Sabtu, 09 Maret 2013

Sexual Orientation adalah Sebuah Pilihan (Melisa Mel)


 Homoseksual? Ketika pertama kali kita mendengar kata ini, pasti yang ada dibenak kita adalah lelaki yang menyukai sesama lelaki yang diikuti dengan raut muka tanda jijik terhadap kata tersebut. Tetapi sesungguhnya, homoseksual adalah seseorang yang menyukai sesama jenis. Baik pria yang menyukai pria maupun wanita yang menyukai wanita termasuk dalam kategori homoseksual.Pada masa modern ini, toleransi terhadap homoseksual mulai terbuka luas. Di Amerika contohnya, sekolah khusus kaum gay, transgender dan biseksual didirikan dengan nama The Harvey Milk High School. Selain itu adapula majalah untuk para gay yang berisikan promosi kencan dan iklan-iklan lainnya seputar kehidupan pada gay. Tetapi untuk budaya kita sendiri yang masih ketat terhadap norma yang ada, kaum homoseksual ini masih terasingkan dan dianggap abnormal bagi sebagian masyarakat. Yang menarik lagi ketika menelisik lebih lanjut mengenai budaya-budaya dunia tentang orientasi seksual adalah budaya yang berkembang di Nikaragua. Di Nikaragua seorang pria jantan adalah pria yang homoseksual. Ini sangat aneh dan unik karena menurut pandangan kita sebagai manusia normal pada umumnya, pandangan tersebut justru salah. Homoseksual merupakan satu kegagalan dalam menginternalisasikan peran gender dengan tubuh biologisnya. Berbeda dengan Nikaragua, Nugini memperbolehkan seseorang melakukan hubungan seks dari oral di usia 7 tahun. Dan untuk Sambia sendiri, anak usia 7 tahun sudah diperbolehkan untuk melakukan hubungan seks dan meminum semen yang keluar dari organ intim pasangannya. Masing-masing daerah memiliki keunikannya tersendiri dalam menghadapi masalah seksual.

     Penentuan homoseksual itu merupakan hal yang sulit dan akhirnya Kinsey menerbitkan sebuah skala yang berisikan skala orientasi seksual seseorang. Asal muasal terjadinya homoseksual dapat terbagi menjadi 5 teori yakni teori biologi (homoseksual secara biologis tidak sama dengan heteroseksual), teori perkembangan (penekanannya pada pola asuh yang diberikan orangtua pada anaknya), teori belajar (adanya reinforcement tertentu untuk perilaku tertentu pula dan modelling), teori sosial (adanya dorongan sosial yang terjadi) dan teori interactional (hubungan dari biologis, perkembangan dan sosial). Menurut saya secara pribadi, semua teori ini pasti berkaitan satu sama lainnya. Misalnya orang yang diasuh dengan pola asuh yang salah lalu bergaul dengan lingkungan sosial yang homoseksual dan ia belajar modelling dari sana pasti akan memiliki skema bahwa homoseksual adalah orientasinya. Ia akan merasakan adanya daya tarik sendiri pada tubuhnya dan mencari pasangan yang sesuai dengan tubuh biologisnya. Disinilah homoseksual masuk dalam alam bawah sadar dan menjadi patokan orientasi seksualnya.

     Homoseksual juga memiliki tahapan tersendiri yakni adanya :

Identity confusion à sadar dirinya homoseks tapi masih denial.
Identity comparison àmembandingkan positif dan negatif menjadi homoseks.
Identity tolerance à yakin bahwa dirinya homoseks dan masuk dalam lingkungan homoseks.
Identity acceptance à nerima bahwa homoseks adalah sesuatu yang wajar untuk dirinya.
Identity prideà bangga dirinya homoseks dan mulai coming out.
Identity synthesis à hidup berdampingan dan nyaman dengan kehidupan homoseks.
     Orang-orang yang homoseks pasti memiliki pandangan pro dan kontra dari masyarakat. Masyarakat yang anti terhadap kaum homoseks ini disebut dengan homophobia. Mereka menjadi anti karena takut dirinya tertular salah orientasi seksualnya yang mengakibatkan adanya diskriminasi pada homoseks. Sebenarnya apabila kita menggunakan logika yang jernih, orang-orang yang homoseks tidak seharusnya didiskriminasikan karena ini adalah pilihan jalan hidupnya. Homoseks sendiri nyaman dengan hubungan yang terjalin dengan sesama jenis dan mereka tidak mengganggu siapapun. Yang menjadi masalah adalah ketika orang homoseks merasakan dirinya memiliki gangguan dan tidak nyaman menjadi homoseks serta dengan menjadi homoseks ia mengganggu kehidupan orang lain, inilah baru dapat dikatakan sebuah abnormal. Karena dalam prinsip abnormal, seseorang dapat disebut abnormal apabila adanya gangguan pada dirinya yang menyebabkan dirinya sendiri dan orang lain ikut terganggu. Jadi selama orang homoseks tidak mengganggu kelangsungan hidup orang lain, mengapa kita harus jauhi ?

1 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar