Sabtu, 23 Maret 2013

Keterampilan Dasar Wawancara (Anastasia Permata Salatang)


Keterampilan dasar wawancara ada enam, yaitu kemampuan membina rapport, empati, attending behavior, teknik bertanya, keterampilan observasi, dan active listening. Dalam kemampuan membina rapport, belum tentu satu kali bertemu i-tee akan menceritakan permasalahannya sehingga membutuhkan pendekatan kepada i-tee untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. Kondisi yang hangat dan bersahabat sangat diperlukan untuk menjalin hubungan dengan i-tee. Dalam membina rapport perlu memperhatikan budaya i-tee terutama agama i-tee sehingga tidak menimbulkan bias. Ekspresi wajah i-ter terhadap i-tee harus di jaga karena akan mempengaruhi kondisi i-tee. Jangan menggunakan jargon-jargon atau istilah yang tidak dimengerti oleh i-tee seperti penggunaan kata represi, id, ego, dan sebagainya. Sebelum menanyakan hal yang khusus atau spesifik kepada i-tee hendaknya diawali dengan kata maaf sehingga tidak menyinggung perasaan i-tee.

Dalam empati, perasaan harus dilatih untuk lebih peka terhadap situasi dan perasaan i-tee, karena i-tee biasanya tidak mengungkapkan perasaan yang dirasakannya. I set-ter harus fokus kepada i-tee setiap waktu untuk itu metode observasi sangat dibutuhkan sebagai keterampilan dasar wawancara. I-ter jangan terlalu memberikan pengajaran yang dapat menyudutkan dan membuat i-tee tersinggung. Dalam attending behavior dengan diam i-ter dapat menerima informasi baru dengan baik sehingga tidak menimbulkan bias saat mengumpulkan data yang diperlukan. Ada empat dimensi yang perlu diperhatikan saat attending behavior yaitu kontak mata, nada dan kecepatan bicara, jangan mengubah arah bicara, dan gerak tubuh. Karena keempat dimensi ini dapat mempengaruhi i-tee saat sedang menceritakan permasalahan kepada i-ter.
Teknik bertanya ada dua yaitu pertama, open question yang sifatnya tidak mengarahkan sehingga i-tee lebih bebas untuk mengekspresikan perasaannya. Kedua, closed question yang sifatnya mengarahkan sehingga pertanyaannya merujuk pada jawaban tertentu dan biasanya jawaban akan pendek seperti ya dan tidak. Dalam keterampilan observasi berfokus pada tiga area, yaitu perilaku non-verbal, perilaku verbal, dan konflik. Dalam active listening yang perlu diperhatikan adalah probing yaitu menggali lebih dalam informasi dari yang i-tee ceritakan, kemudian juga dibutuhkan paraphrasing yaitu merangkum kembali apa yang diceritakan i-tee dengan bahasa i-ter. Ada juga hal yang tidak perlu dilakukan oleh i-ter yaitu parroting atau mengulang kata-kata i-tee secara berlebihan.

17 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar