Minggu, 24 Maret 2013
Keterampilan dasar wawancara (Melia Wijaya)
Pembahasan pada tulisan kali ini seputar keterampilan dasar wawancara. Pernah nggak teman-teman ketika SMA punya masalah lalu datang ke ruang BP? Mungkin beberapa pernah yah dan beberapa mungkin "terpaksa" karena bikin ulah. Adakah yang masih ingat kata-kata pertama yang diungkapkan oleh guru BP ketika kita memasuki ruangannya? Yup. Beliau akan meninggalkan pekerjaannya sambil mengungkapkan "ada yang bisa Ibu/Kakak bantu?" Atau "kamu kenapa?". Kenapa Kakak? Hm.. Hal ini dimaksudkan untuk mempercepat keakraban sehingga kita (yang ingin curhat) nyaman untuk mengungkapkan emosi-emosi yang kita rasakan. *dibahas* *lanjut* dalam teknik wawancara hal ini disebut sebagai open question. Di mana pertanyaan yang ditanyakan mengandung jawaban yang luas, bukan Yes/No questions.
Lalu, kita menjawab "iya nih Kak lagi ada masalah. Aku bla-bla-bla curhat berlangsung sampai semua emosi keluar semua atau setidaknya kita merasa cukup/lega". Ketika kita bercerita Guru BP kita akan mendengarkan cerita kita dengan seksama •active listening• dan sedikit mengangguk-angguk mungkin (maksudnya memahami apa yang kita alami) •empati• Lalu, guru BP kita berkata "iyah, saya mengerti apa yang kamu rasakan ....". Mungkin Guru BP mengajukan beberapa pertanyaan juga dengan maksud memahami inti permasalahan atau mencari penyebab permasalahan yang kita alami itu apa. Pertanyaannya pun bergantung dari permasalahan yang kita hadapi, misalnya "hal apa yang membuat kamu nggak nyaman terhadap A?" Atau "oh, jadi kamu merasa begini, begini karena ..." •encouraging• Lalu, kita mengungkapkannya. Cara bertanya pun beragam. Bisa saja disesuaikan dengan usia klien atau memang style Guru BP/psikolognya demikian. Pada permasalahan lingkup sekolah jarang diperlukan hingga bersesi-sesi sehingga bina rapport dilaksanakan ketika tatap muka di kelas atau memanggil secara personal satu per satu ke ruang BP. Sekali lagi, tergantung Guru BP yang bersangkutan. Karena setiap orang memiliki gayanya sendiri-sendiri. Sedangkan, pada sesi konseling klinis bina rapport dilakukan setiap kali bertemu dengan klien. Hal ini dimaksudkan supaya klien lebih nyaman dan terbuka dalam mengungkapkan emosi yang dirasakan.
Semua keterampilan (tulisan dengan bold) dasar wawancara tersebut dapat dicapai dengan terus berlatih dan belajar peka terhadap lingkungan sekitar. Contoh dalam kehidupan sehari-hari ketika kita melihat teman kita sedih atau dia sedang kesal (yang kita kenal cukup dekat) kita memahami apa yang perlu dilakukan. Bila tipenya adalah dibiarkan tanpa ditanyai terlebih dahulu kita melakukan hal tersebut. Selain itu, kita juga perlu belajar peka terhadap diri sendiri seperti yang diungkapkan oleh Kak Tasya bahwa kita perlu belajar membedakan emosi dan perasaan. Tidak asal. Seperti, "gw lagi galau nih" padahal sebenarnya kita sedang sedih. Sedih karena pacar kurang perhatian atau apa yang kita harapkan dari pacar tidak terwujud.
Baiklah. Semoga keterampilan dasar wawancara dapat kita terapkan dengan baik dan benar. Jiayou (҂'̀⌣'́)9 !
20 Maret 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar