual. Mata kuliah perilaku seksual adalah salah satu mata kuliah yang memberikan banyak pencerahan untuk saya. Banyak hal yang sebelumnya saya tidak tahu tetapi lewat mata kuliah ini, banyak pengetahuan yang saya dapatkan.

Hari Kamis kemarin, Bu Henny mengajarkan tentang orientasi seksual dan anatomi seksual. Dalam membahas tentang anatomi seksual, ternyata banyak hal-hal yang sebelumya saya tidak ketahui dan baru saya ketahui pada hari Kamis kemarin. Pada saat membahas tentang orientasi seksual wanita dan membahas tentang payudara, ada sebuah pertanyaan yang ditanyakan oleh Bu Henny yang membuat saya berpikir banyak. Beliau bertanya kepada kelompok pria terlebih dahulu, ia bertanya bagaimana jika calon istrimu atau istrimu mengalami kanker payudara sehingga payudara harus diangkat dan bagaimanakah responmu.  Laki-laki di kelas hanya tersenyum-senyum sambil berpikir, lalu kemudian pertanyaan yang sama ditujukan pada wanita, bagaimana responmu ketika mengetahui bahwa payudaramu harus diangkat?Apakah masih tetap memiliki semangat hidup? Hanya ada satu atau dua orang yang mengangguk, yang lainnya berpikir terus menerus, termasuk saya. Saya mulai berpikir bagaimana jika hal tersebut terjadi dalam kehidupan saya. Apakah ketika saya sebelum menikah, suami saya tetap mau menikahi saya atau apakah ketika saya sudah menikah, suami saya tetap mengasihi saya sama seperti payudara saya masih ada. Jika kita hanya berorientasi dengan hal-hal fisik, segalanya bisa hilang dalam sekejap. Dalam membangun sebuah hubungan, melihat hati jauh lebih penting dibandingkan melihat fisik. Karena yang fisik hanyalah sementara dan yang di dalam hati itulah yang terus ada. Mengasihi tidak hanya sekedar passion belaka, tetapi sebuah komitmen. Komitmen berarti keputusan kita untuk tetap ada pada orang itu, tidak peduli apapun yang terjadi di dalam hidup ini. Mungkin dapat menjadi sebuah perenungan juga untuk yang membaca blog saya dan semoga ada pencerahan-pencerahan yang anda dapatkan. Karena saya wanita, saya ingin memberikan pesan untuk para pria, keindahan tubuh wanita itu sifatnya sementara, payudara yang tetap kencang, kulit yang tetap elastis, dan kecantikan wajah itu sementara. Semuanya bisa hilang, tetapi jika hal itu terjadi, yang tersisa tinggalah hati. Jadi, lihatlah wanita dari hatinya bukan dari parasnya.


"Ukuran tubuhmu kurang penting, ukuran otakmu agak penting; tetapi ukuran hatimu adalah yang paling penting" (B.C Forbes)

Hal yang paling mengesankan dan cukup mengagetkan buat saya lagi adalah saat Bu Henny membahas tentang sunat untuk perempuan. Sunat untuk perempuan memang saya pernah dengar tetapi saya tidak terlalu mengetahui secara jelas. Sunat perempuan, khususnya yang dilakukan di salah satu daerah di Afrika adalah salah satu kejahatan terhadap perempuan. Di Afrika, sunat perempuan adalah sebuah budaya dimana bagian clitoris (bagian yang memberikan kenikmatan pada wanita) dipotong dan penutupan bagian lubang vagina yang hanya diberikan lubang sedikit untuk menstruasi. Akibatnya adalah terjadi disfungsi seksual pada wanita dan kesakitan yang luar biasa. Apalagi yang terjadi di Afrika adalah mereka tidak menggunakkan anastesi sama sekali, jadi bisa dibayangkan rasa sakitnya. Atas dasar agama dan budaya, seolah-olah wanita tidak boleh sama sekali menikmati kenikmatan seksual dan hanya menjadi "keset" bagi pria. Untungnya sendiri di Indonesia, Menteri Perbedayaan Perempuan RI dan Ketua Komnas Perempuan telah melarang keras mengenai sunat perempuan ini karena sangat memberikan dampak yang negatif bagi perempuan.

Bu Henny juga menjelaskan bahwa di tubuh kita terdapat titik-titik tertentu yang disebut G-spot (Gräfenberg Spot) yang memberikan kenikmatan sendiri saat digunakkan pada titik yang tepat dan waktu yang tepat. Penting bagi orang-orang yang menikah untuk mengetahui G-spot masing-masing pribadi dan saat malam pertama, tidak harus selalu berhubungan seksual tetapi bisa saling mengenali tubuh masing-masing. Hal-hal yang saya dapati selama ini adalah malam pertama harus selalu berhubungan seksual karena itu adalah malam yang istimewa, ternyata tidak harus selalu begitu, tergantung dengan masing-masing kebijakan setiap pasangan. Mengetahui bagian tubuh masing-masing pasangan terlebih dahulu membuat hubungan seksual akan lebih indah karena sama-sama sudah saling mengerti. Tapi hal tersebut kembali lagi dari hati kita. Orang yang sudah berkali-kali berhubungan seksual pasti memiliki "meaning" yang berbeda dibandingkan dengan orang yang baru pertama kali melakukan hubungan seksual dan dilakukan setelah menikah. Kalau mungkin di masyarakat mengatakan ukuran keperawanan seseorang dapat dilihat dari selaput daranya, ternyata selaput dara setiap perempuan berbeda-beda, ada yang mudah koyak tetapi juga ada yang sulit koyak. Untuk perempuan-perempuan yang memiliki selaput darah yang tipis, saat melakukan aktivitas seperti balet, basket atau aktivitas lainnya dapat dengan mudah koyak. Jadi, apakah perempuan tersebut sudah tidak perawan? Tidak kannn.. Jadi sesungguhnya ukuran keperawanan atau keperjakaan bukan dilihat dari fisik tetapi dari hati dan pikiran. Jika otak kita saja sudah berpikir hal-hal yang kotor maka dapat dikatakan bahwa sudah tidak perawan atau perjaka. Karena masalah keperawananan dan keperjakaan hanya orang tersebut dan Tuhan yang tahu.

28 Februari 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar